Kamis, 04 Desember 2014

Jokowi Harus Turunkan Harga BBM dan Minta Maaf pada Rakyat



Jakarta - WARA – Harga minyak dunia diprediksi akan terus tujun bebas.  Hal ini diungkapkan Kepala Investasi Ayers Alliance Securities Jonathan Barratt memprediksi harga bisa terjun lagi 40 persen, menjadi sekitar $40 per barel.

"Ada kemungkinan bahwa jika perang harga ini menjadi tidak terkendali, kita bisa melihat harga turun ke sekitar $40 per barel [untuk WTI]," jelas, mengutip CNBC, Senin (01/12/).

Menanggapi harga minyak dunia yang kembali turun menjadi USD 67,76 per barel pada Selasa (2/12), Pengamat dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng mengatakan bahwa Jokowi harus mengakui kesalahannya atas kebijakan menaikkan harga 18 November lalu.  

 “Jokowi melawan hukum pasar. Harusnya pemerintah mengambil momentum penurunan harga minyak ini untuk meningkatkan gairah perekonomian, bukannya malah menaikkan harga BBM yang menghajar perekonomian rakyat, bisnis dan industri,” jelasnya.

Ia pun mencontohkan bahwa di Amerika terjadi peningkatan gairah perekomonian pasca penurunan harga gas.

Menurut Salamuddin Daeng, saat ini sedang terjadi perang minyak dan kurs. “Kita sudah dipukul dengan kurs rupiah yang nggak turun-turun dari Rp 12 ribu. Seharusnya turunnya harga minyak dunia, dijadikan sebagai opportunity untuk menekan cost produksi industri, dan bisnis-bisnis kerakyatan. Jokowi membuang peluang opportunity ini,” tegasnya.

Kebijakan pemerintah Jokowi menaikkan harga BBM ditengah merosotnya harga minyak dunia dinilainya tak akan berpengaruh besar terhadap APBN.

“Penerimnaan dari minyak dan pajak tak akan naik signifikan, wong harga minyak anjlok,” tambahnya lagi.
Atas kesalahan Jokowi mengambil kebijakan yang kontroversi, Salamuddin Daeng meminta Jokowi menurunkan harga BBM dan meminta maaf pada rakyat yang terpukul atas kenaikkan harga BBM bersubsidi.

“Jokowi harus turunin harga dan minta maaf karena telah memukul perekonomian rakyat, transportasi, industri dan bisnis,” pungkasnya.

Menurutnya pemerintahan jangan hanya melihat unsur-unsur cost produksi BBM saja, tapi juga lihat uinsur ekonomi secara luas, ongkos produksi industri, transportasi yang memicu kenaikkan inflasi yang salah satu dampaknya meningakatkan kemiskinan karena pendapatan tidak naik.

“Bicara BBM bukan hanya soal harga minyak dunia, tapi menyangkut hajat hidup orang banyak dan perekonomian negara,” tandasnya. (fastnewsindonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar