Kamis, 08 Januari 2015

Jokowi Jangan "Bisnis Pahang"



Pernyataan Presiden Joko Widodo tentang intelejen yang mengawasi media, dinilai tidak tepat. Demikian disampaikan DhIa Prekasha Yoedha, pendiri Aliansi Jurnalis Independen Indonesia kepada wartawan.
Ilustrasi jurnalis diawasi
Jakarta – WARA - Pernyataan Presiden Joko Widodo tentang intelejen yang mengawasi media, dinilai tidak tepat. Demikian disampaikan DhIa Prekasha Yoedha, pendiri Aliansi Jurnalis Independen Indonesia kepada wartawan, Rabu (7/1).

Menurut  mantan Ketua Presidium AJI ini, tidak selayaknya Joko Widodo selaku Presiden berbicara seperti itu, karena bisa menyebabkan dua permasalahan besar, yang bisa berdampak negatif atas kehidupan berbangsa dan bernegara. Terutama terkait dengan perspektif yang berkenaan dengan pernyataan presiden, baik sebagai Kepala Negara, maupun apalagi sebagai Kepala Pemerintahan.

"Pertama meski pernyataan ini hanya menegaskan salah satu fungsi dan kinerja intelijen dalam memenuhi tugas keamanan negara, namun pernyataan ini juga bisa ditafsirkan pula sebagai menggertak pers di Indonesia," ucapnya.

Nah, lanjutnya, kalau pernyataan itu bertujuan menggertak pers, maka Presiden Jokowi bisa dianggap telah melanggar Undang-undang, dalam hal ini UU yang menjamin kebebasan pers dari segala bentuk intervensi maupun intimidasi.

"Kedua, Joko Widodo juga harus hati-hati dalam membuat pernyataan, terutama yang terkait dengan tupoksi aparatur keamanan, seperti intelejen. Karena pernyataan-pernyataan yang bersifat mulltitafsir seperti itu, bisa ditafsirkan secara keliru atau berlebihan oleh para staf bawahan. Terutama oleh aparat di lapangan, yang acap kali nya bermodalkan dalih ini perintah atasan. Sehingga eksesnya malah bisa menghambat kebebasan pers," ucapnya.

Yoedha juga mengingatkan, selayaknya Joko Widodo selaku "media darling" jangan sampai bersikap "Bisnis Pahang" (haBIS maNIS sePAH dibuANG). Berkat pers, Joko Widodo berhasil menjadi gubernur dan bahkan presiden. Namun setelah pers bersikap kritis mengawalnya, jangan lalu dia merasa risih, dan ingin mencengkeramnya.

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) merasa perlu menganalisis media massa untuk melihat potret berita yang menyangkut citra pemerintah. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan mesin intelijen yang dimiliki pemerintah.

"Dalam kurun hampir tiga bulan ini kita menganalisis, (dilakukan) oleh mesin intelijen media manajemen dari 343 media," ucap Jokowi saat membuka  Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Presiden, Komplek Istana Kepresidenan, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (7/1). (Aktual.co)

Imam Mesjid di Perancis Ajak Muslim Turun ke Jalan


Philippe Dupeyrat / AFP Tim medis membawa seorang korban luka serangan maut ke kantor majalah satir Charlie Hebdo di Paris, Perancis, Rabu (7/1/2014), yang menewaskan 12 orang termasuk pemimpin redaksi majalah tersebut.
Roma - WARA - Imam mesjid di Bordeaux mengajak umat Muslim untuk turun ke jalan dan protes terhadap penembakan oleh tiga orang bersenjata.

Imam Thareq Oubrou, yang menjembatani dialog antara Kristen dan Islam, mengatakan serangan terhadap majalah satir, Charlie Hebdo, yang membunuh 12 orang. Ia bahkan menyebut serangan itu sama seperti serangan yang dilakukan terhadap Amerika pada 11 September lalu.

"Dengan kejadian ini, kami melihat ada pernyataan perang (dari mereka)," kata Oubrou kepada para wartawan usai bertemu dengan Paus Francis.

Meski ia tidak setuju dengan aksi turun ke jalan, namun saat ini dia menyarankan umat Muslim untuk turun ke jalan. "Umat Muslim segera turun ke jalan untuk menyatakan ketidaksetujuannya atas penembakan itu."

Ia mengingatkan, peristiwa 11 September telah menyengsarakan banyak orang, terutama dampaknya bagi negara-negara Muslin. "Kita jangan memunculkan kemarahan kita." (KOMPAS.com)

Sinabung Semburkan Awan Panas, Tinggi Kolom 3,5 Kilometer


Gunung Sinabung erupsi, terlihat dari desa Tiga Pancur, Karo, Sumatera Utara (REUTERS)

Karo - WARA - Gunung Sinabung kembali menyemburkan awan panas dengan skala lebih besar. Tinggi kolom mencapai 3,5 kilometer dari puncak gunung.

Awan panas menyembur dari pusat letusan Sinabung sekitar pukul 21.09 WIB, Rabu 7 Desember 2015.

Awan panas meluncur deras dengan jarak luncur mencapai satu kilometer ke arah lereng bagian selatan Sinabung.

Luncuran awan panas terlihat jelas meski kondisi di lokasi sudah gelap.

Seperti kejadian luncuran awan panas sebelumnya, penduduk tetap tenang dan tidak terjadi kepanikan di lokasi-lokasi pengungsian.

Pagi tadi Sinabung juga menyemburka awan panas dengan tinggi kolom semburan mencapai 500 meter dari puncak Sinabung dengan jarak luncur mencapai 500 meter ke arah selatan Sinabung.

Tak hanya itu, di Pos Pengamatan Gunungapi Sinabung di Kabupaten Karo tercatat, seismisitas Sinabung masih tinggi hal itu terlihat dengan terjadi 20 kali gempa berfrekuensi rendah, empat kali gempa hibrida dan 28 kali gempa guguran serta tremor yang berlangsung secara menerus.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyimpulkan, jumlah energi kegempaan vulkanik Sinabung masih tinggi dan kecil kemungkinan akan menurun dalam waktu dekat ini. (VIVAnews)

Usai Diperiksa KPK, Istri Muda Eks Bupati DPRD Bangkalan Sembunyi


KPK menyita sebanyak 5 mobil milik Fuad Amin Imron, Jakarta, Selasa (23/12/2014).

Jakarta - WARA - Istri muda mantan Bupati Bangkalan Fuad Amin Imron, Siti Masnuri hampir 8 jam diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Rabu (7/1/2015) terkait kasus dugaan suap jual beli gas alam di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.

Pantauan Liputan6.com, Siti yang mengenakan jilbab cokelat itu keluar pukul 19.40 WIB. Siti pun langsung dijaga ketat oleh sekitar 3 orang kerabatnya.

Wanita yang baru pertama kali diperiksa dalam kasus ini, tampak enggan mengomentari pemeriksaannya itu. Bahkan, Siti berusaha bersembunyi di balik badan kerabatnya tersebut. Meski terus dicecar pertanyaan wartawan, dia tetap bungkam dan langsung masuk ke dalam mobilnya.

Kasus dugaan suap terkait jual beli gas alam untuk pembangkit listrik di Gresik dan Gili Timur, Bangkalan ini terungkap setelah KPK menggelar operasi tangkap tangan (OTT) pada Senin 1 Desember 2014.

KPK telah menetapkan 3 tersangka dalam perkara ini. Mereka adalah Ketua DPRD Bangkalan yang juga mantan bupati setempat Fuad Amin Imron, ajudan Fuad yang bernama Abdul Rauf serta Direktur PT Media Karya Sentosa, Antonio Bambang Djatmiko.

Fuad dan Rauf diduga sebagai pihak penerima suap, sedangkan Antonio diduga sebagai pihak pemberi suap.

Fuad dan Rauf yang diduga merupakan sebagai pihak penerima dalam perkara ini disangka telah melanggar Pasal 12 huruf a, Pasal 12 huruf b, Pasal 5 ayat 2, Pasal 11 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

Sementara Antonio Bambang Djatmiko yang diduga sebagai pemberi suap dikenai Pasal 5 ayat 1 huruf a, Pasal 5 ayat 1 huruf b serta Pasal 13 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

Dalam perkembangannya, penyidik juga menetapkan Fuad Amin Imron sebagai tersangka dugaan tindak pidana pencucian uang. Dia disangka telah melanggar Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 dan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003. (Liputan6.com)

Al Azhar Kutuk Serangan Atas Media di Paris


Tentara Prancis melakukan patroli di Pasar Natal, Paris (REUTERS/Gonzalo Fuentes)

Paris - WARA - Otoritas Islam terkemuka Mesir, Al Azhar, mengutuk serangan bersenjata atas kantor sebuah majalah satir di Paris pada Rabu, 7 Januari 2015. Al Azhar, melalui pernyataan di Facebook, menyatakan tindakan yang membunuh 12 orang itu sebagai kriminal.

Di lokasi kejadian, Imam Paris Hassan Chalgoumi menyebut para penyerbu sebagai teroris. "Kita harus tegas dengan mereka, karena mereka ingin teror, mereka ingin rasisme, mereka mau mengadu rakyat satu sama lain," kata sang imam.

Reuters melaporkan, setidaknya 12 orang tewas dalam sebuah insiden penembakan di kantor Charlie Hebdo, Paris, suratkabar yang pernah mendapat serangan bom molotov setelah menerbitkan karikatur tentang pemimpin-pemimpin Muslim. Radio Prancis mengutip keterangan saksi mata, yang mengatakan melihat insiden dari sebuah gedung dekat lokasi kejadian.

"Sekitar setengah jam lalu, dua orang bertudung hitam memasuki gedung (kantor Charlie Hebdo) dengan senapan Kalashnikov. Beberapa menit kemudian terdengar banyak suara tembakan," kata saksi mata bernama Benoit Bringer.

Benoit menyebut kedua pria itu terlihat berlari meninggalkan gedung setelah melakukan serangan. Pejabat polisi Luc Poignant mengatakan, setidaknya satu orang jurnalis tewas dan beberapa lainnya terluka, termasuk tiga petugas polisi.

"Ini pembantaian," kata Poignant pada stasiun televisi BFM. Serangan bom molotov pada Charlie Hebdo terjadi pada November 2011, setelah surat kabar itu menerbitkan karikatur Nabi Muhammad pada sampul halaman depan. (Reuters)