Selasa, 25 November 2014

22 Tahun Mengabdi, Emilia Hanya Minta Pagar Sekolah


Emilia (35) guru SDN 1 Desa Bangun Harjo, 
wilayah ujung Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) Sumsel.

Sekayu – WARA,
Disaat para pegawai berbondong-bondong rebutan pindah mengabdi di kota, dengan segala fasilitisas yang mendukung, hingga saling sikut, bahkan rela membayar. Berbanding terbalik dengan yang dilakukan Emilia (35) seorang guru SD Negeri 1 di Desa Bangun Harja SP6, Kecamatan Plakat Tinggi Musi Banyuasin Sumsel.

Sejak 22 tahun silam guru yang sebelumnya hanyalah seorang tenaga honorer biasa ini mengabdikan dirinya mengajar.  Tidak ada yang  ia banggakan, ketulusanya berbagi dengan anak-anak Desa adalah kebahagian baginya, meskipun jarak yang harus ditempuh satu jam dari pusat Kecamatan menggunakan motor, dan bahkan motornya sesekali harus didorong ketika melalui jembatan kayu saat memasuki Desa.

“Saya sudah 22 tahun mengajar disana, dari jalan masih tanah liat, sampai jalan batu hingga kini ada beberapa mulai diaspal.  Tidak ada yang saya cari, bayangkan 22 tahun lalu hanya ada empat orang guru, jika semua pindah ke Kota lalu siapa lagi yang mengajar di pelosok seperti ini, kasihan anak-anak,”ujar wanita berkerudung ini ketika ditemui  Sripo usai upacara HUT Guru Nasional di halaman kantor Kecamatan Plakat Tinggi, Selasa (25/11/2014)

Diceritakan ibu dua anak ini, menjadi seorang guru itu bukan hal mudah, apalagi menjadi guru SD, butuh ektra kesabaran, ektra ketekunan.  Saat anak-anak mulai bertingkah, Ia harus punya trik untuk membuat semua anak mau mendengar penjelasanya. Ditambah lagi, setiap tahun kurikulum selalu berubah sesuai dengan siapa Pemimpinnya, ini jadi hambatan tersendiri bagi seorang guru.

“Kami mulai nyaman dengan kurikulum 2013 ini, meskipun bukunya terlambat dan kami harus cari di internet dan download sendiri, kami cetak sendiri. Sekarang Pemerintah katanya melakukan revisi dengan kurikulum ke-13, ini sungguh membuat kami bingung,”ujarnya dengan nada cukup lirih menceritkan kisahnya

Bukan itu saja, diungkapkanya, Desa Bangun Harja yang berada diujung Kabupaten, dengan kondisi serba kekurangan, peralatan serba kekurangan, tidak ada sinyal, apalagi koneksi internet sungguh tantangan kami, katanya kami harus melek internet. Tapi mau menggunakan internet dimana?, koneksinya saja tidak ada.

“Inilah, program pemerintah itu sangat baik. Tapi antara program dengan pembangunan infrastruktur tidak singkron, kalau akses bagus, fasilitas cukup saya yakin guru di pelosok juga mau mengajarkan hal itu kepada siswanya. Jalan saja kami rusak, lampu pun lebih sering mati, inilah kondisi kami,” ucapnya

 Kesabaranya mengabdi dan berjuang demi pendidikan anak di desa ujung Kabupaten Muba ini membuahkan hasil. SDN 1 yang dulu hanya memilik empat ruang kelas kini bertahap telah mendapat sentuhan perbaikan dari Pemerintah, SD tersebut telah ada ruang perpustakaan sendiri. Meskipun sampai sekarang belum ada pagar sehingga ketika jam istirahat siswa dapat keluar kemana saja.

“Yah alhamdulillah ada perbaikan, kami ucapkan terimakasih pada pemerintah, kalau boleh meminta saat ini kami butuh pagar,”pungkasnya sambil tersenyum. (SRIPOKU.COM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar