Kamis, 08 Januari 2015

Bena, Kampung Adat dalam Pelukan Gunung Inerie, Bajawa, Flores

Di kampung Bena serasa kembali ke jaman batu sejenak dan lupa akan hiruk pikuk kota metropolitan.
WARA - Sekali lagi, kontributor Skyscanner, Sutiknyo, berbagi cerita dan pengalaman travelnya - kali ini di Kampung Bena, sebuah kampung adat tidak jauh dari kota Bajawa, Flores. Masyarakatnya masih aktif berinteraksi dengan para leluhurnya dan memegang teguh budaya yang diwariskan leluhur mereka. Terinspirasi untuk melakukan lebih banyak wisata budaya di tanah air, why not?

Tentang Adat dan Budaya Kampung Bena
Rumah adat yang beratapkan ijuk berjajar rapi seperti umpak-umpak tersusun ketika Anda memasuki beranda depan kampung di sisi utara. Posisi kampung sendiri memanjang dari sisi utara ke selatan. Namun hanya di bagian utaralah kita bisa melewati pintu masuknya karena di bagian selatan kampung yang merupakan daerah tertinggi merupakan tebing terjal yang tidak bisa dilalui. Ada hal unik yan bisa kita lihat jika memperhatikan simbol di atas rumah warga ini: patung pria di atas rumah yang memegang parang dan lembing adalah Sakabolo, ini adalah rumah inti keluarga laki-laki.



Yang tak kalah menarik adalah ketika memasuki teras rumah warga kampung Anda akan menjumpai banyak sekali tanduk kerbau, rahang dan taring babi dipajang menggantung berderet di depan rumah sebagai lambang status sosial orang Bena. Tanduk, rahang dan taring babi yang digantung itu biasanya berasal dari hewan-hewan yang dikorbankan saat upacara adat oleh masing-masing suku yang ada di kampung.



Nga’du dan bhaga adalah dua simbol leluhur kampung yang berada di halaman, kisanatapat, tempat upacara adat digelar untuk berkomunikasi dengan leluhur mereka. Nga’du berarti simbol nenek moyang laki-laki dan bentuknya menyerupai sebuah payung. Sedangkan bhaga berati symbol nenek moyang perempuan yang bentuknya menyerupai bentuk miniatur rumah.



Lain halnya dengan batu nabe. Di bawah susunan batu nabe terdapat makam leluhur mereka. Biasanya dipakai oleh tetua adat kampung untuk menyelesaikan masalah yang sedang terjadi di kampung Bena. Selain dipakai untuk sarana berkomunikasi dengan leluhur, batu nabe juga tempat untuk menaruh sesaji buat para leluhur mereka.

Gunung Inerie yang terkenal di Flores
Kampung Bena berada dalam pelukan gunung Inerie (2.245 mdpl). Penduduk setempat percaya bahwa di puncak gunung Inerie bersemayam dewa Zeta yang melindungi kampung mereka. Itu sebabnya mereka selalu menghormati gunung ini. Letak kampung Bena yang tidak terlalu jauh dari kota Bajawa membuat kampung ini cukup dikenal terutama di kalangan wisatawan mancanegara.



Karena letaknya di lereng gunung, maka udara di kampung ini cukup sejuk sehingga sekedar uduk santai di teras rumah adat yang berjajar rapi pun menjadi aktivitas menyenangkan untuk dilakukan di kampung ini. Bercengkrama dengan ombrolan hangat dengan warga kampung membuat siapapun lupa waktu, apalagi dengan suguhan moke nan nikmat. Kalau lagi beruntung menu rebusan singkong dan sambel teri patut di coba, menu ini biasanya ketika upacara adat tiba.

Sembilan Suku di Kampung Bena
Di Bena terdapat sembilan suku yang menghuni 45 rumah. Kesembilan suku itu adalah suku Dizi, suku Dizi Azi, suku Wahto, suku Deru Lalulewa, suku Deru Solamae, suku Ngada, suku Khopa, dan suku Ago. Yang membedakan satu suku dengan suku lainnya adalah tingkatannya sebanyak 9 tingkat. Tiap suku berada di satu tingkatan, suku Bena sendiri berada di tengah dan dianggap suku paling tua dan pendiri kampung dan karena itulah nama kampung ini kampung Bena.



Jika akan ada acara adat biasanya para tetua adat dari suku-suku yang mendiami kampung akan bermusyawarah terlebih dahulu. Kesembilan suku yang hidup di kampung ini begitu harmonis dan saling menghargai. Bentuk kebersamaan mereka semakin terlihat ketika terdapat pembangunan rumah adat. Semua bergotong royong mengerahkan tenaganya untuk membangun atau pun merenovasi sebuah rumah adat.



Berada di kampung bena ini kita akan disuguhi sebuah pertunjukan megah zaman megalithikum. Hamparan bebatuan Megalith tertata apik untuk sarana upacara adat. Sejak dulu warga Bena selalu percaya bahwa gunung, batu dan hewan-hewan harus dihormati sebagai bagian dari kehidupan.

Cara Menuju Bena: Penerbangan ke Kupang atau Labuan Bajo
Pilihan pertama adalah dari Jakarta cari penerbangan ke Labuan Bajo (biasanya) transit di Bali dan dari Labuan Bajo naik travel menuju Bajawa. Dari Bajawa Anda dapat menyewa mobil atau naik ojek untuk menuju ke kampung Bena.

Rute kedua adalah penerbangan ke Kupang dan dari Kupang naik pesawat lagi menuju Ende. Lalu dari Ende Anda dapat naik travel atau bis umum menuju Bawaja dan setelah sampai Bajawa Anda dapat memilih sewa mobil atau ojek.

Namun ada juga wisatwan yang menyewa mobil langusng dari Labuan Bajo ataupun Ende. Jarak kampung Bena dari ibukota kabupaten hanya sekitar 18 kilometer. Pilihan di tangan Anda.

Tips dan Rekomendasi Tempat Wisata di Bena
Datanglah dengan Pemandu lokal karena mereka akan menceritakan segala hal tentang kampung ini. Biasanya pemandu-pemandu ini adalah warga kampung Bena itu sendiri yang sudah dibina menjadi pemandu wisata. Adapun beberapa lokasi wisata yang seru untuk dikunjungi sekitar Bajawa antara lain:
1. Desa Bela: sebuah desa adat yang tidak jauh lokasinya dari Bena
2. Air Panas SOA:  pemandian air panas yang letaknya tidak jauh dari kota Bajawa. Cara yang menyenangkan untuk menghilangkan rasa lelah dengan berendam di air panas yang memancar dari perut bumi dan membentuk sebuah kolam kecil di daerah SOA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar