Sabtu, 22 November 2014

Harga Pertamax 92 Turun Menjadi Rp 9.950 Per Liter


Antrian kendaraan mengisi bahan bakar minyak (BBM)beberapa waktu beberapa jam sebelum pemerintah mengumumukan harga BBM bersubsidi dinaikan.

Jakarta – WARA,
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Hanung Budya kepada CNN Indonesia, Jumat (21/11/2014) memastikan PT Pertamina (Persero) menurunkan harga Pertamax 92 menjadi Rp 9.950 per liter. Harga itu turun Rp 250 atau 2,45 persen dari harga sebelumnya, Rp 10.200. Harga diturunkan terhitung mulai hari ini, Sabtu (22/11/2014).

“Pertamina sudah menurunkan harga Pertamax sejak 19 Nopember lalu akibat anjloknya harga minyak dunia,” ujar Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Hanung Budya kepada CNN Indonesia, Jumat (21/11).

Dikutip dari situs CNN Indonesia, Hanung menerangkan, upaya menurunkan harga Pertamax 92 merupakan salah satu strategi perusahaan dalam memenangkan persaingan bisnis penjualan BBM nonsubsidi di Indonesia.

Saat ini, terdapat sejumlah perusahaan asing yang juga diberi kewenangan untuk menjual BBM nonsubsidi seperti Shell dan Total yang juga membanderol produk yang selevel Pertamax di harga Rp 10.200 per liter.

Upaya tersebut juga ditujukan demi menggenjot penjualan Pertamax pasca naiknya harga BBM bersubsidi sebesar Rp 2.000 per liter.

“Pertamina memiliki kewenangan sendiri dalam menentukan harga BBM nonsubsidi. Yang harus diingat Pertamina bisa menurunkan dan menaikan Pertamax tanpa intervensi dari siapapun,” ujarnya.

Penjualan normal Pertamax sebelum pemerintah menaikkan harga bbm bersubsidi berada di kisaran 2.500 kiloliter (kl) per hari. Saat ini, penjualan Pertamax sudah mendekati 4.000 kiloliter per hari atau naik 60 persen.

Adapun pada dua bulan ke depan Hanung memperkirakan penjualan Pertamax mencapai 10.000 kl per hari atau naik 400 persen dibanding sebelum harga BBM subsidi dinaikkan.

Sebelumnya, Kepala Badan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), Andi Noorsaman Sommeng meminta Pertamina untuk menurunkan harga Pertamax lantaran harga minyak dunia sudah berada di kisaran US$ 80 per barel.

Hal ini dimaksudkan untuk mengalihkan angka konsumsi Premium ke Pertamax yang saat ini hanya berselisih Rp 1.700 per liter.

“Harusnya (Pertamax) sudah diturunkan sebelum harga BBM subisidi dinaikkan. Tapi Pertamax itu sifatnya business as usual dan Pertamina bisa turunkan kapanpun,” ujar Andi. (TRIBUNNEWS.COM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar