Kamis, 29 Januari 2015

JK Tentang Freeport: Tiga Kewajiban Tak Bisa Dinegosiasi


PT Freeport Indonesia (sumber: Antara/Puspa Perwitasari)

Jakarta - WARA - Ada tiga kewajiban PT Freeport Indonesia yang tak bisa dinegosiasi, yakni pembangunan smelter, peningkatan penerimaan negara, dan pembangunan hilir. Jika kewajiban ini tidak mau dilaksanakan, Freeport silakan angkat kaki dari Indonesia.
 
"Saya bilang kepada petinggi Freeport: 'This is a non-negotiable obligation'. Silakan dipikirkan. Take it or leave it," kata Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dalam pertemuan dengan para pemimpin redaksi, di rumah jabatan Wapres, Rabu (28/1).

Wapres menceritakan hasil pertemuannya dengan CEO Freeport McMoran James R Moffet di Jakarta bulan lalu. Ia meminta James untuk melaksakan tiga hal, yakni pembangunan smelter, peningkatan penerimaan negara lewat pajak dan royalti, dan pembangunan industri hilir.

Freeport, kata Wapres, sudah banyak mereguk keuntungan dari Indonesia. Selama ini, kandungan tembaga, perak dan emas dalam konsentrat tidak diketahui persis oleh pemerintah karena langsung diekspor. 
Pemisahuraian konsentrat dengan tailing atau ampas bebatuan mulia dilakukan di dekat lokasi tambang. Tailing dibuang ke sungai, sedang konsentrat dialirkan dari puncak di sekitar wilayah tambang ke pelabuhan sepanjang 110 km. Setelah dikeringkan, konsentrat itu dikapalkan ke luar negeri.

"Siapa orang Indonesia yang tahu berapa tembaga, perak, dan emas di konsentrat yang diekspor? Dengan pembangunan smelter di dalam negeri, pemerintah akan tahu dengan cermat kandungan logam mulia yang ada di dalamnya," ujar JK.

Pajak dan royalti yang diterima negara dari Freeport Indonesia tahun 2014 hanya US$ 500 juta. "Ini tidak besar dibanding nilai tambah yang sudah diraih Freeport sejak beroperasi di Indonesia 48 tahun lalu," tukas Wapres.

Wapres menegaskan, jika Freepprt tidak bersedia memenuhi permintaan pemerintah Indonesia, mereka silakan meninggalkan negeri ini. "Saya yakin, orang Indonesia mampu melanjutkan kegiatan di Freeport. Sekitar 95% karyawan Feeport adalah orang Indonesia. Mereka pasti bisa melanjutkan kegiatan produksi," kata JK. (BS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar