WARA - Belakangan ini publik sedikit
dikejutkan dengan aksi Jokowi bagi- bagi uang di sela-sela waktu blusukannya.
Uang yang di bagikan bervariasi jumlahnya. Seperti di Banjarnegara Jokowi
berikan bantuan 20 juta dan di Nusa Tenggata Timur (NTT) Jokowi di kabarkan
bagi uang sampai ratusan juta. Terhitung sebanyak dua kali, Jokowi membagi uang
tunai. Yang pertama sebesar 112 juta, yang kedua 148 juta. Wow!
Jokowi yang dulunya ngaku miskin
sehingga publik simpatik, eh, ternyata orang kaya. Tapi kaya atau miskin Jokowi
sepertinya isu yang sudah tidak penting lagi untuk di ulas. Yang penting diulas
adalah tentang citra Jokowi yang sudah anjlok. Dan berikut ini beberapa bukti
yang ada.
Mahasiswa Selalu Demo Untuk Sambut
Kedatangan Jokowi
Pilar demokrasi yang bernama
mahasiswa selalu melakukan demo ketika Jokowi datang. Di beberapa kota besar
selalu terjadi hal tersebut. Bahkan sudah menelan korban karena tindakan
represif aparat kepolisian, sampai nyawa melayang. Anehnya, Jokowi dengan mudah
mengatakan: “Bukan Urusan Saya.”.
Jika mahasiswa sudah turun kejalan
secara masif, maka ini pertanda bahwa ada yang salah dengan pemerintahan
Jokowi. Ingat, 1998 mahasiswa-lah yang berperan lengserkan Soeharto.
Rupiah Anjlok
Ramalan pengamat masa pilpres 2014
dulu yang menyatakan bahwa dolar AS bisa menyentuh angka Rp.10.000 jika Jokowi
Presiden adalah sebuah penyesatan kepada publik. Faktanya, rupiah semakin
terpuruk menyentuh angka Rp. 13.000.
Hal ini menandakan bahwa Jokowi
bukan pemimpin yang mempunyai pengaruh terhadap perbaikan ekonomi Indonesia.
Malah sebaliknya, Jokowi adalah orang yang telah menghancurkan sendi-sendi
perekonomian Indonesia melalui kebijakan – kebijakannya yang tidak pro rakyat
salah satunya seperti mencabut subsidi BBM. Ketika harga BBM melambung, maka
harga bahan pokok pun ikut melambung juga.
Rakyat Semakin Sengsara
Kado akhir tahun 2014 dan awal tahun
2015 dari Jokowi sangat memukul rakyat kecil. Bukan saja BBM yang naik, tarif
dasar listrik (TDL) akan naik, ongkos transportasi kereta api, angkot, dan
semua juga naik. Sementara pendapatan rakyat kecil segitu-gitu saja.
Belum 100 hari Jokowi jadi presiden,
rakyat semakin sengsara. Inikah yang dinamakan harapan baru? Ternyata tidak.
Jokowi lebih dikenal sebagai pendusta, penipu, pembohong, tukang kibul,
pengkhiat rakyat. Janji yang di janjikan Jokowi hanyalah tong kosong. Anehnya
lagi, sudah ketahuan menipu, Jokowi masih juga ‘ngeles’. Presiden yang aneh!
Sebenarnya ada banyak lagi tentang
faktor yang menjadi penentu anjloknya citra Jokowi. Dan mungkin rakyat sudah
pada tahu akan hal itu, kecuali rakyat yang di butakan matanya, di tulikan
telinganya dan di kunci mati hati nuraninya.
Nah, korelasi anjloknya citra Jokowi
dengan aksi Jokowi bagi – bagi uang sepertinya sangat terhubung. Dan ini adalah
sinyal bahwa Jokowi buat gaya baru untuk menaikkan citra kembali. Tidak tahu
uang apa yang di bagikan Jokowi, halal atau haram sepertinya rakyat tidak mau
tahu akan hal itu. Yang ada, Jokowi bagi – bagi uang di saat rakyat sedang
kesusahan dan membutuhkan uang bisa di katakan ‘ide brilian’ atau juga ‘licik’
untuk sebuah pencitraan. Pasalnya, dengan Jokowi jadi presiden mana mungkin
akan blusukan masuk ‘got’ seperti waktu Gubernur dulu. Turun dari mobil, langsung
bagikan uang sepertinya gaya baru pencitraan Jokowi.
Lalu, apakah gaya baru pencitraan
Jokowi ini bisa berhasil memulihkan citranya kembali? Biarlah waktu yang
menjawabnya. Mungkin dengan uang ratusan juta yang di bagi-bagikan dalam amplop
warna coklat itu, bisa merubah Jokowi yang sudah di cap penipu oleh rakyat
berubah menjadi jadi manusia yang jujur. Kita tunggu saja. [Syafrida]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar