Senin, 29 Desember 2014

Telanjang Memang Bagian Dari Adat Istiadat Indonesia



Artikel ini berisi foto-foto yang menunjukkan adat istiadat budaya bangsa Indonesia masa kini dan masa lalu. .

Sumber: The Jakarta Globe
WARA - Besok penutupan acara Miss World. Yang katanya (baca: hasutannya) kelompok agamawan itu adalah Whore Contest. Kontes Pelacur. Miss world adalah ajang pornografi dan pornoaksi. Makanya harus diperangi, dibubarkan dan sebagainya. Orang mengaku beriman yang seenak jidatnya bilang perempuan berprestasi adalah pelacur. Sementara mereka ini melacurkan agama demi uang, nasi bungkus, jabatan, dan kekuasaan.
 
Porno, tergantung otak yang melihatnya. Kalau otaknya sudah porno, maka gedung DPR terlihat seperti bra. Wanita cerdas terlihat seperti pelacur. Yang perlu dikalibrasi disini adalah otak porno nya. Bukan objek yang dianggap porno tanpa mengacu pada standard manusia normal wajar tidak berotak mesum mengenai definisi pornografi.

“mewujudkan dan memelihara tatanan kehidupan masyarakat yang beretika, berkepribadian luhur, menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, serta menghormati harkat dan martabat kemanusiaan; menghormati, melindungi, dan melestarikan nilai seni dan budaya, adat istiadat, dan ritual keagamaan masyarakat Indonesia yang majemuk;”
Kalimat di atas adalah tujuan UU Pornografi.


Dimana, masyarakat yang beretika itu relatif. Etikanya pedalaman papua tidak sama dengan etika nya Bali, tidak sama dengan etikanya Jakarta, tidak sama dengan etikanya Arab. Sehingga, dalam menerapkan standard mana yang porno mana yang tidak, kita harus menghormati harkat dan martabat kemanusiaan, melindungi seni budaya, adat istiadat dan ritual keagamaannya masing-masing.

Jangan umat Hindu dipaksa-paksa harus menerapkan kaidah islam dalam penerapan kehidupan sehari-harinya dengan alasan islam adalah agama mayoritas. Padahal, di agama mayoritas ini, berada pada masyarakat yang memiliki latar belakang budayanya sendiri-sendiri, yang mengakibatkan sudut pandang berbeda terhadap objek yang dituduhkan sebagai porno, cabul maupun maksiat ini.

Umat islam dengan latar belakang budaya Jawa, akan melihat ibu-ibu mencuci pakaian di sungai berbalutkan selembar kain batik dengan sudut pandang biasa saja. Orang Jawa di kampung-kampung memang begitu. Sementara kaum ngArab akan njenggirat-njenggirat (baca: terkaget-kaget sambil kejang-kejang) melihat pemandangan yang dianggap porno ini, dan berpotensi mengamuk-ngamuk.

Budaya Indonesia tidak perlu diubah menjadi budaya Arab.
Tarian tradisional di bandara Wamena, 2011. Sumber: travel.cnn.com
Orang Papua, tidak akan serta merta berpikir porno jika melihat orang tidak pakai baju. Karena latar belakang budaya, adat istiadatnya memang demikian. Oleh karenanya, otaknya memang tidak mesum dan serta merta melabeli orang lain sebagai pelacur, hanya karena berpakaian sedikit terbuka.

Warrior di pedalaman papua, Desember 2010. Sumber: 123rf.com
Budaya Indonesia memang sudah telanjang begini. Adat istiadat suku bangsa Indonesia, memang sudah berlatar belakang telanjang begini. Makanya otaknya tidak serta merta porno hanya karena melihat kontestan miss world memakai pakaian sedikit berbeda.

Budaya Indonesia tidak perlu diubah menjadi budaya Arab.
Jika kita melihat-lihat foto-foto bangsa Indonesia tempo dulu yang disimpan di beberapa musium di Belanda, kita akan melihat adat istiadat budaya bangsa kita yang asli. Terlepas dari adanya pergeseran nilai-nilai, namun sejarah, budaya, adat istiadat bangsa, adalah fakta kekayaan Republik Indonesia yang sangat berharga.
.
Ibu-ibu mencuci pakaian di sebuah tempat laundry. Foto diambil tahun 1947. Sumber: Nederlands Fotomuseum
Ini adalah pemandangan sehari-hari masyarakat Jawa tempo dulu. Saat ini, ibu-ibu sudah tidak lagi berpakaian seperti ini jika mencuci pakaian. Namun, karena latar belakang kehidupan, adat istiadat dan budayanya demikian, maka jika ada wanita pakai kain dengan pakaian sedikit terbuka seperti ini, maka masyarakat tidak melihatnya sebagai porno, apalagi pembawa kemaksiatan.
 
Budaya Indonesia tidak perlu diubah menjadi budaya Arab.

Wanita Batak tempo dulu. Sumber: Prentenkabinet Leiden
Wanita Batak jaman dahulu seperti ini pakaiannya. Jika saat ini orang Batak melihat ibu-ibu di kampung masih seperti ini pakaiannya, maka pola pikir tidak serta merta melabeli wanita seperti ini sebagai porno apalagi maksiat.

Budaya Indonesia tidak perlu diubah menjadi budaya Arab.
.
Suasana di Pasar Tjarangsari. Sumber: Tropenmuseum
Kegiatan di pasar di Bali seperti ini. Tidak ada yang berpikir porno, mesum apalagi maksiat. Itulah sebabnya orang-orang Bali saat ini tidak terkaget-kaget, tidak otomatis berpikir porno, mesum apalagi maksiat jika melihat orang pakai bikini.

Budaya Indonesia tidak perlu diubah menjadi budaya Arab.

Wanita dengan pakaian adat Makassar, Sulawesi Selatan. Sumber: Tropenmuseum.
Adat istiadat dan budaya Sulawesi Selatan memang asal muasalnya demikian. Bukan porno, apalagi maksiat.

Budaya Indonesia tidak perlu diubah menjadi budaya Arab.

Wanita Bali dengan pakaian tradisionalnya. Foto diambil tahun 1936. Sumber: Prentenkabinet Leiden
Latar belakang adat istiadat dan budaya Indonesia memang sudah begini. Tidak perlu ditutup-tutupi. Tidak perlu dihapus-hapus. Jangan dilupakan. Fotonya ada di berbagai musium di Belanda. Dan tersebar di internet. Terima saja faktanya.

Budaya Indonesia tidak perlu diubah menjadi budaya Arab.
Saya bangga jadi orang Indonesia. (kompasiana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar