Jumat, 28 November 2014

Kalau Sudah Dianggap Kafir Murtad, Maka Halal Darah dan Hartanya


Wawancara Khusus dengan Napi Teroris Abu Tholut di LP Kedungpane Semarang 
SEMARANG- Mantan pimpinan jaringan teroris di Indonesia, Abu Tholut, sudah lama menghuni LP Kedungpane Semarang. Meski berada di dalam LP, dirinya selalu mengikuti perkembangan informasi terorisme yang ada termasuk gerakan organisasi Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).
Berikut wawancara langsung antara Wartawan Tribun Jateng, M Zainal Arifin dengan Abu Tholut di LP Kedungpane Semarang, Rabu (26/11).

Pemahanan Abu Tholut, ISIS itu apa?

Secara singkatan, semua orang sudah tahu apa itu ISIS. Tapi secara resmi ISIS diumumkan oleh para petingginya pada pertengahan 2013 lalu, yang awalnya bernama ISI (Daulatul Irak al-Islamiyah) pada 2010.

Kemudian, ISI diubah pada 2013 dengan ditambahi Syam menjadi Daulatul Islamiyah Irak wa Syam yang diumumkan di Syuriah. Pascapengumuman itu langsung terjadi pergolakan dari rezim Basyir As'ad dan kelompok lain yang merupakan anti rezim Basyir As'ad. Awalnya, ISIS menyerukan untuk menggulingkan rezimnya Basyir As'ad itu.

ISIS di luar negeri dengan ISIS di Indonesia apakah sama?

Ada persamaan dan perbedaannya. Kesamaannya yaitu mereka mudah mengkafirkan orang sesuka hati mereka. Kalau sudah dianggap kafir murtad, maka orang itu halal darah dan hartanya bagi mereka.

Kalau perbedaannya, itu cerminan dari kemampuan. Seperti yang saya sampaikan tadi, kalau sudah dianggap kafir murtad, maka halal darah dan hartanya. Lha, kalau di luar sana ISIS itu juga membunuh.

Aktivitas ISIS di Indonesia dan ISIS di luar itu seperti apa?

Di Indonesia, yang saya tahu ya menyerukan kepada umat Islam Indonesia untuk ikut mendukung ISIS melalui deklarasi-deklarasi kemudian melakukan baiat atau sumpah setia kepada pimpinannya Al-Baghdadi.

Kalau di luar, karena ISIS sudah memiliki kekuatan militer, tentunya aktivitasnya ya aktivitas militer seperti latihan dan berperang. Meskipun ISIS berada di dalam suatu negara yang memiliki hukum sendiri, karena di sana daerah perang maka aturan dan hukum tidak berlaku. Sehingga, ISIS di luar tidak bisa disamakan dengan ISIS yang masuk ke Indonesia.

Ajaran Islam atau faham seperti apa yang diserukan ISIS di Indonesia?

Kalau dari kajian para ulama independent yang didasarkan data dan fakta di lapangan, difatwakan ISIS itu sebagai organisasi yang menyimpang dan sesat. Sebenarnya itu tergantung persoalan kepercayaan. Karena kita tidak pernah ketemu sehingga kita tidak tahu bagaimana orang-orang ISIS, kecuali dari berita-berita yang ada.

Tapi anehnya logika saya, ISIS itu kan berada di lingkungannya di luar sana dan tidak bisa keluar dari lingkungannya itu. Kalau tujuannya untuk merdeka, saya tidak yakin mereka bisa. Mereka itu terkungkung, dan tidak akan bisa mengonfirmasi faksi/kelompok lain. Saya juga tidak yakin orang Indonesia yang bergabung dengan ISIS bisa bertemu dengan faksi lainnya bahkan lewat komunikasi menggunakan telepon sekalipun.

Secara pribadi, Abu Tholut sebenarnya sepakat atau setuju tidak dengan adanya ISIS?

Kalau saya jelas percaya dengan ulama-ulama independent yang menyatakan ISIS itu organisasi sesat dan menyimpang. Mereka dikenal sebagai ulama yang jelas latar belakangnya. Sebenarnya itu sudah cukup bagi kita untuk tidak ikut mendukung dan bergabung dengan ISIS apalagi mendirikan ISIS di Indonesia.

Jadi dengan tegas saya menolak adanya ISIS itu. Bukan karena saya ada fanatisme golongan tapi memang ada kajian dari para ulama. Ulama itu sudah bertemu dengan petinggi ISIS, faksi lain, dan masyarakat yang menerima tindakan brutal ISIS.

Penolakan Abu Tholut terhadap ISIS itu atas dasar kesadaran pribadi atau karena ada tekanan dari orang lain agar menolak?

Itu karena kesadaran pribadi. Jauh sebelum ISIS diketahui seperti sekarang ini, dari kami sudah mengetahuinya lebih dulu. Saya juga tidak mau langsung menerima atau menolaknya. Tapi saya ingin mengerti dulu apa itu ISIS. Ternyata seperti apa yang difatwakan para ulama.

Awal-awal masuknya ISIS ke Indonesia, apakah ada ajakan kepada Abu Tholut untuk bergabung?

Ada ajakan kepada saya. Kemudian saya katakan, saya tidak mengerti ISIS itu apa dan saya meminta diberikan data-data yang dimiliki. Bukan saja yang pro, tapi yang kontra juga. Tapi kemudian saya diberikan data-data itu, hanya saja data yang kontra tidak semuanya diberikan.

Ada unsur penggiringan agar saya mendukung ISIS. Tapi saya tidak mau. Akhirnya saya diam saja dan tidak mau mendukung.

Lama kelamaan ada yang mengatakan saya sebagai pendukung namun sudah saya klarifikasi kalau saya tegas menyatakan tidak mendukung. Akhirnya banyak komentar yang bermacam-macam dari mereka yang pro-ISIS.

Ada faktor kesengajaan dari pihak tertentu memunculkan isu kalau Abu Tholut mendukung ISIS padahal sebenarnya tidak?

Iya itu tadi. Mereka selalu menilai orang, menghakimi orang tanpa tanya dulu. Katanya saya di bawah tekanan. Saya menduga itu dilakukan untuk memanfaatkan teman-teman saya agar bergabung juga.

Dulu Abu Tholut dikenal sebagai seorang teroris. Perubahan menjadi seperti sekarang ini karena faktor apa?

Teroris itu bahasa Undang-Undang. Makanya saya disebut terpidana kasus terorisme. Saya sendiri menolak dikatakan teroris dalam artian yang negatif. Saya dulu mengatasnamakan sebagai seorang mujahid. Karena itu undang-undang dan bahasa hukumnya seperti itu, ya sudah.

Kalau perubahan seperti ini, itu karena saya sudah menyadarinya. Seperti yang saya sampaikan, saya sudah mendapatkan keterangan dari banyak kalangan, tidak hanya satu kalangan saja. Sebenarnya saya dengan muslim lainnya tidak ada bedanya. Hanya saja bedanya itu di aplikasinya atau amaliyahnya. (tribunjateng)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar