Rabu, 14 Januari 2015

Daya Saing Babel Menduduki Peringkat 13



Bangka - WARA -  Tim peneliti Asia Competitiveness  Institute (Lembaga Dayasaing Asia) dari National University of Singapore (ACI-NUS) akan berdialog dengan para dosen Universitas Bangka Belitung (UBB) dan dosen perguruan tinggi lainnya di daerah ini, Rabu (14/1/15) besok.  Hasil  dialog ini nantinya akan digunakan sebagai bahan menyusun daya saing provinsi-provinsi di Indonesia.

Kepala UPT Kerjasama, Humas dan Penerbitan UBB Eddy Jajang Jaya Atmaja, mengemukakan, dialog bersama tim ACI-NUS berlangsung di Ruang Rapat Rektorat UBB Jalan Merdeka No 4 Pangkalpinang.  Sebanyak 46 akademisi hadir dalam acara ini, selain dari UBB juga diundang akademisi dari STIE Pertiba, STIE Ibek, Politeknik Manufaktur Negeri Babel, STMIK Atma Luhur, Stikes Abdi Nusa dan Stain.

“Tim ACI NUS sebelumnya tahun 2013 telah melakukan survai  ke sini (Babel-red).  Kunjungan kali ini menurut mereka untuk memperbaharui data atau informasi  guna menyusun profil daya saing provinsi-provinsi di Indonesia,” tukas Eddy Jajang kepada harian ini, Selasa (13/1).

Tim ACI NUS bekerjasama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Asososiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) telah memperingkat daya saing 33 provinsi di Indonesia sejak tahun 2011.

Mengutip petikan hasil survai yang dilakukan Lee Kuan Yew School of Public Policy-  NUS, website Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) menjelaskan bahwa daya saing 19 dari 33 provinsi di Indonesia berada di bawah tingkat rata-rata nasional. Provinsi-provinsi tersebut mayoritas berada di kawasan Indonesia bagian timur. Sementara daya saing semua provinsi di Pulau Jawa sudah berada di atas rata-rata nasional.

Masih dari laman web KPPOD (www.kppod.org), peneliti dari NUS Mulya Amri menjelaskan, survai menggunakan 91 indikator yang masuk dalam empat lingkup. Lingkup itu adalah stabilitas ekonomi makro, perencanaan pemerintah dan institusi, kondisi keuangan-bisnis dan tenaga kerja, kualitas hidup dan pembangunan infrastruktur.

Sumber data survai yang dilakukan NUS berasal dari tiga sumber.  Pertama, dari Apindo dan dosen ekonomi dan manajemen. Kedua, wawancara dengan pemerintah provinsi. Ketiga, data resmi dari instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia dan BKPM.

Hasil survai menyebutkan lima provinsi teratas adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Kalimantan Timur dan Kepulauan Riau.  Sedangkan berturut-turut di peringkat ke enam hingga ke 13 adalah Jawa Tengah, Banten, Bali, Riau, Sumatera Utara, Papua, Kalimantan Selatan, dan Kepulauan Bangka Belitung. Sementara 19 provinsi lainnya di bawah rata-rata nasional.

Sementara itu Tan Kong Yam, seorang staf NUS, dalam “Liputan6.com”,  akhir tahun 2014 lalu menyebutkan Indonesia sebagai negara berkekuatan ekonomi menengah dengah pertumbuhan tercepat di dunia, masuk dalam 10 negara dengan “Gross Domestic Product” (GDP) terbesar di dunia.  Dengan posisi ini, menurut dia, Indonesia diperkirakan akan menanjak menjadi negara berpendapatan terbesar ketujuh di dunia pada tahun-tahun mendatang.

“Indonesia terkenal sebagai ‘rising middle power’ di dunia. Diharapkan negara ini akan memimpin kawasan Asia Pasifik dan memimpin terwujudnya ‘partnership’ menuju pedagangan bebas,” ujar Tan dalam sambutannya dengan tema Meningkatkan Daya Saing Provinsi di Indonesia Menyongsong MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) di Hotel Borobudur, Jakarta (7/10/2014) lalu.

Dalam berita “Liputan6.com”, Tan menguraikan kemajuan di sejumlah provinsi di Indonesia Timur, Sumatera Utara, Gorontalo dan Bengkulu, yang mengalami lompatan 12-13 peringkat dengan fokus 20 persen pada indikator terendahnya.

“Provinsi-provinsi di Jawa dan Sumatera selama ini dikenal maju, tapi ternyata ada kemajuan pesat di Provinsi Kalaimantan Timur dan Sulawesi,” ujar Tan.

Dikemukakannya,  Sumatera merupakan wilayah dengan stabilitas makro paling apik.  Sementara untuk sublingkup perencanaan pemerintah dan institusi, provinsi di Sulawesi bisa menjadi percontohan bagi provinsi lain. (Bangkapos)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar