Senin, 29 Desember 2014

Indonesia, Tirulah Salatiga




WARA - Kota Salatiga, Jawa Tengah hanyalah satu titik kecil di dalam peta Republik Indonesia. Namun, dibalik titik itu, ada keragaman budaya dan beragama yang sangat layak untuk ditiru.
 
Kamis (25/12) pagi, di kota yang populasi penduduknya 75 persen Muslim ini ada pemandangan yang berbeda di lapangan Panca Sila. Ribuan umat Kristiani yang berasal dari sekitar 76 gereja, berkumpul jadi satu untuk mengikuti ibadah Natal bersama.

Ya, hajat ibadah bersama ini, di kota Salatiga sudah dirintis sejak tahun 1970 an. Digelar oleh Badan Kerjasama Gereja- Gereja Salatiga (BKGS), nyaris tiap tanggal 25 Desember pagi tak pernah sepi. Kendati cuaca kadang tidak begitu ramah, namun di lapangan yang bisa memuat 10.000 orang ini selalu padat.

“Saya dan anak- anak selalu menyempatkan untuk hadir,” kata Jumadi (60) pensiunan yang datang bersama 4 orang anaknya.

Ada sisi menarik dibalik gawe besar ini. Di mana, tepat diseberang sebelah barat lapangan Panca Sila yang berjarak sekitar 10 meter, terdapat Mesjid Raya. Tiap hari sarat dengan jemaah dengan segala aktifitasnya. Meski begitu, umat Muslim tak pernah merasa terusik. Begitu pula dengan hajatan umat Kristiani yang digelar berpuluh- puluh tahun, belum pernah terganggu oleh insiden apa pun. Semua begitu lancar, semua begitu aman. Memang, Salatiga sungguh berbeda.

Peran FKUB
Amannya kota Salatiga dalam beribadah, sebenarnya tak lepas dari peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang dipimpin Drs KH Tamam Qoulani. Kyai sepuh pemilik Ponpes Al Hikmah Al Islamiah ini memang menjadi perekat umat di kota Salatiga.

Salatiga yang berpenduduk sekitar 180 ribu jiwa, merupakan cermin dari Indonesia mini. Apa pun suku yang ada di Republik ini, dengan mudahnya bisa ditemukan di kota Salatiga. Kendati awalnya para pendatang menimba ilmu di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), tetapi banyak akhirnya berkeluarga dan menetap di sini. 

“Saya merasa betah tinggal di sini bang,” komentar Pieter (40) yang berasal dari Ambon.
Memang, anak- anak mahasiswa yang berbeda karakter itu terkadang berulah. Tetapi sampai sekarang belum pernah terjadi keributan besar, karena penyebab utama biasanya hanya sebatas hal- hal sepele.

”Itu gesekan kecil, diselesaikan di tingkat RT saja sudah selesai,” kata Wakil Walikota Salatiga M. Haris.

Salatiga memang unik, terletak di tengah- tengah antara kota Semarang- Surakarta, kota ini sangat jauh dari bencana. Tak pernah ada gempa, tak kenal banjir dan tak mengenal pula huru hara. Ibarat kata, BBM tiap bulan naik pun, masyarakatnya tetap damai. Itulah Salatiga.

Ketika di berbagai kota terjadi keributan dengan berbagai alasan, Salatiga bergeming. Tetap teduh dan tetap nyaman. Jadi kalau Indonesia mau tenang, Indonesia mau damai, Indonesia jauh dari kerusuhan. Tirulah Salatiga. Untuk keragaman budaya, keragaman suku serta beragama, Salatiga wajib ditiru. Kelemahan kota ini hanya satu, korupsinya enggan berhenti. Jadi, yang terakhir jangan ditiru. Salam. (City News))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar