Rabu, 17 Desember 2014

Anak Syarief Hasan Divonis Enam Tahun Penjara


Direktur PT Rifuel, Riefan Avrian hadir saat persidangan kasus dugaan korupsi proyek pengadaan videotron di Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dengan terdakwa Hendra Saputra di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (18/6/2014). Hendra yang sebelumnya bekerja sebagai office boy diangkat oleh Riefan Avrian sebagai Direktur Utama PT Imaji Media yang diduga sengaja didirikan untuk mendapatkan proyek videotron.
Jakarta - WARA - Majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi menjatuhkan vonis enam tahun penjara dan denda sebesar Rp 200 juta subsider tiga bulan kurungan kepada Direktur Utama PT Rifuel, Riefan Avrian.
 
Hakim memutuskan, anak mantan Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan itu terbukti memperkaya diri dalam proyek pengadaan videotron di Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2012.

"Menyatakan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi bersama-sama untuk memperkaya diri dan korporasi," ujar hakim Nani Indrawati saat membacakan putusan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (17/12/2014).

Putusan tersebut lebih ringan daripada tuntutan jaksa penuntut umum Kejaksaan Negeri. Sebelumnya, Riefan dituntut hukuman penjara selama tujuh tahun enam bulan dan denda sebesar Rp 200 juta subsider tiga bulan kurungan.

Menurut hakim, hal yang memberatkan ialah Riefan dianggap bertindak culas dengan menggunakan Hendra Saputra, office boy di PT Rifuel, yang ditunjuknya menjadi bos PT Imaji Media yang fiktif, demi memenangkan tender proyek videotron. Dalam kasus ini, Hendra telah divonis satu tahun penjara.

"Terdakwa menggunakan pihak lain yang tidak memiliki pendidikan dan pengalaman yang cukup untuk memenuhi niatnya melakukan tindak pidana korupsi," ujar jaksa.

Sementara itu, hal yang meringankan Riefan ialah ia belum pernah dihukum dan mengakui perbuatannya sehingga mempermudah proses persidangan. Riefan pun diminta membayar uang pengganti sebesar Rp 5,392 miliar. Jika Riefan tidak membayarnya dalam kurun waktu satu bulan setelah putusan, kata hakim, jaksa akan menyita harta bendanya.

"Kalau harta benda yang disita tidak mencukupi kerugian negara yang harus diganti, akan ditambahkan pidana penjara dua tahun," ucap hakim.

Menurut hakim, Riefan terbukti mengikuti proyek videotron dengan sengaja membentuk PT Imaji Media. Riefan lantas membuat surat kuasa dari Hendra selaku Direktur Utama PT Imaji Media, yang isinya memberikan kuasa kepada Riefan untuk melakukan kegiatan keuangan perusahaan, di antaranya menandatangani cek-cek, mengambil buku cek atau bilyet giro rekening, dan permintaan informasi rekening perusahaan.

Sebagai upaya untuk memenangkan tender videotron, Riefan menemui Hasnawi Bachtiar (almarhum) yang ketika itu menjabat Kepala Biro Umum Kementerian Koperasi dan UKM. Hasnawi, yang merupakan anak buah Syarief Hasan, kemudian menghubungi staf rumah tangga pada Kasubbag Sarana dan Prasarana Kemenkop UKM untuk membantu Riefan.

Saat proses lelang dibuka, Riefan mendaftarkan PT Imaji Media dan PT Rifuel. Namun, PT Rifuel gagal dalam lelang tender, sementara PT Imaji dinyatakan sebagai pemenang tender. Dalam pelaksanaannya, Hendra selaku Direktur PT Imaji tidak melakukan pekerjaan yang disyaratkan dalam kontrak proyek. Pelaksanaan pekerjaan justru dilaksanakan oleh Riefan.

Hakim mengatakan, Riefan yang mengambil alih semua pekerjaan PT Imaji Media dalam pengadaan dua unit videotron. Namun, pekerjaan yang dilakukan Riefan tidak sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak.

Hakim menganggap Riefan memanfaatkan Hendra agar tidak terdeteksi bahwa PT Imaji adalah perusahaan yang direkayasa olehnya. Menurut hakim, secara yuridis penyimpangan oleh PT Imaji Media yang tidak merealisasikan proyek videotron sepenuhnya kesalahan Riefan.

Atas perbuatannya, hakim memutuskan Riefan melanggar Pasal 2 ayat 1 jo Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUH Pidana. (KOMPAS.com )

Taliban Afghanistan Kecam Pembantaian Ratusan Anak di Pakistan


Para ibu berduka atas kematian putra mereka, dalam serangan Taliban ke sekolah.

WARA - Sedikitnya 132 anak-anak tewas dari total 141 korban jiwa, dalam serangan Taliban ke sebuah sekolah di Peshawar, Selasa, 16 Desember 2014. Serangan itu tercatat menjadi pembantaian paling berdarah, dalam beberapa tahun terakhir di Pakistan.

Dilansir dari Reuters, Rabu, 17 Desember, berbagai kecaman datang termasuk dari Taliban di Afghanistan, yang terpisah namun bersekutu dengan Taliban di Pakistan, dan memiliki tujuan sama untuk mendirikan negara Islam di masing-masing negara.

"Pembunuhan secara sengaja orang-orang tidak berdosa, anak-anak dan wanita, bertentangan dengan dasar Islam," kata juru bicara Taliban Afghanistan, Zabihullah Mujahid. Sebelumnya, Taliban Pakistan mengaku bahwa serangan sengaja diarahkan pada anak-anak.

Juru bicara Taliban Pakistan Muhammad Umar Khorasani, mengatakan serangan tanpa belas kasihan itu sengaja diarahkan pada anak-anak, sebagai balas dendam pada militer dengan menyerang keluarga mereka. "Kami mau mereka merasakan kepedihan," ujarnya.

Sekolah yang diserang adalah sekolah umum, yang dikelola oleh militer. Terdapat lebih dari 1.100 siswa yang sebagian besar adalah anak-anak tentara. Tragedi pembantaian siswa sekolah itu berlangsung delapan jam, setelah militan berhasil masuk ke sekolah.

Khorasani sebelumnya menyebut ada enam militan, yang diinstruksikan untuk melakukan serangan bom bunuh diri di sekolah itu. Namun di lapangan, ternyata ada sembilan pelaku yang melakukan serangan, semuanya dilaporkan sudah tewas.

Pada Selasa siang, beberapa militan masuk ke sekolah dan mulai mengeluarkan tembakan membabi-buta. Terjadi baku tembak antara militan dan militer, yang mengepung sekolah. Namun operasi penyelamatan hanya dapat membebaskan sebagian siswa.

Militer mengatakan ada 960 siswa dan guru yang berhasil di evakuasi, pada Selasa malam. Setelah terpojok, para pelaku meledakan bom yang dilekatkan pada tubuh mereka. Sedikitnya tiga ledakan terdengar di dalam sekolah.

Aksi bom bunuh diri itu menewaskan 132 siswa dan sembilan staf sekolah, sementara 121 anak-anak dan tiga guru terluka. Koresponden Reuters menulis, jenazah ratusan siswa terlihat di sepanjang koridor rumah sakit militer.

Beberapa siswa yang selamat mengatakan, para militan yang berkomunikasi dengan bahasa asing, diduga Arab, berhasil masuk ke sekolah yang telah dijaga ketat, karena menyamar dengan mengenakan seragam militer Pakistan.

Publik Pakistan terbiasa dengan serangan yang dilakukan militan, hampir setiap hari. Tapi pembantaian anak-anak itu membuat mereka terhenyak, apalagi dengan banyaknya anak-anak yang tewas, mengingatkan pada peristiwa penyanderaan sekolah di Rusia, pada 2004.

Ketika itu, militan Chechen menyandera ratusan siswa sekolah di Beslan, dan membunuh 330 anak-anak. Taliban Pakistan telah berjanji akan meningkatkan serangan, sebagai balasan atas operasi militer di wilayah suku-suku.

Sekalipun telah menggelar beberapa operasi, militer Pakistan terus mendapat kritik karena terlalu lunak pada Taliban. Pembantaian pada anak-anak yang terjadi, Selasa, diharapkan dapat membuat militer lebih serius dalam menangani ancaman Taliban.

Penyataan Panglima Militer Raheel Sharif di depan publik setelah serangan, juga merefleksikan kemarahan militer. "Teroris ini telah menyerang hati dari bangsa ini. Tapi tekad kami untuk mengatasi ancaman ini, telah memperoleh nafas baru," katanya.

"Kami akan mengejar monster ini dan pendukung mereka, hingga mereka musnah untuk selamanya," tambah Raheel.
Pernyataan keras juga disampaikan Perdana Menteri Nawas Sharif. "Kami akan balas dendam untuk setiap tetes darah anak-anak kami yang tumpah hari ini," ujarnya.

PM India Narendra Modi, juga menyatakan keterkejutannya. Sementara remaja putri Pakistan Malala Yousafzai, yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian 2014, mengatakan hatinya hancur dengan pembantaian anak-anak yang dilakukan Taliban.

"Saya patah hati dengan aksi teror tanpa belas kasihan dan berdarah dingin di Peshawar," ucapnya, dalam pernyataan. (VIVAnews)

Jika Ahok Masuk Islam, FPI Akui Status Gubernurnya

Jakarta - WARA - Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI), Jafar Siddiq, menyatakan sosok Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok tidak mungkin memeluk agama Islam.

“Pasti munafik itu. Wallahualam, kalaupun seandainya masuk Islam, ya, biar diakui status gubernurnya sama FPI dan orang Jakarta,” kata Jafar saat dihubungi, Selasa, 16 Desember 2014.

Pernyataan ini disampaikan Jafar menanggapi ucapan Ahok yang setuju dengan konsep agama Islam adalah rahmatan lil alaamin atau memberi rahmat dan kebaikan buat seluruh manusia.

“Tapi sayangnya sampai sekarang saya belum dapat hidayah saja,” kata Ahok.

Jafar menilai kalaupun benar satu saat nanti Ahok masuk agama Islam, dia menduga ada niat tertentu di balik itu. “Lihat saja istrinya aktivis gereja. Dia China asli yang benci Islam. Ya, mana mungkin,” kata Jafar.

Pada kesempatan berbeda, Ahok mengatakan mulai terbiasa dengan kecaman-kecaman warga yang diterimanya setiap mengeluarkan kebijakan. Warga, kata Ahok, sering kali mengumpat jika keinginannya tak dikabulkan oleh Pemerintah DKI Jakarta.

“Saat seperti itu, kelemahan saya diungkit. Mudah saja, sudah China, kafir pula,” kata Ahok.

Lantaran itu, Ahok menjadi sasaran empuk kemarahan warga. “Kata orang, seribu teman kurang, satu musuh terlalu banyak. Kalau saya, 50 orang musuh juga tak apa, toh sudah telanjur banyak,” ujar Ahok. (Tempo.co)

Ahok Umrahkan Marbot, Ini Reaksi FPI



Jakarta - WARA - Ketua Umum Front Pembela Islam Muchsin Alatas menilai kebijakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok memberangkatkan 30 orang marbot atau penjaga masjid untuk menunaikan ibadah umrah merupakan kebijakan politis.

"Kebijakan  semacam itu tidak akan memperbaiki sakit hati umat Islam di Jakarta kepada Ahok," katanya saat dihubungi Tempo, Selasa, 16 Desember 2014.

Selasa pagi, 16 Desember 2014, bertempat di Balai Kota Jakarta, Ahok melepas 30 marbot berangkat umrah ke Mekah. Bekas Bupati Belitung Timur itu juga secara simbolis menyerahkan tabungan insentif bagi marbot se-DKI Jakarta.

Muchsin menyatakan tak terpukau oleh langkah Ahok memberangkatkan marbot ke Tanah Suci. Apalagi biaya pemberangkata mereka menggunakan uang rakyat.

"Dukung tak dukung kebijakan itu bukan urusan kami. Yang penting bagi kami, Ahok harus turun dari jabatannya sebagai gubernur," ujarnya.

Muchsin mengatakan banyak program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang diteken Ahok yang merugikan umat Islam. Di antaranya pencabutan jatah makan jemaah haji dari DKI Jakarta.

"Yang paling krusial ialah larangan menyembelih hewan kurban di tempat umum, seperti masjid dan sekolah, dengan alasan yang tak jelas," ucapnya. (Tempo.co)

Taliban Paksa Siswa Lihat Guru Mereka Dibakar


Seorang ayah menangis karena putranya menjadi korban serangan Taliban ke sekolah

WARA - Sejumlah siswa yang selamat dari serangan Taliban ke sebuah sekolah di Pakistan, Selasa, 16 Desember 2014, mengatakan militan membakar hidup-hidup seorang guru dan mereka dipaksa untuk melihatnya.

Dilansir dari Daily Mail, beberapa militan berhasil masuk ke sebuah sekolah umum yang dikelola militer, Selasa pagi, dengan menyamar mengenakan seragam militer Pakistan. Mereka masuk ke dalam satu kelas, lalu menyiramkan bensin pada seorang guru.

Kemudian membakar guru wanita itu hidup-hidup di depan para siswa, memaksa semua anak-anak melihat guru mereka terbakar hingga hangus dan tak bisa dikenali. Guru wanita itu disebut telah menjadi sasaran, karena menikah dengan seorang tentara.

Setelah itu militan mulai menembak para siswa. Beberapa siswa menceritakan bagaimana mereka berpura-pura mati, saat para militan berkeliling mencari anak-anak untuk dibunuh, sebelum mereka mengeluarkan tembakan secara membabi-buta sambil tertawa.

Sedikitnya 132 anak-anak dan sembilan guru tewas. Pada sebagian besar jenazah yang memenuhi koridor sekolah, terlihat bekas luka tembakan di kepala dan dada, yang memperlihatkan aksi pembantaian berdarah dingin.

Sementara setidaknya satu orang militan, disebut melakukan aksi bom bunuh diri di satu kelas yang penuh dengan lebih dari 60 anak-anak. Juru bicara Taliban Muhammad Umar Khorasani, mengaku para penyerang diinstruksikan untuk melakukan aksi bom bunuh diri.

Otoritas keamanan mengatakan terdengar tiga ledakan dari dalam sekolah, diduga diledakan oleh para pelaku yang terpojok saat militer melakukan operasi pembebasan siswa. Beberapa militan tewas sebelum sempat meledakan diri. (VIVAnews)

Senen Siang, Nenek Fatimah Kembali Dimejahijaukan


Nenek Fatimah dituntut oleh anak dan menantunya. 

Tangerang - WARA - Setelah dua kali tidak hadir, Nenek Fatimah (90) akan memenuhi panggilan Pengadilan Negeri Tangerang pada Senin (16/12/2014) siang ini.
 
Ia akan hadir dalam sidang tuntutan yang dilayangkan menantu dan anaknya, Nurhakim (70) dan Nurhana (50).

Diberitakan sebelumnya oleh Warta Kota, Nurhakim kembali menuntut Fatimah atas perbuatan melawan hukum karena dianggap menempati lahan seluas 397 meter persegi milik Nurhakim tanpa surat-surat sah.

"Iya hari ini kami ke pengadilan untuk memenuhi panggilan ketiga. Sebenarnya sudah diminta datang sejak tanggal 2 Desember dua pekan lalu, tapi pengacara kami bilang datang panggilan ketiga saja," kata Amas (40), putri Fatimah.

Amas mengaku, pihaknya sudah siap mendengarkan seluruh gugatan yang akan dibacakan majelis hakim nanti. Sidang sendiri dijadwalkan mulai pada pukul 13.00.

"Kesal memang rasanya. Gondok sekali. Tapi ya kami ikuti saja. Kami yakin keputusan hakim pada vonis kemarin tidak akan berubah. Kami memang pemilik sah tanah rumah kami," kata Amas. (Warta Kota)