Kamis, 26 Februari 2015

Pasien BPJS Niat Jual Tabung Gas Untuk Beli Obat



Ilustrasi Peserta BPJS (sumber: Istimewa)

Surabaya - WARA - Komisi D Bidang Kesra DPRD Kota Surabaya akan memanggil pihak-pihak berwenang terkait dengan adanya salah satu keluarga pasien BPJS dari keluarga miskin warga Jalan Kutai 4/2 Surabaya yang tidak mampu membeli obat untuk anaknya sehingga berniat menjual tabung elpiji.

Ketua Komisi D DPRD Surabaya, Agustin Poliana, mengatakan dengan banyaknya keluhan di masyarakat membuktikan belum siapnya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

"Kami akan panggil pihak-pihak terkait untuk menyikapi ini. Apalagi ini terjadi di Kota Surabaya yang memiliki APBD yang cukup besar," katanya, Rabu (25/2).

Hal sama juga diungkapkan Wakil Ketua Komisi D DPRD Surabaya, Junaedi. Ia mengatakan pada prinsipnya terkait keluarga tidak mampu yang tidak bisa berobat tidak perlu terjadi.

"Solusinya pihak rumah sakit memberikan kebijakan atau toleransi jika ada pasien yang tidak mampu membeli obat," katanya.

Ia menilai kejadian ini dikarenakan kurangadanya sosialisasi menyeluruh baik dari rumah sakit, pemerintah kota dan BPJS. "Pihak rumah sakit juga tidak boleh menolak pasien apalagi memberikan obat-obatan yang diluar batas kemampuannya," ujarnya.

Diketahui kejadian itu bermula pada saat seorang ibu warga Jalan Kutai Surabaya Vita Ridhani Yuniningsih (43) sudah tidak memiliki cara lagi untuk membeli obat-obatan yang dibutuhkan putri bungsunya, Chiquitita Adinda Putri Istiawan (2) yang divonis menderita epilepsi sejak usianya masih menginjak 6 bulan.

Balita kelahiran 28 Mei 2012 ini harus mengkonsumsi Depakene untuk mengurangi kejang-kejang saat Epilepsinya kambuh sewaktu-waktu. Ketika stok Depakenenya habis selama sepekan sejak pertengahan bulan ini, Dinda sering mengalami kejang-kejang, sehari bisa sampai tiga kali.

Tentu saja, hal ini membuat Vita panik dan tidak tahu harus berbuat bagaimana. Sehingga, istri dari Heru Istiawan (41) ini sampai berniat menjual satu-satunya barang berharga miliknya yang tersisa yakni tabung gas elpiji Blue Gas 5,5kg beserta tungkunya.

Niat ibu tiga anak yang akrab dipanggil Vita ini disampaikannya pada Ketua Komunitas Tolong-Menolong (KTM) Daniel Lukas Rorong melalui pesan singkat (SMS) belum lama ini.

Mendapati info seperti itu, Daniel mencoba mengorek-orek permasalahan yang sebenarnya terjadi. Tanpa butuh waktu yang lama, komunitas sosial yang bermarkas di Surabaya ini langsung merespons dengan membelikan obat-obatan dan vitamin yang dibutuhkan, seperti Depakene, Locoid Scalp dan Prolacta DHA yang jika ditotal, harganya tidak sampai Rp 400.000.

"Pihak kami langsung bergerak cepat untuk menolong apa yang menjadi kesulitan keluarga tak mampu ini," kata Daniel.

Sedangkan untuk Locoid Scalp diperlukan untuk mengobati sejenis jamur (Tinea Barbae and Tinea Capitis) yang tumbuh di beberapa bagian di kulit kepalanya.

Prolacta DHA Baby sendiri diperlukan untuk pemenuhan gizi Dinda yang termasuk terlambat pertumbuhan di usianya yang genap 3 tahun pada Mei mendatang.

"Sampai saat ini, anak saya hanya bisa mengucapkan kata mama saja. Dan berjalannya pun masih belum laiknya anak-anak seusianya," kata Vita.

Untuk diketahui, Dinda sendiri sebenarnya adalah pasien BPJS umum kelas 1 dengan nomer kepesertaan 0001244551997 yang tiap bulannya membayar Rp 59.000. "Tapi saya tidak tahu, kenapa obat-obatan yang diperlukan anak saya tidak dicover saat saya berniat menebusnya di apotik salah satu rumah sakit di Surabaya setelah saya memeriksakan kondisinya," ungkap Vita.

Untuk itu, dirinya berharap pihak BPJS bisa membantu dan merespons apa yang menjadi keluhannya ini.

"Meski tergolong tidak mampu, tapi saya sadar asuransi sehingga menyertakan anak saya di BPJS dengan harapan agar dapat dicover kesehatannya," harap Vita yang pernah menjadi penyanyi di kafe dan hotel di Surabaya serta Bali ini.

Vita sendiri, sejak Dinda, putri bungsunya berusia 1 tahun, memutuskan untuk tidak bekerja dan fokus mengurus buah hatinya tersebut. Penghasilan suaminya yang bekerja di salah satu gudang besi di kawasan industri Rungkut, Surabaya dengan pendapatan Rp2 juta per bulan ini tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Sehingga untuk membantu perekonomian dan untuk pengobatan anaknya, Vita membuka lapak kecil di teras rumah ibunya yang letaknya tak jauh dari kos-kosannya dengan berjualan kopi dan mie instan. (BS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar