Menteri BUMN Rini Soemarno (tengah)
bersama Menteri ESDM Sudirman Said (kanan) dan Dirut Pertamina yang baru Dwi
Soetjipto melakukan jumpa pers di kantor BUMN, Jakarta, Jumat (28/11).
|
Hal tersebut dikatakan mantan Ketua
Umum Fedrasi Serikat Pekerja (SP) BUM, Abdul Latif Algaf.
Latif menjelaskan, rencana menteri
BUMNuntuk menjual Gedung BUMN dan mengangkat orang asing jadi dirut BUMN,
merupakan bentuk kebijakan kaum neo-liberal, yang pasti akan ditentang banyak
pihak. "Kebijakannya kacau dan harus dihentikan," imbuh Latif,
Jakarta, Senin (22/12).
Menurut Latif, eksistensi dan misi
BUMN yang merupakan amanat pasal 33 UUD 1945 adalah menjadi soko guru
perekonomian nasional. "Jika Menteri Rini tidak menghentikan kebijakan
yang secara diametral bertentangan dengan spirit konstitusi, bisa saja karyawan
BUMN menuntut dia turun dari jabatannya sebagai menteri" ujar alumnus
Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM ini.
Menurutnya, menteri BUMN fokus pada
penguatan good corporate governance (GCG), meningkatkan daya saing BUMN
menghadapi pasar bebas, membereskan BUMN yang rugi dan bermasalah, serta memberdayakan
kualitas SDM yang ada, bukan jual aset, apa lagi impor CEO.
Rini seyogyanya bisa belajar dari
pengalaman beberapa menteri BUMN yang berasal dari profesional, seperti Tanri
Abeng, Laksamana Sukardi, Sofyan Djalil dan Dahlan Iskan. "Jangan meniru
menteri BUMN yang suka obral aset BUMN, setelah selesai jadi menteri malah
berurusan dengan pihak penegak hukum," katanya.
Sebagaimana diberitakan, pada Senin
(15/12), Rini mengatakan tidak menutup kemungkinan bahwa direktur perusahaan
pelat merah berasal dari negara lain. Orang asing, kata Rini, bisa menjadi
petinggi perusahaan milik pemerintah, jika sudah lolos seleksi yang ditetapkan
Kementerian BUMN. "Bisa saja CEO BUMN orang asing. Tapi kami prioritaskan
yang dari dalam negeri. Apa iya orang Indonesia nggak ada yang mampu?"
kata Rini.
Rini beralasan, perusahaan BUMN
membutuhkan ahli untuk memimpin perusahaan tersebut. Tahun depan akan ada
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan tiap perusahaan harus siap menghadapi pasar
bebas itu.
Petinggi perusahaan BUMN itu harus
punya kompetensi yang tinggi untuk menghadapi perdagangan di MEA. Dia
mencontohkan perusahaan pelat merah yang sukses berekspansi, yaitu PT Semen
Indonesia (Persero) Tbk, yang telah mengibarkan namanya di Vietnam. (SP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar