Senin, 08 Desember 2014

Gus Solah: Banyak Hukuman Lain yang Manusiawi



Jombang - WARA - Beredarnya video berisi rekaman prosesi pencambukan terhadap tiga santri, mendapat tanggapan dari pengasuh Ponpes Tebuireng, Jombang, KH Solahudin Wahid (Gus Solah).


Menurutnya, hukum cambuk untuk santri di pesantren yang melakukan pelanggaran sungguh sangat tidak manusiawi. Sebab untuk menimbulkan efek jera dan bersifat mendidik, masih banyak hukuman lain yang jauh lebih menusiawi ketimbang hukuman cambuk atau memukulkan rotan ke badan santri.

Gus Solah sendiri mengaku kaget ketika mendengar ada video hukuman cambuk yang diduga berlokasi di sebuah pesantren di Jombang. "Selain kaget, ya prihatin," ujar Gus Solah yang juga mantan Wakil Ketua Komnas HAM tersebut, Minggu (7/12/2014).

Gus Solah mengaku, dirinya belum pernah melihat video yang dimaksud. Dia justru mengetahui dari wartawan. Namun demikian, pengasuh PP Tebuireng ini sangat prihatin. "Sekali lagi, hukuman cambuk sangat tidak manusiawi," ujarnya menegaskan.

Adik kandung mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menerangkan, di ponpes yang dipimpinnya, Ponpes Tebuireng dengan ribuan santrinya, tidak ada kebijakan yang menghukum santri dengan kekerasan, baik kekerasan fisik maupun mental.

Semuanya dilakukan dengan metode yang bersifat mendidik. Jika memang pihak pesantren tidak sanggup atau santri sudah kelewat batas melakukan pelanggaran, maka solusinya dikeluarkan dari pesantren.

"Kalau ada santri melakukan pelanggaran, kita peringatkan. Tapi kalau sudah keterlaluan, terpaksa kita keluarkan dari pesantren. Yang bersangkutan kita kembalikan kepada orang tuanya," tutur cucu pendiri NU KH Hasyim Asyari itu.

Diberitakan, sebuah video berisi rekaman kekerasan terhadap tiga orang santri beredar di Jombang. Diduga, yang peristiwa yang terekaman di video tersebut terjadi di sebuah pondok pesantren di Jombang.

Dalam video tersebut, terdapat tiga orang santri yang diikat di tiga pohon dengan mata tertutup. Selanjutnya, beberapa orang yang lebih senior, menggunakan rotan memukuli santri tersebut secara bergiliran. Setiap santri yang diikat di pohon tersebut mendapat total 35 kali pukulan. Ironisnya, tindakan tak lazim itu dilakukan di depan puluhan santri lainnya.

Video tersebut menyebar dari telepon selular (ponsel) ke ponsel milik warga sejak sekitar tiga hari lalu. Beberapa anggota Komisi D DPRD Jombang juga sudah mendapat video tersebut. (SURYA Online)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar