Jumat, 06 Februari 2015

Jokowi Enggak Akan Bertahan Lima Tahun



Rachmawati Soekarnoputri.

Jakarta - WARA - Sekarang sedang rebut berita tentang Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan partai pengusungnya PDI Perjuangan (PDIP). Mulai dari isu kerenggangan akibat konflik KPK vs Polri sampai isu kedekatan Jokowi dengan Koalisi Merah Putih (KMP) hingga konflik internal PDIP sendiri.

Salah satu kritikus paling keras terhadap PDIP dan Jokowi adalah Rachmawati Soekarnoputri,  adik kandung Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri sendiri. Putri ketiga Bung Karno itu kerap melontarkan kritik pedas kepada kakaknya dan Jokowi, termasuk melaporkan kasus dugaan korupsi Jokowi ke KPK menjelang pilpres lalu.

Pertanyaannya, ada apa sebenarnya antara Rachmawati dan Mega? Kemudian bagaimana pandangannya terhadap Jokowi? Berikut ini penuturannya kepada Arbi Sumandoyo dan Muhammad Taufiq dari merdeka.com di kediamannya Jalan Jati Padang Raya, Pasar Minggu, Kamis (5/02).

Sejak kapan anda selalu berbenturan dengan PDIP ?
Dari dulu. Makanya saya bilang amin aja. Saya mau dibilang antitesanya Mega, saya hanya bilang amin. Asalkan satu, jangan sampai saya dibilang antitesanya Bung Karno.

Tepatnya, mulai kapan tak akur dengan Megawati ?
Sejak dia masuk dengan PDIP sebenarnya enggak ketemu. Dia orientasinya kekuasaan. Saya bukan itu. Saya laksanakan ajaran Soekarno. Saya konsekuen lho.

Hal itu yang menjadi kan anda selalu kritis kepada PDIP dan Megawati ?
Antitesa. (Ketawa hahahahaha)

Bukan kah anda pernah mendukung Megawati saat mencalonkan Ketua Umum PDIP ?
Begini lho. Dulu tahun 1978 atau 1977, saya lupa persisnya kapan. Tapi di tahun 1970-an, anak-anak Soekarno itu sudah pernah bikin konsensus politik, intinya itu tidak masuk di dalam politik praktis. Artinya tidak memilih kepada partai politik yang diciptakan oleh Orde Baru, Golkar, PPP dan PDI. Teken semua termasuk Mega, kita diharuskan konsekuen. Tidak boleh ikut kampanye.
(Berhenti bicara karena menerima telepon) lalu melanjutkan cerita tapi off the record.

Tapi anda pernah mendirikan Partai Pelopor ?
Kemudian pada saat Undang-undang menyatakan setelah tiga partai jadi berapa partai. Inikan temen-temen saya yang perjuangan ini ingin berkiprah. Terus bilang saya enggak cocok di PDI. Terus kemudian, temen-teman saya bilang, kalau bersedia kita mendirikan Partai Pelopor. Tapi saya nggak janji tapi kita harus teguh di dalam basis ideologi yang kita bawa. Karena ini nggak gampang, karena ini perubahan dari undang - undang parpol ini tidak lepas dari kepentingan juga politik makro. Ini sebetulnya terjadi liberalisasi dari partai-partai. Jadi usulnya dari 3 partai menjadi beberapa partai.

Soal Jokowi, kalau anda lihat berapa lama pemerintahan Jokowi bertahan ?
Kalau di dalam lingkup pemikiran, kita konsen terhadap kepentingan bangsa yang masih berbasis pada proklamasi seharusnya ini (pemerintahan Jokowi) sudah enggak lama. Apa? Karena yang dijalankan ini sebenarnya sudah antitesa dari amanat proklamasi. Mengubah undang-undang dasar 1945, free market oriented, private liberalizm. Itu harusnya sudah selesai. Kalau dalam konteks kita ingin menegakkan negara proklamasi.

Artinya tidak sampai lima tahun ?
Tidak sampai, harusnya ini sudah selesai. Pokoknya sekarang ini bukan rahasia lagi. Ini pemerintahan proxy, kapitalis dan apa yang saya lihat di situ memang pemerintahan sekarang kaya pemerintahan boneka. Ada kepentingan-kepentingan kapitalis. Kepentingan yang lebih besar yang sebetulnya menyetir dari pemerintahan sekarang ini. Satu contoh, saya sudah bisa memprediksi sebelum pilpres, itu freeport bakal diperpanjang. Saya tahu, karena waktu di Watimpres persoalan segala macem dalam bidang politik saya. Waktu itu orang bilang ini Neolib yang berkuasa antara lain akan mereposisi polisi menjadi polisi federal di bawah kementerian. Itu saya tentang habis-habisan.

Karena ini strategi atau grand desain dari proxy. Dia menginginkan NKRI ini bubar. Sudah menghapus Konstitusi Proklamasi 1945, Pancasila 'diogrok-ogrok' menjadi empat pilar nggak jelas. Sekarang tinggal NKRI. Selesai. Kalau NKRI ini bubar jadi enggak ada negara proklamasi lagi. Ini sebetulnya pekerjaan besar. Jadi kalau ditanya kepada saya, bagaimana sebenarnya pemerintahan Jokowi? Tergantung konsen kita ini apa, kalau konsen kita proklamasi, style-nya tidak begini, udah jauh ini. Karena nggak bisa bicara negara kesatuan lagi. Kalau pemikiran orang, katakan lah menteri-menterinya ini nggak ngerti persoalan, tiba-tiba bicara soal reposisi. Jadi negera federalis kita.

Artinya sama sekali tak punya keyakinan Jokowi bertahan lima tahun ke depan ?
Enggak. Enggak. Enggak. Ada pertanyaan yang sebetulnya kita kembali seperti anak SD. Kalau seorang boneka katakanlah bisa bertahan lama nggak sih? Tergantung majikannya kan? Nah kalau dia tidak berhasil membawa misinya majikan, ya sudah selamat, berhenti tugasmu.

Apakah indikasi itu ada ?
Lho itu sudah menjadi aksioma. Kalau kita tidak bisa berdikari dalam bidang politik, ekonomi, tidak berperikebudayaan. Wassallam.

Apa anda melihat tanda-tanda kerenggangan hubungan antara PDIP dengan Jokowi ?
Kalau 'her master boys' tidak senang mungkin saja. Ada semacam kerenggangan kan begitu, itu sudah kiat-kiatnya. Ya namanya orang, elu kan pesuruh, petugas, enggak mau ngerti, enggak mau tunduk. Gimana sih kalau majikan bilang gitu. Kamu bangkang, kamu begitu.

Apakah anda lihat banyak agen-agen kapitalis di pemerintahan Jokowi ?
Oh banyak banget. Dari zaman Bung Karno sebenarnya dari banyak orang, berubah muka. Tapi dulu yang menjatuhkan Soekarno itu salah satunya antek kapitalis. Kalau Soekarno bilang antek Nekolim, neo kolonialisme. (Merdeka.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar