Sabtu, 22 November 2014

Tiga Dosa Jokowi Saat Pilih Jaksa Agung Prasetyo

Jaksa Agung Prasetyo mengikuti acara pelantikan dirinya oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, 20 November 2014.
Jakarta – WARA,
Presiden Joko Widodo akhirnya menunjuk M. Prasetyo sebagai Jaksa Agung menggantikan pejabat lama Basrief Arief, Kamis, 20 November 2014. Prasetyo adalah politikus Partai NasDem. Sebelumnya ia pernah menjabat Jaksa Agung Muda Pidana Umum.

Terpilihnya Prasetyo mengundang kritikan aktivis lembaga pegiat anti-korupsi dan hak asasi manusia. Koordinator Bidang Politik Indonesia Corruption Watch Donal Faris menganggap pemilihan Prasetyo adalah blunder bagi Jokowi.

Dalam memilih Prasetyo, kata Donal, Jokowi juga sudah melakukan sejumlah kesalahan selain blunder. Berikut ini tiga dosa-dosa Jokowi saat memilih Prasetyo sebagai Jaksa Agung:

1. Rasa Partai
Menurut Donal, seharusnya Jokowi tidak meminta nama calon ke partai. Sebaliknya, Jokowi harus meminta nama ke lembaga publik terlebih dahulu agar mendapat nama jaksa agung yang diinginkan publik. "Kalau minta partai, ya, jadinya jaksa agung rasa partai nanti. Jokowi bisa dianggap lebih mementingkan suara partai dan ini bahaya," ujarnya.

Prasetyo enggan mengomentari tudingan sejumlah pihak yang menganggap dirinya orang titipan Ketua Umum NasDem Surya Paloh. "Orang boleh saja menduga seperti itu. Orang bebas untuk menduga-duga," kata Prasetyo di halaman parkir Istana Negara, Jakarta, Kamis, 20 November 2014.

Prasetyo mengklaim orang seperti Surya Paloh tidak mungkin menitipkan seseorang untuk dijadikan pejabat negara. "Saya rasa semua tahu siapa Pak Surya Paloh dan sudah tahu persis bagaimana track record-nya di dunia politik seperti apa," ujar Prasetyo. 

2. Tidak Transparan
Kesalahan lain yang dilakukan Jokowi, kata Donal, tidak transparan dalam memilih jaksa agung. Hal itu terlihat dari tak jelasnya proses seleksi calon jaksa agung yang katanya melibatkan Komisi Pemberantasan Korupsi maupun Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

"Kita tidak pernah dengar calon jaksa agung diperiksa KPK, PPATK, atau dipanggil Presiden. Tahu-tahu saja sudah terpilih. Seharusnya lihat dulu track record dia," ujar Donal. Menurut Donal, Prasetyo bukanlah figur berprestasi, tetapi juga bukan figur yang kontroversial.

Ihwal keraguan sejumlah pihak terhadap kapasitas dan kapabilitasnya, Prasetyo enggan berkomentar. "Saya diam saja. Biar nanti orang-orang yang membuktikan," ucapnya.
Apalagi, Prasetyo melanjutkan, ia sudah pernah punya karier yang panjang di Kejaksaan. "Saya tahu persis anatomi Kejaksaan.

3. Terburu-buru

Donal melanjutkan, kesalahan ketiga adalah Jokowi terlalu buru-buru dalam memilih jaksa agung. "Kami mendesak untuk cepat, tetapi juga tidak grasa-grusu begini. Coba, ini pas mau dilantik saja sampai harus ditunda untuk undur diri dari partai dahulu," ujarnya.

Prasetyo mengakui penunjukkan dirinya sebagai pimpinan di Korps Adhyaksa, sebutan bagi Kejaksaan Agung, dilakukan Presiden Joko Widodo secara mendadak. Menurut Prasetyo, ia baru diberi kabar ihwal penunjukannya secara resmi pada Kamis pagi, 20 November 2014

"Bisa ditafsirkan sendiri lah mendadak atau tidak," kata Prasetyo di halaman parkir Istana Negara, Jakarta, Kamis sore. Namun, ia menyatakan siap mengemban tugas sebagai Jaksa Agung. "Saya wayang, saya ditugaskan. Ini amanah dan kepercayaan dari Presiden." (
TEMPO.CO)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar