Senin, 09 Februari 2015

Jokowi Dalam Dekapan Sang Begawan Intel



Jakarta - WARA - Belum lama memerintah, Presiden Joko Widodo sudah mengambil beberapa keputusan mengagetkan. Bahkan sebagian kalangan menganggapnya kontroversial. Pertama soal kesepakatan perpanjangan kontrak eksplorasi Freeport-McMoran hingga 2041. Lantas mendapuk menantu mantan Kepala Badan Intelijen Negara, Jenderal (Purnawirawan) Abdullah Makhmud Hendropriyono, Brigjen TNI Andika Perkasa, menjadi Komandan Pasukan Pengamanan Presiden. Anak Hendro, Diaz Hendropriyon, mendadak didaulat menduduki kursi salah satu Komisaris PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel).

Kemudian soal sikap Jokowi yang dinilai tidak memberikan solusi dalam konflik Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kepolisian Republik Indonesia. Terakhir ketika Jokowi merestui PT Adiperkasa Citra Lestari, perusahaan milik Hendropriyono guna menjalin kerjasama dengan perseroan otomotif Malaysia, Proton, buat proyek mobil nasional. Padahal perusahaan otomotif negeri jiran itu pun hampir ambruk.

Langkah terakhir Jokowi dinilai menjadi bumerang. Sebab dia dianggap melupakan masa lalu. Yaitu saat dia rela membela mobil bikinan lokal, Esemka, ketika itu dicibir sana-sini. Dia bahkan rela menyetir mobil itu dari Surakarta sampai Jakarta buat memamerkan ketangguhannya.


Gara-gara itu juga pamornya melejit di mata masyarakat dan memuluskan langkahnya menginjakkan kaki di Balai Kota DKI Jakarta sebagai Gubernur, walau tidak lama, dan berhasil melenggang ke istana. Banyak pihak menginginkan supaya Jokowi lebih fokus membenahi fasilitas umum lain ketimbang ngotot membikin mobil nasional. Saat Jokowi bermukim di Istana Kepresidenan, Hendropriyono adalah salah satu tamu rutin datang.

Entah apa yang merasuki Jokowi tiba-tiba menggandeng Hendropriyono dalam proyek mobil nasional. Sebab, kiprah Hendropriyono dalam industri otomotif tanah air pun tak pernah terdengar. Semoga saja Jokowi tak dibutakan oleh politik balas budi dan mengorbankan kepentingan rakyat saat ini.


Kontroversi menantu Hendropriyono jadi Danpaspampres
Presiden Joko Widodo menjatuhkan pilihan kepada Brigjen TNI Andika Perkasa buat menduduki jabatan Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres). Penunjukan jenderal bintang satu ini lalu menuai kontroversi.

Sebab, Andika merupakan menantu dari mantan Kepala Badan Intelijen Negara, Jenderal (Purnawirawan) Abdullah Makhmud
Hendropriyon. Hendropriyon juga pernah menjadi Dewan Penasihat Tim Pemenangan Pasangan Jokowi-Jusuf Kalla pada pemilihan presiden lalu.

Andika menempuh pendidikan di Akademi Militer angkatan 1987. Dari sejawatnya, dia adalah yang pertama memiliki bintang dua di pundaknya.

Pengangkatan Andika sebagai Danpaspamres dianggap sebagai lompatan karier yang terlalu cepat. Sebelumnya, dia sempat menjadi Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad).

Namun, Mabes TNI tetap menunjuk Andika mengemban tugas sebagai Danpaspampres pada 15 Oktober 2014. Dia menggantikan Mayjen Doni Monardo didaulat menjadi Komandan Komando Pasukan Khusus.

Anak Hendropriyono mendadak jadi Komisaris Telkomsel
Tak berapa lama Presiden Joko Widodo menjabat, mendadak dia memberikan kesempatan kepada orang-orang terdekatnya. Salah satunya kepada mantan anggota Dewan Penasihat Tim Pemenangan Pasangan Jokowi-Jusuf Kalla pada pemilihan presiden lalu, Jenderal (Purnawirawan) Abdullah Makhmud Hendropriyon.

Pada akhir Desember 2014, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Teelekomunikasi Selular (Telkomsel) memutuskan merombak susunan direksi. Mereka menetapkan Ririek Adriansyah sebagai Direktur Utama menggantikan Alex Janangkih Sinaga yang dipercaya menjadi Direktur Utama Telekomunikasi Indonesia (Telkom).

RUPS juga memutuskan perubahan jajaran Komisaris Telkomsel. Paling mengejutkan, Diaz
Hendropriyon didapuk duduk di kursi komisaris perusahaan telekomunikasi itu.

Anak Hendropriyono itu juga bersama-sama ayahnya menjadi tim sukses pasangan Jokowi-JK pada pilpres lalu. Diaz tercatat sebagai Ketua Umum Kawan Jokowi dan situs Gerak Cepat Jokowi-JK.

Ketika dikonfirmasi soal alasan penunjukan Diaz menjadi Komisaris Telkomsel, Vice President Corporate Communication Telkomsel Adita Irawati menyatakan, kuasa penunjukan komisaris dan direksi sepenuhnya di tangan pemegang saham. Yaitu PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dan Singapore Telecomunications Ltd.

"Keputusan pemegang saham orang yang tepat menuju digital company" ujar Adita kepada merdeka.com.

Hendropriyono mengaku tidak ikut campur dalam proses penunjukan anaknya, Diaz, sebagai Komisaris PT Telkomsel oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara, Rini M. Soemarno. Meski tidak pernah berkecimpung di dunia telekomunikasi, dia berkeras anaknya mampu mengemban tugas.

"Itu saya tidak ikut campur, sepanjang kemampuan ada, pendidikannya cukup, saya kira terserah yang menilai," kata Hendropriyono di Istana Negara, Jakarta, pada 5 Januari lalu.

Hendro mengatakan, penunjukan anaknya juga terserah kepada kewenangan Presiden Joko Widodo. Dia mengaku tidak pernah mempengaruhi keputusan tersebut.

"Saya tidak pernah ikut campur soal-soal yang ada kaitannya dengan kekeluargaan atau famili saya, itu terserah kepada presiden," ujar mantan Kepala Badan Intelijen Negara itu.

Hendropriyono sempat masuk bursa Wantimpres
Nama mantan Kepala Badan Intelijen Negara A.M. Hendropriyon sempat masuk dalam bursa anggota Dewan Pertimbangan Presiden. Tetapi dia akhirnya tidak terpilih.

Melalui pesan singkat yang diduga dikirim oleh
Hendropriyon pada 18 Januari lalu, dia menyatakan beberapa alasan penolakan menjadi Wantimpres.

"1. Anak saya ada di pemerintahan, malah menantu saya ada di istana, karena jadi Danpaspampres. Tidak elok sama sekali jika saya juga ada di sana."

"2. Saya sudah 3 kali duduk di Kabinet. Tidak baik bagi Indonesia yang 250 juta penduduknya ini. Seperti tidak ada orang lain saja di RI, yang lebih layak daripada saya."

"3. Saya berjuang di kubu Jokowi-JK dulu, bukan karena saya ingin kedudukan. Tapi demi cita-cita RI menjadi lebih baik."

"4. Usia saya tahun ini sudah 70 thn. Dalam kehidupan prajurit kita berpendirian, bahwa orang yang bijak adalah yang tahu kapan dia harus berhenti. Karena itu saya mohon jangan ada lagi di antara kalian kawan-kawanku, yang menyesalkan jika saya tidak ada lagi dalam pemerintahan."

Jokowi restui Hendropriyono bikin Mobnas berkongsi dengan Proton
Presiden Joko Widodo mendadak berambisi mewujudkan mobil nasional Indonesia. Dia bahkan menggandeng pabrikan otomotif asal Malaysia, Proton, buat mewujudkan ambisinya.

Namun, Jokowi malah menunjuk PT Adiperkasa Citra Lestari buat menjajaki kemungkinan itu. Ternyata, itu adalah perusahaan milik mantan Kepala Badan Intelijen Negara, Jenderal (Purnawirawan) AM
Hendropriyon.

Kontrak kerjasama itu diteken di Malaysia, berbarengan dengan lawatan Presiden Jokowi ke negeri jiran. Ada juga Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak, pemimpin Proton Tun Dr Mahathir Mohamad, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Datuk Seri Zahrain Mohamed Hashim, dan Duta Besar Indonesia untuk Malaysia Herman Prayitno.

Padahal, gaung perusahaan milik
Hendropriyon di dunia otomotif nasional selama ini tak pernah terdengar. Entah kendaraan macam apa yang dibuatnya. Kantornya pun tak jelas. Berbeda dengan PT SMK di Surakarta yang merakit kendaraan yang dipromosikan langsung oleh Jokowi.

Dalam kumpulan data diakses melalui Sistem Administrasi Badan Hukum, Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, memang tercatat nama PT Adiperkasa Citra Lestari. Perusahaan itu diketahui berdiri pada 22 Februari 2012. Pemiliknya lantas melakukan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan pada 22 Juli 2013.

Dari data Sisminbakum, perusahaan milik Hendro tercatat beralamat di Komplek Rukan Tendean Square nomor 26, Jalan Wolter Monginsidi 122 - 124 Jakarta Selatan. Setelah ditelusuri, ternyata itu adalah kantor Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah, Muhammad Hanafi, SH. (Merdeka.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar