Minggu, 30 November 2014

Jokowi Bohong Diskon Minyak Angola Hemat Rp15 Triliun



Jakarta – WARA - (30/110 - Lagi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai telah berbohong dengan mengatakan jika Indonesia membeli minyak mentah dari Angola akan mendapat diskon USD 15 per barel.
Dengan diskon itu, Jokowi mengklaim uang negara yang bisa dihemat, “Setahun sekitar Rp 15 triliun,” ujar Jokowi seusai menandatangani kerja sama dengan Wakil Presiden Angola Manuel Domingos Vicente di Istana Merdeka, Jumat (31/10) siang.

Namun, “Dari surat terakhir kesepakatan itu, Angola mematok harga minyaknya sama dengan harga minyak pasaran internasional,” beber pengamat politik anggaran dari Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Uchok Sky Khadafi dalam diskusi bertema ‘Prospek Migas Nasional di Bawah Direksi Baru Pertamina’ yang digelar di restoran Dapur Selera, Tebet, Jakarta, Minggu (30/11).

Dia menantang Presiden Jokowi untuk beli minyak mentah sebanyak-banyaknya bila memang mendapat diskon dari negara di benua Afrika tersebut. “Kalau benar diskon beli dong minyak yang banyak, terus disimpan di kilang-kilang minyak internasional,” jelasnya.

Senada, pengamat politik Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menambahkan bahwa pemerintah harus hati-hati terkait kerja sama yang belum pasti terjadi. Pasalnya, hal itu bisa menjadi pembohongan publik. “Menteri Sudirman Said (ESDM) dan Rini Soemarno (BUMN) harus hati-hati mengatakan kerja sama minyak ke masyarakat sebelum ada kepastian legal. Sebaiknya jangan dibuka ke publik dulu,” ujarnya.

Menurutnya, apabila pernyataan pemerintah tidak sesuai dengan fakta, maka masyarakat akan menilai adanya kebohongan publik. Padahal, itu hanya bagian dari pencitraan, dan TRTKM harus mengusutnya. “Sebagai Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas (TRTKM) Faisal Basri harus berani usut pembohongan publik yang dilakukan Menteri ESDM dan Rini soemarno. Termasuk keterlibatan Surya Paloh dalam jaringan mafia migas,” tegas Karyono.

Untuk diketahui, respons teknis Sonangol Asia pada 20 November 2014 menjawab surat PT Pertamina per 18 November mengenai Counter To The Proposed Contractual Volume 2015 mengungkapkan bahwa Senangol secara tegas menjawab permintaan Pertamina mengenai diskon USD 15 per barel tidak dapat diberikan. Lantaran, masih mengacu kepada normal market price.

Sementara itu, Ketua Komisi VI DPR Achmad Hafisz mengungkapkan, penawaran pertama diskon dari Sonangol EP sebesar 15 dolar AS per barel, namun berikutnya penawaran diskon turun menjadi 6 dolar AS per barel, belakangan Sonangol EP mengirim surat yang berisi pernyataan tak ada harga diskon. “Pertama katanya diskon 15 dolar AS per barel, kemudian berubah menjadi 6 dolar AS per barel. Lantas hari ini zero diskon (tidak ada diskon). Nah, begitulah mereka di Beijing (China) berbisnis,” lontar Hafisz kepada wartawan di Jakarta.

Menurutnya, hal serupa sering terjadi ketika berbisnis dengan berbagai perusahaan dari China. Salah satunya, kata Hafisz juga dialami Ketua Umum DPP PAN saat menjabat Menteri Perhubungan, yaitu Hatta Rajasa yang ketika itu hendak membangun rel ganda kereta api Kroya-Yogyakarta. “Waktu itu Pak Hatta Rajasa pernah hampir dibohongin sama pengusaha di Beijing (China). Ketika itu mereka mau (kerjasama) membangun rel kereta api Kroya-Jogja dengan biaya 350 juta dolar AS. Tapi pihak pengusaha di Beijing belakangan mengatakan hanya akan membiayai 200 juta dolar AS saja, saat itu juga langsung dibatalin Pak Hatta,” ungkap Hafisz.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh sebagai perantara utama kerja sama Sonangol melalu pengusaha China, Sam Pa, begitu juga Rini Soemarno dan Sudirman Said menyatakan harga impor minyak mentah dari Sonangol lebih murah USD 15 per barel dari market price. Sehingga, terjadi penghematan hingga 25 persen untuk impor crude oil Indonesia.

Kronologis Perhitungan
Keterangan Jokowi, seusai menandatangani perjanjian. “Setahun sekitar Rp 15 triliun,” ujar Jokowi seusai menandatangani kerja sama dengan Wakil Presiden Angola Manuel Domingos Vicente di Istana Merdeka, Jumat (31/10) siang.

Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan, antara Pertamina dan Sonagol akan membentuk perusahaan bersama di Indonesia. Kedua persuahaan itu juga akan membangun kilang di wilayah Indonesia sehingga bisa meningkatkan volume minyak yang diproduksi. Sudirman memperkirakan, dalam satu hari, diprediksi akan ada 100.000 barrel yang dihasilkan dari kilang minyak tersebut. “Hipotesisnya kalau dapat 100.000 barrel, seperempatnya impor dan kita punya satu perusahaan yang memiliki suplai berkelanjutan, maka tinggal bicara harga. Kalau dapat 100.000 barrel, sehari bisa hemat 2,5 juta dollar,” kata Sudirman. Dengan angka tersebut ada diskon harga 25%.

Dengan diskon 25%, seharusnya Pertamina mendapat harga lebih murah 15 dolar AS, berarti harga patokan dasar Sonangol adalah USD60/barel. Ini masalahnya, harga dasar Sonangol USD60/barel yang menurut prinsip cara berdagangnya, USD15 ditambahkan kepada harga dasar sebagai harga mark up, menjadi USD75 per barel. Harga ini tidak bertemu dengan harga pasar dunia, yang sudah USD70 per barerl. “Masak Indonesia mau, membeli di atas harga pasar internasional.”

Sehingga kembali muncul perhitungan angka diskon USD6 per barel sesuai harga pasar, sehingga masih ada kelebihan USD4 per barel (untuk siapa?). Nampaknya, para calo kedua belah pihak kurang puas. Lantas muncullah zero diskon (tidak ada diskon). (fastnewsindonesia.com)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar