Minggu, 01 Februari 2015

Kisah Sukses Anak Penjual Buah Lulus UGM



Keluarga Aminin hidup pas-pasan. Hidup di rumah kontrakan seluas 4 kali 5 meter. Namun mereka tak patah arang untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Aminin
WARA - Kesulitan ekonomi keluarga tak membuat Aminin putus asa menuntut ilmu. Meski kehidupan keluarga pas-pasan, gadis 23 tahun asal Kampung Samirono, Yogyakarta, itu bisa bersekolah hingga bangku kuliah.

Pertengahan tahun lalu, putri pasangan Nur Setyono dan Khalimatul Muslimah, ini lulus dengan gelar sarjana di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,06. Dia mampu menyelesaikan pendidikan itu selama empat tahun, sejak 2010.

Selama pendidikan, Aminin tak dipungut biaya alias gratis, karena menerima beasiswa Bidik Misi. “Saya lebih memilih lulus dengan IPK pas-pasan dari pada harus membayar biaya kuliah sendiri,” tutur Aminin sebagaimana dikutip Dream dari laman resmi UGM, Minggu 1 Januari 2015.

Tak mudah bagi Aminin untuk masuk UGM. Mulanya, dia mendaftarkan lewat jalur PBUTM (Penelusuran Bibit Unggul Tidak Mampu) dan UM (Ujian Mandiri), hingga akhirnya ia berhasil masuk di Jurusan Biologi melalui jalur Ujian Tulis. Beruntung, Aminin mendapatkan beasiswa Bidik Misi.

Selama kuliah, Aminin aktif di UKM Resimen Mahasiswa (Menwa) sejak awal semester, bahkan sempat memegang jabatan Ketua Urusan Empat selama selama tahun. Wanita yang diwisuda pada 19 Agustus 2014 ini bahkan pernah mengikuti Pimnas dengan penelitiannya mengenai teknik memperbanyak tanaman anggrek.

Anak Pedagang Buah
Aminin berasal dari keluarga sederhana. Sang ayah, Nur Setyono, merupakan seorang pedagang buah lokal yang sehari-hari membuka lapak di sebelah timur Wisma MM UGM. Dengan bermodal tenda dari bahan bagor (anyaman dari daun rumbia), Nur Setyono berdagang dari pagi hingga menjelang malam.

Di saat pedagang buah lainnya menjajakan buah-buahan impor, Setyono sejak dulu konsisten lebih memilih buah-buahan lokal. “Selain lebih tahan lama, buah lokal lebih banyak untungnya,” tutur Nur Setiyono.

Sebagai penjual buah, penghasilan Setyono tak menentu. Jika dihitung, mungkin hanya cukup untuk makan sehari-hari bersama keempat anaknya. Meski demikian, keluarga Setyono tak patah arang untuk terus menyekolahkan keempat anaknya sampai jenjang paling tinggi. “Modal saya hanya berdoa, jika Tuhan menghendaki pasti ada jalan,” ujar dia.

Adik pertama Aminin saat ini telah memasuki semester 6 di Jurusan Fisika Uiversitas Negeri Yogyakarta (UNY). Adik ke dua dan ke tiganya masih duduk di Kelas 1 SMP dan 2 SD. Tak seberuntung kakaknya, Setiyono harus membiayai sendiri biaya kuliah anak keduanya. “Uangnya dari hasil tabungan kami dan tabungan beasiswa Bidik Misi Aminin,” kata Setyono.

Menurut Setyono, keluarganya merupakan penduduk rantau dari Nganjuk, Jawa Timur. Dengan mengharap kehidupan yang lebih baik, mereka pun nekat merantau ke Yogyakarta saat Aminin masih duduk di bangku SD.

Sejak merantau, mereka mengontrak gubuk kecil berukuran 4x5 meter di Padukuhan Samirono dengan biaya Rp 2,5 juta pertahunnya. Angka yang lumrah untuk sebuah gubuk kecil berdinding anyaman bambu yang sewaktu-waktu bisa ambruk terkena angin. Bahkan, belum sampai tiga bulan ditempati, gubuk kecil itu ambruk karena keadaan tiang penyangganya yang telah lapuk.

“Mau tidak mau, akhirnya kita benahi dengan biaya sendiri,” kata Ibu Aminin, Khalimatul Muslimah. Tidur, belajar, memasak, menonton televisi mereka lakukan di satu ruangan yang sama setiap harinya.

Kini, setelah lulus Sarjana Biologi, Aminin ingin melanjutkan studi S2 di UGM dengan jalur beasiswa. Sambil mendaftar beasiswa S2, Aminin mengisi waktu luangnya dengan menjadi guru les di Lembaga Bimbingan Belajar Quantum.

Dari hasil mengajar ini, Aminin mendapatkan gaji sebesar Rp 45.000 setiap pertemuan. Dia pun mengaku tak ingin pergi jauh dari orangtua. “Saya ingin mencari kerja di Yogya saja,” kata Aminin.

Nur Setiyono dan istrinya sangat bangga melihat anak pertamanya telah berhasil menyelesaikan studi sarjananya. Ia optimis anaknya bisa melanjutkan kuliah ke jenjang selanjutnya sesuai dengan apa yang cita-cita.  (Dream)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar