Sabtu, 13 Desember 2014

Bapak Tua Jual Rusun, Kembali Tinggal di Sungai


Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa di Silang Monas dalam acara Hari Kesetiakawanan Sosial Tingkat DKI Jakarta Sabtu (13/12/2014) 

Jakarta - WARA - Dalam sambutan acara Hari Kesetiakawanan Sosial Tingkat Provinsi DKI Jakarta yang dihadiri Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa di Silang Monas, Sabtu (13/12/2014), Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama bercerita tentang bapak 67 tahun yang kembali tinggal di pinggir sungai setelah menjual Rumah Susun (Rusun).
 
Sengaja pria yang akrab disapa Ahok tersebut bercerita kepada Khofifah tentang bapak yang dianggapnya cerdas meskipun salah. Dikatakannya karena mengeluh sering kebanjiran akibat meluapnya Sungai Ciliwung di Kampung Pulo, akhirnya Pemprov DKI merelokasi sejumlah warga ke Rumah Susun (Rusun) termasuk bapak berusia 67 tahun tersebut.

"Dipindahkan dari sungai kasih rumah susun, eh ada yang mau beli Rp 50 juta, dia jual Rp 50 juta rusun itu," ungkap Ahok.

Ia menjelaskan uang hasil penjualan Rusun tersebut digunakan sang bapak, Rp 5 juta untuk menyogok aparat supaya bisa balik nama. Dikatakan Mantan Bupati Belitung Timur ini untuk biaya balik nama harus membayar sejumlah uang Rp 2,5 sampai Rp 8 juta.

"Itu di dinas perumahan ada oknum yang main itu," ucapnya.

Masih tersisa Rp 45 juta dari hasil penjualan Rusun. Kemudian bapak yang tidak disebutkan namanya tersebut menggunakan uang sisa Rp 10 juta kembali ke sungai membuat rumah beton. Lebih mengherankan lagi PLN yang selama ini sering mengeluh kekurangan daya justru memberikan fasilitas listrik untuk orang yang kembali ke sungai tersebut.

"PLN katanya kekurangan daya tapi yang miskin-miskin gitu dikasih juga, mungkin ada oknum-oknum juga. Disambungkan listrik alasan kekurangan daya sementara satu pihak PLN selalu kebet-kebet alasannya kurang daya tapi yang minta begitu dikasih, PAM kasih juga," ungkapnya.

Setelah membangun rumah, sang bapak menggunakan uang Rp 5 jutanya untuk membuka counter pulsa handphone. Sehingga sisanya dikatakan Ahok tinggal Rp 30 juta.

"Masih sisa 30 juta kan? Nah bapak usia 67 tahun, lalu saya tanya kenapa bapak lakukan?" tanya Ahok saat itu.

Sang bapak itu justru menjawabnya enteng.
"Saya dari lahir sampai 67 tahun saya miskin, bapak kasih saya Rusun untuk apa? Tetap miskin toh. Kalau saya jual lalu balik ke sungai saya punya uang Rp 30 juta, mungkin dia kawin lagi punya Rp 30 juta. Manusiawi kan? Kapan lagi 67 tahun mungkin dapet orang lebih muda," ungkapnya.

Dengan cerita tersebut bisa diambil sebuah ilustrasi untuk memaknai hari kesetiakawanan sosial.
"Kita bersatu bukan peduli tapi kita harus merasa kesetiakawanan sosial di sini, ini keadilan sosial, tugas pejabat mengadministrasi keadilan sosial, kalau ini dibiarkan atas nama orang miskin, ini yang dirugikan orang miskin," ujarnya. (Tribun)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar