Senin, 16 Februari 2015

Mahalnya Mencari Kerja di Luar Negeri

Entikong - WARA - Besarnya minat warga negara Indonesia untuk mencari pekerjaan di luar negeri,  itu dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah dalam hal membuka lapangan kerja.

Tingkat pengangguran yang sangat tinggi dan tidak menentunya perekonomian bangsa Indonesia, mendesak mereka untuk mencari peluang kerja di luar negeri.

Namun sangat disayangkan,  mereka menjadi permainan empuk buat oknum yang tidak empati dengan permasalahan yang dihadapinya.

Tidak sedikit orang yang meraih keuntungan dan diperoleh dalam waktu dekat,  dengan memfasilitasi mereka yang mau mencari pekerjaan di luar negeri yang menamakan dirinya sebagai biro perjalanan atau agen tenaga kerja luar.

Namun dari sekian banyak orang yang mengaku agen biro perjalanan dan penerima tenaga kerja, banyak diantara mereka yang sampai hati menelantarkan para calon TKI tersebut,  walaupun mereka telah membayar biaya perjalanan sepenuhnya . pihak yang mengaku sebagai seorang agen penyalur TKI.

Hal tersebut disampaikan oleh sekian banyak calon TKI,  dimana mereka kami temukan di salah satu rumah agen perjalanan batas negara Indonesia dan Malaysia (Entikong).

Seorang TKI asal  Bantaeng Sulawesi Selatan, Rahman menuturkan, jika dirinya sudah sebulan berada dalam penampungan sementara waktu menunggu sampai pembuatan paspor selesai.

“Awalnya,  kami dijanjikan sepekan akan selesai dengan biaya Rp. 1.500.000, namun seminggu kemudian dia datang minta tambahan biaya yang tidak sedikit menurut kami” keluhnya.

“Mereka mengatakan, bahwa biaya yang mereka minta untuk membayar biaya dimetrik paspor saya sebesar Rp. 5.000.000, namun karena terlanjur basah,  terpaksa kami berikan uang tersebut untuk memudahkan proses perjalanan kami meraih sukses. Inilah kasus pencari kerja yang tidak kalah pentingnya untuk mendapatkan perhatian prioritas dari pemerintah Indonesia,” lanjutnya.

Seorang pemerhati dan aktivis yang melakukan pemantauan TKI di Negeri Jiran Malaysia, Syariefsultan mengatakan, “Kami sangat prihatin dengan kondisi keseharian para saudara kita yang bekerja di perusahaan perkebunan kelapa sawit, dimana mayoritas pekerja berasal dari berbagai suku di Indonesia,” ujarnya.

“Dimana bekerja tidak ada jaminan keselamatan buat mereka,  agen penyalur TKI yang membawa mereka ke perusahaan perkebunan kelapa sawit, hanya sebatas mengantarkan dan menerima upah RM. 2000 per kepala lalu kembali mencari mangsa. Di tapal batas Indonesia-Malaysia masih sering terjadi negosiasi antara aparat yang bertugas dengan para calo TKI, dimana informasi yang kami dapatkan dari calon TKI yang menggunakan paspor pelawa mereka dimintai biaya untuk stempel paspor melintas ke malaysia sebesar RM. 80 per kepala,” urainya.

Selain itu,  barang bawaanpun tak lepas dari pembiayaan,  namun tidak sedikit dari mereka ada yang jadi korban penipuan dan penjualan orang kepada pihak yang memesan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar