Sabtu, 27 Desember 2014

Jepang Juga Jadi Target Serangan ISIS



Tokyo - WARA - Jepang yang tercitra dekat dengan Amerika Serikat ternyata juga akan menjadi target para teroris Islam.
 
Hal ini diungkapkan ekstremis Islam Indonesia yang menyatakan dukungan untuk negara-negara Islam pendiri ISIS melalui organisasinya Jamaah Islamiyah, Abu Bakar Ba'asyir (76), narapidana saat diwawancarai Kyodo News baru-baru ini dan dikutip oleh Shukan Asahi, Kamis (26/12/2014) kemarin.

"Terhadap negara-negara Islam, kemungkinan akan menargetkan serangan juga kepada Jepang karena Jepang dianggap bekerjasama erat dengan pihak Barat," tulis kantor berita Jepang tersebut mengutip pernyataan Ba'asyir.

Selain itu dia juga menegaskan bahwa negara-negara Islam berpartisipasi termasuk para relawan Indonesia, bahwa di masa depan Jepang juga disebut tidak bisa menjadi pengamat netral lagi, tetapi justru menjadi sebagai "sisi lain dari api."

Masa depan gerakan negara-negara Islam semuanya nanti kemungkinan untuk "memaksa", melakukan pemaksaan terhadap semua aktivitasnya di mana pun juga.

Sekelompok personel militer dari rezim Saddam Hussein akan melakukan hal tersebut.

Kelompok Islam tersebut pada akhirnya bukan hanya organisasi teroris belaka, tetapi terlahir kembali menjadi kelompok profesional tempur.

Pekerjaan konspirasi profesional untuk menghancurkan Barat akan semakin besar melalui kelompok profesional teroris tersebut. (Tribun)

FPI “Tercekik” Jokowi Menghapus Bansos


WARA - Satu lagi kebijakan Jokowi yang mendapat sorotan publik adalah dihapusnya dana Bansos atau bantuan sosial. Sebenarnya tidak dihapus semua. Dana bansos untuk rumah ibadah seperti pembangunan masjid masih ada. Namun bansos untuk peruntukan yang kurang bermanfaat dihapuskan.
 
Efeknya sangat bagus untuk penghematan anggaran walau Jokowi dihujat sana-sini. Terutama ormas yang biasanya  mendapatkan aliran bansos seperti FPI akan “lesu darah” karena tak akan mendapat transfusi dana bansos lagi. Demikian juga ormas-orams atau LSM fiktif buatan “oknum” kepala daerah akan kehilangan dana “siluman” untuk memperkaya dirinya.

Lihat saja efeknya nanti FPI tak banyak bikin demo-demo lagi di Jakarta. Puncaknya hanya demo saat mengangkat gubernur tandingan kemarin. Hal ini karena mereka tak punya dana lagi untuk membayar anggotanya yang melakukan demo-demo di Jakarta dan kota-kota lainnya.

Memang sumber dana mereka yang terbesar ya dari bansos ini. Kalau dari infaq dan sadaqah jumlahnya tak seberapa karena umat FPI tak seberapa yang mau berinfaq dan sadaqah dengan “ikhlas”. Tapi kalau dari upeti tempat hiburan malam yang akan isweeping pun sudah berkurang karena hiburan malam sudah dijaga “oknum” Polisi dan TNI.

Jadi terpaksa mau tak mau FPI harus menghemat anggaran dengan mengurangi aksi-aksi demonya. Atau biar aman mereka akan mendekati pemerintah dan pro kepada pemerintah yang dianggap “thogut” biar bisa tetap eksis di Indonesia.

Kalau bantuan dari Arab Saudi sudah lama distop karena FPI dinilai tidak berhasil. Dana Arab Saudi banyak mengalir ke pesantren-pesantren milik kaum Wahabi/Salafy. Dan ini juga banyak disalahgunakan oleh “oknum” ustadznya yang sekarang pun sudah mulai tenggelam karena ajarannya tak bisa mempengaruhi umat Islam yang rata-rata sudah memiliki dasar keislaman berbasis NU dan Muhammadiyah yang merupakan pengejawantahan Islam rahmatan lil alamin di Indonesia.

Sekarang ini aksi para “loser” hanya melalui media sosial yang gratisan agar menghemat biaya seperti yang telah dilakukan jonruwan dan jonruwati. Pemerintahan Jokowi akan “cuek bebek” terhadap mereka. Bukan nya tidak bisa ditangkap atau ditindak. Nanti kalau mereka ditangkapi sama pak Jokowi, kasihan si Fadli Zon uangnya akan habis untuk menyantuni jonruwan dan jonruwati sebesar 35 juta tiap orang.

Pemerintahan Jokowi juga tak akan membubarkan FPI, nanti juga mereka akan bubar sendiri. Lagi pula nanti pak Jokowi akan dituduh sebagai “orba jilid 2″. Lagipula memang sekenarionya mereka akan tetap menyebar fitnah sampai ditangkap sehingga ini sebagai tonggak perlawanan mereka menetang Pemerintahan Jokowi. Dan hal ini tak akan pernah terjadi.(Kompasiana)

TNI Bakal Diskusikan Tantangan Yang Diserukan ISIS



Jakarta - WARA - Pihak TNI akan mendiskusikan langsung kepada Panglima TNI Jenderal Moeldoko terkait tantangan Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) terhadap TNI, Polri, dan beberapa instansi terkait di Indonesia.

"Masalah tantangan ISIS ini belum bisa kami tanggapi. Saya akan diskusikan dengan Panglima untuk menyampaikan langkah selanjutnya," ujar Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Mochamad Fuad Basya, Jumat (26/12/2014).
Fuad mengatakan, tantangan tersebut juga sudah diketahui oleh Panglima. Namun, pihaknya tetap tidak ingin bertindak gegabah atau terprovokasi terhadap tantangan itu.

"Itu memang dibuat untuk propaganda dan provokasi. Kalau dijawab tantangan itu, itu akan menjadi besar dan tujuannya berhasil, dan itu yang kita tidak mau tanggapi. Karena itu, kami akan diskusi dulu," tutur Fuad.

Diketahui sebelumnya, anggota ISIS yang diduga bernama Abu Jandal al Yemeni al Indonesi asal Indonesia mengancam TNI-Polri dan barisan serbaguna Anshor Nahdlatul Ulama. Melalui video yang diunggah di Youtube, pria itu juga mengumpat dengan kata-kata kotor.

"Koalisi sangat kewalahan menghadapi Daulah Islam dan perlu pertolongan babi-babi bodoh seperti kalian," ujarnya dalam tayangan berdurasi 4:01 menit itu. (Tribun)

Gadis Yazidi Kisahkan Penderitaannya Jadi Budak Seks ISIS


Seorang perempuan Yazidi yang harus meninggalkan kediamannya di kota Sinjar, Irak yang diduduki ISIS menangis saat tiba di sebuah tempat penampungan di wilayah otonomi Kurdi. (SAFIN HAMED/AFP
WARA- Seorang gadis muda dari komunitas agama minoritas Yazidi yang ditangkap Negara Islam di Irak dan Suriah atau yang lebih dikenal dengan nama ISIS melukiskan horor yang dialaminya selama disekap menjadi budak seks kelompok ekstremis itu. 

Gadis 17 tahun itu mengatakan, dia merupakan salah satu dari sekelompok 40-an perempuan Yazidi yang masih disekap dan hingga kini setiap hari mengalami pelecehan seksual oleh kaum militan ISIS. Gadis itu mengatakan, dirinya ditangkap 3 Agustus lalu dalam sebuah serangan ISIS terhadap kota Sinjar di Irak utara dan sekarang sedang disekap dalam perbudakan seksual dengan kondisi mengerikan di sebuah desa di selatan Mosul.

Sejumlah ekstremis asal Inggris yang berperang di Suriah dan Irak telah membual di Twitter dan media sosial lainnya bahwa sejumlah perempuan Yazidi telah diculik dan dijadikan "budak seks".

Gadis muda itu mengatakan, dia sedang ditahan di sebuah bangunan dengan jendela berjeruji dan dijaga sejumlah pria bersenjata.

"Saya mohon kepada Anda untuk tidak memublikasikan nama saya karena saya sangat malu dengan apa yang mereka lakukan terhadap saya. Sebagian diri saya sudah ingin mati saja. Namun, yang sebagian masih berharap bahwa saya akan diselamatkan dan sehingga saya akan dapat merangkul orangtua saya sekali lagi," katanya kepada harian Italia, La Repubblica

Laporan La Repubblica itu kemudian dikutip sejumlah media lain, antara lain harian The Telegraph dari Inggris. La Repubblica berhasil mewawancarai gadis itu dengan menelepon ke telepon genggamnya. Nomor kontaknya diberi oleh orangtuanya yang kini berada di sebuah kamp pengungsi di Kurdistan, Irak.

Perempuan itu mengatakan, para penculiknya awalnya menyita ponselnya dan semua ponsel milik perempuan lainnya. Namun, para penculiknya kemudian "mengubah strategi". Mereka mengembalikan ponsel-ponsel para perempuan itu sehingga mereka bisa menceritakan kepada dunia luar kengerian yang terjadi pada mereka. 

"Untuk lebih menyakiti kami, mereka mengatakan kepada kami agar menjelaskan secara rinci kepada orangtua kami apa yang mereka lakukan. Mereka menertawakan kami karena mereka berpikir mereka tak terkalahkan. Mereka menganggap diri mereka "superman". Namun, mereka adalah orang-orang yang tidak punya hati.

Gadis itu melanjutkan, "Para penyiksa kami bahkan tidak mengasihani sejumlah perempuan yang (disekap) bersama dengan anak-anak mereka. Mereka juga tidak mengasihani sejumlah gadis yang masih belia. Beberapa dari kelompok kami bahkan belum genap 13 tahun usianya. Beberapa dari mereka kini tidak lagi mengucapkan sepatah kata pun."

Perempuan itu, yang oleh La Repubblica diberi nama samaran Mayat, mengatakan bahwa para perempuan itu diperkosa di lantai paling atas bangunan, di dalam tiga bilik. Para gadis dan perempuan dewasa itu diperkosa sampai tiga kali hari oleh kelompok-kelompok pria yang berbeda-beda.

"Mereka memperlakukan kami laksana kami adalah budak mereka. Orang-orang itu memukul dan mengancam kami ketika kami mencoba untuk menolak. Saya sering berharap agar mereka memukul saya sedemikian parah sehingga saya mati."

Gadis itu mengatakan bahwa beberapa dari kaum militan itu merupakan orang-orang muda yang baru berperang di Suriah, sementara yang lain merupakan orang-orang tua.

"Jika suatu hari penyiksaan ini berakhir, hidup saya akan selalu ditandai oleh apa yang saya alami dalam minggu-minggu ini. Bahkan, jika saya bertahan hidup, saya tidak tahu bagaimana saya akan menghilangkan horor ini dari pikiran saya. Kami telah meminta para sipir untuk menembak mati kami, membunuh kami, tetapi kami terlalu berharga buat mereka. Mereka terus mengatakan kepada kami bahwa kami adalah orang-orang kafir dan bahwa kami merupakan milik mereka, seperti rampasan perang. Mereka mengatakan kami seperti kambing yang dibeli di pasar."

Para perempuan tawanan itu berharap datangnya penyelamatan, baik oleh pasukan darat anti-ISIS maupun intervensi internasional. 

"Satu-satunya harapan adalah bahwa Peshmerga (milisi Kurdi) datang dan menyelamatkan kami. Saya tahu Amerika mengebom (posisi ISIS). Saya ingin mereka bergegas dan mengusir mereka semua keluar karena saya tidak tahu berapa lama lagi saya bisa bertahan. Mereka sudah membunuh tubuh saya. Sekarang mereka sedang membunuh pikiran saya."

Dia mengatakan, dia pernah mendengar sejumlah wanita Kristen Arab juga telah ditangkap dan dipenjarakan sebagai budak seks oleh ISIS. Namun, kelompoknya hanya terdiri para perempuan Yazidi, yang semuanya berasal dari kota Sinjar.

Kota itu terletak di kaki Gunung Sinjar, di mana ribuan warga Yazidi terpaksa mengungsi bulan lalu setelah dikepung ISIS. Walau banyak dari pengungsi itu akhirnya berhasil melarikan diri ke gunung, yang lainnya ditangkap kelompok ekstremis.

PBB telah menuduh ISIS melakukan pembersihan etnis di Irak utara. Kelompok militan itu dikatakan telah melakukan penahanan dan eksekusi massal di kantong kelompok-kelompok minoritas di wilayah itu. (baranews.co)