Rabu, 11 Februari 2015

Penyidik KPK Diteror Akan Dibunuh


Sebanyak 13 tokoh dari sejumlah agama di Indonesia menggelar doa bersama di pelataran Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Jumat (6/2).

Jakarta – WARA - Sejumlah pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) disebut mendapat ancaman dalam bentuk verbal dan nonverbal melalui pesan singkat, telepon, maupun diikuti oleh orang tak dikenal.
Bahkan, sejumlah pegawai disebut diancam akan dibunuh. Teror tersebut diterima oleh tim penyidik dan Biro Hukum yang tengah menangani sidang praperadilan Kapolri terpilih Komjen Pol Budi Gunawan di PN Jakarta Selatan.

Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto tak membantah informasi tersebut. Dikatakan, saat ini pihaknya masih mendalami informasi tersebut dan belum dapat menyampaikan ke publik.

"KPK sekarang sedang menangani kasus ini, kami belum bisa sampaikan ke publik, tapi mudah-mudahan dalam waktu sesingkat-singkatnya kita bisa jelaskan ke publik," kata Bambang usai pembukaan Festival Film Antikorupsi (Anti Corruption Film Festival - ACFFest, di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Jakarta, Rabu (11/2).

Bambang mengatakan, pihaknya tidak ingin menuduh siapa pun. Menurutnya, aksi-aksi teror tersebut harus ditangani secara hati-hati, dan teliti. 

Menurut Bambang, untuk menangani persoalan ini, pihaknya sudah membentuk tim dan berkoordinasi dengan sejumlah lembaga yang terkait.

"Kami tidak mau menuduh siapa-siapa tapi fakta-fakta terorizing itu memang sedang kita teliti lebih lanjut dan ini harus ditangani secara baik, hati-hati, supaya kasusnya bisa selesai, kami tidak mau terburu-buru membuat pernyataan kepada media dan beri kesempatan kepada KPK. Tim sudah dibentuk, kita sudah berkomunikasi awal dengan lembaga-lembaga penting yang menangani hal-hal ini dan pada saatnya akan diberitahu pada publik," tegasnya.

Bambang menyatakan, setiap orang yang bekerja di KPK telah memahami semua potensi resiko yang akan dihadapi dalam menjalankan tugasnya. Namun, Bambang mengakui, ancaman kali ini sudah melampaui batas.

"Semua potensi resiko itu pasti sudah diketahui. Tapi berat derajat risikonya sampai begitu dahsyat ini tentu di luar kemampuan kita bernalar tapi yang lebih penting kita mau selesaikan masalah ini. Kita beritahukan kepada publik dan mudah-mudahan masalah dapat selesai," jelasnya. (SP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar