Sabtu, 13 Desember 2014

Masyarakat Borobudur Menolak “Ka’bah” Budha



Magelang - WARA - Gagasan atau rencana Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menjadikan Mandala Borobudur sebagai Ka’bah umat Budha banyak mendapat penolakan dari warga Borobudur. Hal ini tampak ketika KoranOpini.com menjaring pendapat beberapa tokoh dan masyarakat Borobudur.

The world heritage yang dikelilingi 20 desa ini mayoritas penduduknya beragama Islam. Hal ini rentan menimbulkan sensitivitas agama. Namun ide brilian Ganjar Pranowo membangkitkan ekonomi Jawa Tengah, khususnya kawasan Borobudur tidak hanya menyinggung persoalan iman. Bahkan aspek lain seperti ekonomi, sosial, dan kultural, juga patut menjadi sorotan penting.

Seperti yang disampaikan oleh budayawan dan peneliti Borobudur, Ariswara Sutomo, bahwa Mandala Borobudur selalu menjadi ajang perebutan kepentingan. 

“Kondisi Borobudur saat ini secara fisik sudah dicincang oleh lembaga-lembaga, contoh pengelolanya BUMN melihat Borobudur sebagai mesin pencetak uang. Lalu konservasi purbakala melihat Borobudur date monumen, yang menodai kesakralannya. Hal ini berbeda dengan orang Budha yang mensterilkan kawasan suci Borobudur”, papar Sutomo.

Sementara kepala dusun, Brongsongan, Wringinputih, Borobudur tidak menghawatirkan masalah agama. “Kita negara Pancasila, sah saja Budha beribadah di Borobudur namun itu untuk acara tertentu kayak Waisak, karena di sini sedikit sekali orang Budha. Susah, orang kita kebanyakan Islam. Dan Borobudur sudah diakui warisan budaya nenek moyang, jadi walaupun dia produk Budha tapi sudah dimiliki masyarakat Borobudur”, jelasnya.

Secara terpisah pernyataan kepala dusun Brongsongan disetujui oleh perangkat desa lain seperti Kujon, Kuncen, Sabrangrowo, Wanurejo, Parakan, dan Djowahan. Mereka pada prinsipnya melihat masyarakat Borobudur secara umum tidak bisa menerima rencana tersebut.

Sementara itu, Mojo, seorang seniman seni rupa asal Borobudur ketika dimintai pendapatnya mengatakan bahwa meskipun gagasan itu tampaknya bagus tetapi juga harus melihat kondisi sosial dan kultural Borobudur saat ini. (KoPi|)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar