Minggu, 30 November 2014

Tolak Kenaikan BBM, Elemen Buruh Sepakat Gelar "Mogok Nasional" Pekan Depan



Jakarta - WARA - Penolakan kaum buruh atas kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) terus berlangsung. Tidak puas dengan aksi demo di sejumlah daerah, elemen buruh sepakat menggelar aksi mogok nasional pada 10-11 Desember mendatang.

Kemarin, ratusan buruh yang berasal dari Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) dan Serikat Pekerja Nasional (SPN) menggelar aksi pemanasan jelang mogok nasional di depan Gedung DPR, Senayan, Ja­karta. Mereka menolak kenaikan harga BBM subsidi dan menuntut agar Upah Minimum Provinsi (UMP) 2015 yang sudah ditetapkan direvisi, karena belum mem­pertimbangkan kenaik­an harga BBM.

Buruh yang berdatangan sejak pukul 13.30 WIB langsung menutup jalan. Namun, aparat kepolisian memaksa massa untuk membuka satu jalur agar tidak terjadi kemacetan parah.

Massa membawa spanduk bertuliskan "Hentikan Kekerasan dan Kriminalisasi terhadap Aktivis Buruh", "Buruh dan Rak­yat Bersatu Menolak Kenaikan Harga BBM", dan "Buruh Menolak Kenaikan Harga BBM dan UMP DKI Jakarta Rp 2,7 juta".

Buruh juga menyatakan siap melakukan mogok nasional pada 10 dan 11 Desember mendatang. Aksi mogok nasional itu akan diikuti tiga elemen buruh, yakni KSPSI, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), dan Konfederasi Serikat Buruh Sejah­tera Indonesia (KSBSI).

Presiden Asosiasi Pekerja (ASPEK) Indonesia Mirah Sumirat mengatakan, pihaknya menolak kebijakan Jokowi-JK yang menaikkan harga BBM. ASPEK Indonesia sebagai federasi buruh yang bernaung di bawah KSPI menilai, kenaikan harga BBM tidak masuk akal karena dilakukan saat harga minyak dunia menurun.

"Ini bukan masalah naik dua ribunya, tapi kenaikan harga semua kebutuhan pokok. Kalau kita diam saja berarti kita rakyat yang tolol," ujarnya saat berorasi.

Dia juga mengecam tindakan represif aparat saat mengawal aksi-aksi buruh menolak kenaikan harga BBM. Minggu lalu di Bekasi, buruh yang sedang aksi dipukuli aparat, motor-mo­tor dirusak. Copot segera Kapolres Bekasi,” teriaknya.

Menurut Mirah, sebelum kenaikan harga BBM, buruh juga sudah dibebani oleh upah yang tidak layak. Buruh sudah bosan diberi upah murah. Upah murah karena banyak pengusaha hitam yang main mata dengan kepala daerah. Sekarang kita minta ke DPR untuk bentuk Panja Upah agar buruh bisa diupah layak,” tekannya.

Setelah sejumlah orator menyampaikan aspirasinya, pukul 13.30 WIB, Presiden KSPSI Andi Gani Nena Wea, Presiden KSBSI Mudhofir, dan Presiden KSPI Said Iqbal turut bergabung dalam aksi tersebut. Menurut mereka, mulai saat ini buruh menyatakan satu perjuangan demi menuntut hakhak buruh yang diabaikan pemerintah.

Andi mengklaim, pemerintah pasti terkejut melihat tiga konfederasi buruh terbesar kembali berjuang bersama. Kita tegas­kan bahwa 10-11 Desember nanti kita akan lumpuhkan Indonesia,” teriaknya.

Dikatakan, dalam aksi-aksi menolak kenaikan harga BBM, ratusan motor buruh dihancurkan aparat dan preman. Bahkan beberapa buruh terluka hingga gegar otak.

"Buruh Indonesia harus bergerak. Hilangkan ego dan kepentingan sendiri. Tiga konfederasi ini siap bersama memimpin gerakan buruh Indonesia. Kami siap bergerak dari seluruh pabrik yang ada di Indonesia untuk membuktikan bahwa buruh punya kekuatan," tegas Andi.

Mudhofir menimpali, setelah hampir 2 tahun berjuang sendiri-sendiri, kini buruh kembali kepada hakikat perjuangannya untuk bersatu memperjuangkan kesejahteraan.

"Sampai sekarang upah masih rendah, outsourcing merajalela, dan buruh direpresif. Berdasarkan hal ini, kita tidak bisa berjuang sen­diri karena yang dihadapi adalah tembok besar yang kuat," katanya.

Dia menekankan, tiga pimpinan konfederasi buruh siap dipenjara demi memperjuangkan aspirasi buruh Indonesia. "Hari ini awal kebangkitan bersama buruh Indonesia. Kita sudah siap mogok nasional pada 10-11 De­sember nanti," celotehnya.

Said Iqbal menambahkan, kenaikan harga BBM membuat buruh kembali miskin. "Kenaikan harga BBM membuat daya beli buruh turun 80 persen. Gaji buruh akan habis untuk membayar sewa kontrakan, transportasi, dan harga kebutuhan pokok,” keluhnya.

Karena DPR dan pemerintah tak kunjung mendengar aspirasi buruh, kata Said, maka pihaknya menyerukan mogok nasional.

"Sebanyak 1,7 juta anggota KSPI, 3 juta anggota KSPSI, 500 ribu anggota KSBSI, dan 300 ribu anggota SPN akan melumpuhkan Indonesia. Mogok nasional ini akan melumpuhkan ekonomi karena bertahun-tahun buruh dilumpuhkan secara struktural," cetusnya.

Melalui mogok nasional, lanjut Said, buruh bukan sedang mencoba kudeta atau menghan­curkan Indonesia. (SETIANEWS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar