Selasa, 23 Desember 2014

Jelang Natal Warga Mamasa Keluhkan Jalan.




Polewali- WARA - Menghadapi mudik Natal dan Tahun Baru 2015, warga Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat kembali diperhadapkan pada sebuah dilema. Ya, sebuah dilema, apalagi kalau bukan persoalan jalan menuju daerah itu. Padahal kita tahu bahwa warga Kabupaten Mamasa, Sulbar 70% adalah ummat Kristiani dan tentu begitu banyak di antara mereka yang kini berkerja dan beraktivitas di luar Mamasa yang pastinya berharap untuk merayakan Natal di kampung halaman.

Senin (23/12) saat wartawan media ini tiba di Titik Nol jalan menuju Mamasa, tepatnya di Kecamatan Manding, Kabupaten Polewali Mandar, memang jalan ke sana nampak bagus, tetapi siapa sangka jika kita mulai masuk dan menelusuri alam pegunungan yang begitu indah menakjubkan menuju kampung tua di kaki Pengunugan Quarles, Provinsi Sulbar itu, kita akan dipertemukan oleh genangan lumpur tanah merah yang khas akan alam pengunungan Mamasa. Terbukti juga dengan terlihatnya beberapa mobil mini bus yang tiba dari sana, semua penuh bekas lumpur yang luar biasa.

Ketika kita banting stir ke dalam menuju wilayah Kabupaten Mamasa itu, di sinilah kita akan menemukan eksotisme budaya megalitikum dan alam yang maha indah. Sayang sekali, nampaknya perhatian serius pemerintah belum terlihat di sini.

Terbukti, bahwa jalan Polewali-Mamasa sebagai jalur utama akses kabuparen baru hasil pemekaran Polmas ini nampak masih sangat memprihatinkan. Tak ayal kemudiaan keluhan senantiasa bermunculan dari setiap relung hati terdalam rakayat Mamasa.

Di salah satu grup media sosial Facebook orang Mamasa misalnya, ada begitu banyak komentar dan keluhan akan sulitnya umat Kristiani Mamasa untuk pulang dan berkumpul dengan sanak keluarga di Bumi Kondo Sapata itu. Semuanya karena khawatir akan parahnya jalan yang kian hari kian memburuk dan penuh kubangan lumpur itu, diperparah lagi oleh musim hujan kini.

Lalu siapa saja yang sanggup menantang ganasnya lumpur jalan Pegunungan Quarles itu? Tentu tidaklah muda dan butuh nyali, lebih-lebih saat mau mendaki di beberapa titik menuju ke sana, harus butuh nyali memang untuk tembus.

Keluhan-keluhan akan sulitnya akses jalan Mamasa tentu tak bisa dinafikan oleh siapapun. Hendry Jonathan misalnya, pemuda asal Bamban Kabupaten Mamasa ini pun tak kuasa menahan aurah kesalnya.

Ditemui di terminal Polewali-Mamasa, Hendry yang kini aktif menyuarakan pentingnya aset budaya Adat Mamasa nampak cukup kecewa dan berharap, agar pemerintah lebih mempèrhatikan upaya akselerasi pembangunan jalan Poros Mamasa. Apalagi Gubernur Sulawesi Barat, Anwar Adnan Saleh adalah putra asal Kabupaten Mamasa. Keluh Hendry dengan wajah kecutnya.

Dihubungi terpisah, Wakil Ketua DPRD Sulbar asal Kabupaten Mamasa, Munandar Wijaya, S. IP, M. AP mengatakan, pihaknya baru terpilih dan baru akan memulai perjuangan panjangnya menuju pembangunan jalan poros Mamasa itu.

"Kami komitmen sesuai janji kami, prioritas utama kami adalah pembangunan jalan Mamasa," ungkap Munandar mantap.

Lebih lanjut Nandar, sapaan akrab Wakil Ketua DPRD yang juga anak Bupati Mamasa itu menegaskan, bahwa dirinya baru saja memimpin rapat pembahasan anggaran jalan di Sulbar, dan Mamasa adalah prioritas utamanya. Dia yakin mulai tahun depan akan ada perbaikan jalan secara berkelanjutan, janjinya. (hm3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar