Samad: Kita Ini Dibodohi Terus, Impor Itu Bohong
Ketua KPK Abraham Samad saat
memberikan materi dalam Rakernas PDI Perjuangan di Ancol, Jakarta,
Jakarta-Warta Nusantara - Ketua Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) Abraham Samad mengaku prihatin dengan banyaknya potensi
pemasukan negara yang hilang akibat kebijakan pemerintah yang tak jelas.
Untuk itu, ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama
dengan KPK bergerak secara progresif memberantas korupsi.
Saat memberikan materi di Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDI
Perjuangan di Hotel Ecopark, Ancol, Jakarta, Sabtu (7/9/2013), Samad
menyoroti kebijakan impor pangan yang ditempuh pemerintah. Dalam
penelitian yang dilakukan KPK, banyak kebijakan impor yang tak perlu
dilakukan karena Indonesia memiliki sumber daya alam yang jauh dari
sekadar cukup.
"Kita ini dibodoh-bodohi terus, impor-impor itu bohong karena KPK sudah memelajarinya," kata Samad.
Selain mengenai impor pangan yang tak jelas, Samad juga menyoroti
lemahnya regulasi untuk melindungi sumber daya energi Indonesia. Ia
mengatakan, dari 45 blok minyak dan gas (migas) yang saat ini beroperasi
di Indonesia, sekitar 70 persen di antaranya dikuasai oleh kepemilikan
asing. Kondisi semakin parah karena banyak pengusaha tambang di
Indonesia yang tak membayar pajak dan royalti kepada negara.
Dalam perhitungan KPK, potensi pendapatan negara sebesar Rp 7.200
triliun hilang setiap tahun karena penyelewengan tersebut. Bila
ditotal, kata Samad, pajak dan royalti yang dibayarkan dari blok migas,
batubara, dan nikel di setiap tahunnya dapat mencapai Rp 20.000 triliun.
Namun, pendapatan sebesar itu tergerus karena pemerintah tidak tegas
dalam regulasi dan kebijakan.
"Bila dibagi ke seluruh rakyat, maka pendapatan rakyat Indonesia per bulan bisa mencapai Rp 20 juta," ujarnya.
Atas semua itu, dalam Rakernas PDI Perjuangan, ia mendorong agar
pemerintah menasionalisasikan semua blok migas dan potensi sumber daya
alam yang kini dikuasai oleh asing. Ia juga mendesak pemerintah
memperketat izin pada pengusaha tambang dan harus patuh pada pembayaran
royalti serta pajak menyusul adanya rencana membuka 144 sumur migas baru
di Indonesia pada 2013. "Supaya tak ada lagi anak putus sekolah, supaya
Indonesia kembali ke kejayaannya," kata Samad.(Kompas.com)
Dino Patti Djalal, Anies Baswedan, Endriartono Sutarto, Hayono Isman, dan Irman Gusman (Istimewa)
Jakarta-Warta Nusantara : Bila sebagian besar parpol langsung menunjuk calon
dari internal, misal Golkar yang mendeklarasikan Sang Ketua Umum
Aburizal Bakrie dan Hanura yang tak tanggung-tanggung mengusung Ketua
Umum Wiranto dan Ketua Badan Pemenangan Pemilu Hanura Hary
Tanoesoedibjo, maka Demokrat mempunyai cara lain. Yakni dengan menggelar
konvensi.
Sama dengan konvensi yang digelar Partai Demokrat
Amerika Serikat, sejumlah tokoh akan dijaring. Baik dari dalam maupun
luar partai.
Dengan mengadakan konvensi, Demokrat berharap bisa
menjaring sosok yang mumpuni seperti Barack Obama yang kini sukses
menjadi Presiden Amerika Serikat untuk yang kedua kalinya.
"Kita ambil referensi konvensi di Amerika Serikat
yang sudah lama. Dan menurut saya sangat bagus. Pemilihan Barack Obama
dengan konvensi dan partisipasi publik yang luar biasa dari 2 partai
besar di sana. Kami juga belajar negara-negara maju di Eropa dan
Australia disamping Amerika," kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai
Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin yang kini menjadi anggota Komite
Konvensi Demokrat, 16 Juni 2013.
Kini pemilihan capres bak kontes
pencarian bakat bertajuk 'Idol' itu dimulai. Babak penyisihan tengah
dilakukan. Demokrat telah mengantongi 15 nama yang dipastikan menjadi
peserta.
Mereka di antaranya adalah Duta Besar RI untuk Amerika
Serikat Dino Patti Djalal, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan,
mantan Panglima TNI yang baru saja dinonaktifkan dari Ketua Dewan
Pertimbangan Partai Nasdem Endriartono Sutarto, anggota Pembina Partai
Demokrat dan anggota Komisi I DPR Hayono Isman, Ketua Dewan Perwakilan
Daerah (DPD) Irman Gusman.
Selain itu, Wakil Gubernur Jawa Tengah
Rustriningsih, Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang, Bupati
Kutai Timur Isran Noor, Ketua DPR Marzuki Alie, mantan Ketua MK Mahfud
MD, dan CEO Lion Air Rusdi Kirana.
Dino Patti Djalal
Para
tokoh tersebut mulai dipanggil satu per satu untuk menghadap dan
diwawancara Komite Konvensi Demokrat. Orang pertama yang mendapat
giliran adalah Dino Patti Djalal.
Sejatinya wawancara baru akan
dimulai pada Selasa 27 Agustus 2013, namun berhubung harus kembali
bertugas ke Amerika Serikat, Dino Patti Djalal menghadap Komite Konvensi
lebih awal.
"Saya berangkat sore ini (ke Amerika). Hari Senin ada
upacara, saya harus diperkenalkan ke guru. Anak saya usia 6, 7, dan 8,
harus ada orangtuanya," kata Dino di Wisma Kodel, Kuningan, Jakarta
Selatan, 24 Agustus 2013 pagi lalu.
Dino datang mengenakan batik
merah. Tidak banyak yang diucapkan Dino ketika ditanyakan kesiapannya
mengikuti wawancara oleh anggota Komite Konvensi Demokrat. Hanya tampak
sedikit gugup.
"Nanti ya, nanti. Semua pasti dapat setelahnya,"
kata Juru Bicara Presiden Bidang Luar Negeri era SBY-JK itu sembari
berjalan menuju lift.
Bagi pria yang pernah menulis buku tentang SBY ini dipanggil dan diwawancara Komite Konvensi seperti ujian kuliah. "Wah... Ini seperti waktu ujian kuliah dulu," ungkap Dino.
Pendalaman
terhadap Dino dilakukan secara tertutup. Anggota komite yang hadir
untuk mewawancari Dino adalah Wisnu Wardhana, Taufiqurrahman Ruki,
Suaidi Marasabessy, Sugeng Saryadi, Effendi Ghazali, Christianto
Wibisono, Indrawati Sukadis, Didi Irawadi Syamsudin, Putu Suwaste, Haris
Ruli, dan Fera Febrianti.
Sekitar 2 jam berselang, Dino pun
keluar dari tempat wawancara. Dan siap untuk mencurahkan perasaannya.
Dino mengungkapkan alasannya bersedia ikut Konvensi Demokrat.
"Saya melihat sebagai bayar utang pada generasi saya dan generasi anak saya. Ada panggilan nurani dan
sejarah. Saya datang dari keluarga nasionalis, sebagai diplomat seumur
hidup memperjuangakan wawasan nusantara," ungkap Dino
Ditemani
istri, Rosa Rai Djalal, Dubes RI untuk Amerika Serikat itu mengatakan
maju capres melalui konvensi karena 2 alasan, yakni jalan yang terbuka
dan diminta langsung oleh Presiden SBY.
"Waktu itu, saya sedang di
Canada, Vancouver. Saya sedang pidato politik. Setelah itu Pak Presiden
menelepon ajudan dan meminta saya berpartisipasi dalam konvensi,"
ceritanya.
Selain itu, Doktor Hubungan Internasional London School
itu melihat Pemilu 2014 bernilai historis dan penting. "Kita akan
menjawab pertanyaan, apakah kita bisa melakukan regenearsi
kepemimpinan," tukas Dino.
Ia juga menambahkan, Pemilu 2014
penting karena bangsa Indonesia masuk ke persimpangan sejarah.
"Demokrasi ke-3 di dunia, pertumbuhan ekonomi kita cepat. Momentum ini
mau ke mana, naik ke atas atau mandek, ini ditentukan 2014," ucap ayah
beranak 3 ini.
Dino juga menggarisbawahi kalau dirinya tidak
berambisi mengejar kekuasaan. "Saya tidak silau kekuasaan," jelas pria
47 tahun itu.
Meski baru menjalani tes wawancara untuk masuk dalam
bursa capres Demokrat, Dino sudah menyiapkan langkah untuk bertarung
memperebutkan kursi RI 1. Ia akan mempopulerkan salam kepal 'Bronx' ala Amerika Serikat dan slogan Indonesia Unggul 45-21 pada Pemilu 2014 mendatang.
"Salam
khusus saya dengan mengepalkan tangan ini bisa lebih cepat salaman
dengan orang-orang. Dalam 1 menit, salaman biasa cuma bisa salamin 60
orang. Kalau salam kepal bisa sampai 200 orang. Selain itu lebih bersih,
juga menandakan kekuatan. Asal saya jangan ditinju," ujar Dino.
Terkait
slogan Indonesia Unggul 45-21, Dino menjelaskan ada 2 makna yang
terkandung. Pertama, pada abad ke-21 kalau lihat perkembangan dunia,
Indonesia harus menambah rasa persatuan. Selain itu juga harus
dipadankan serta dilengkapi keunggulan."Jadi bukan nasionalisme sempit,
arogan, tapi yang unggul dan sehat," jelasnya.
Terkait angka
45-21, ia menjelaskan angka itu terinspirasi dari semangat juang 45.
"Tantanganya bagaimana itu diterjemahkan di abad 21, semangat 45
dihadapkan dengan tantangan dengan segala keruwetannya," ungkap Dino.
Anies Baswedan
Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan menjadi peserta kedua yang mengikuti proses wawancara oleh Komite Konvensi Demokrat.
Mengenakan
kemeja putih dengan dasi merah dan celana panjang hitam, Anies
mendatangi Wisma Kodel, Kuningan, Selasa 27 Agustus pagi kemarin. Tampak
pula, ia menggenggam sebuah map yang berisi surat undangan untuk
mengikuti konvensi.
Anies Baswedan tampak tersenyum saat memasuki
ruang wawancara Konvensi Capres Partai Demokrat. Rektor Universitas
Paramadina ini berkenan meladeni awak media yang tidak henti melayangkan
jepretan kamera.
Meski bakal berhadapan dengan 17 Anggota Komite
Partai Demokrat, Anies mengaku tidak ada persiapan khusus. Namun cucu
pahlawan nasional AR Baswedan ini siap dihujani pertanyaan.
"Tidak ada persiapan khusus, saya menerima undangan dan saya hormati itu sebagai warga negara," ungkap Anies.
Anies
mengaku kedatangannya untuk melihat aturan main Konvensi Demokrat.
"Saya mau lihat dulu, seperti apa diskusi nanti. Saya hanya WNI biasa
yang diundang dan merasa terhormat," imbuh tokoh lulusan Northern
Illinois University itu.
Ketika ditanya kemungkinan menolak, Anies
menjawab santai. "Saya akan diskusi baru diputuskan, kita lihat nanti,"
ujar pria 44 tahun itu.
Sekitar 2 jam kemudian, Anies selesai
diwawancara. Ia pun keluar ruangan Komite dan menegaskan
keikutsertaannya dalam berkompetisi di Konvensi Demokrat. Visi misi yang
diusungnya dalam berkampanye tidak terlepas dari inspirasi Bung Karno.
"Istilah
saya melunasi janji kemerdekaan kita. Memunculkan harapan bahwa kita
akan bisa meraih keadilan sosial bagi seluruh warga negara Indonesia,"
tegas Anies.
Melalui konvensi, Anies mengatakan akan terus
memperkuat usaha-usaha yang telah dilakukan oleh Bung Karno dan para
pendiri bangsa lainnya.
"Istilah saya melunasi janji kemerdekaan kita.
Memunculkan harapan bahwa kita akan bisa meraih keadilan sosial bagi
seluruh warga negara Indonesia," terang penggagas gerakan Indonesia
Mengajar ini.
Tidak hanya itu, dia juga mengaku diizinkan
bertindak sebagai peserta konvensi non-partisan. "Saya akan terus
menjadi warga negara, ini bukan soal partai tapi di jalur melunasi janji
menyejahterahkan rakyat," tuturnya.
Kini, setelah memantapkan
hati berkompetisi di konvensi, doktor ilmu politik ini segera menyiapkan
tim sukses. Selain itu, terkait harus tidak dirinya menjadi kader
Demokrat, Anies menyatakan akan mengikuti aturan yang ditetapkan komite
konvensi.
Endriartono Sutarto
Mantan
Panglima TNI Endriartono Sutarto menjadi peserta ketiga Konvensi
Demokrat yang akan diwawancara Komite Konvensi. Mendatangi Wisma Kodel,
Kuningan, Jakarta Selatan dengan mengenakan batik warna hijau, ia
mengaku siap menghadap Komite Konvensi.
"Siap kok, ini saya sudah
pakai batik. Saya sudah siap sejak berpolitik, kita punya ide, gagasan,"
kata Endriartono saat ditanya tentang kesiapannya menghadapi sesi
wawancara, Selasa 27 Agustus 2013 siang.
Meski ikut konvensi di partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono, Endriartono mengaku tidak serta merta ingin keluar dari Partai Nasdem. "Saya ikut konvensi, saya tidak keluar dari Nasdem, saya tidak mengajukan mundur dari Nasdem," tegasnya.
Ketika
ditanyakan apa yang menjadi pertimbangan ikut konvensi, Endriartono
menjawab dengan bercanda. "Memang saya ketua dewan pertimbangan kok,"
ujarnya.
Endriartono diberhentikan sebagai Ketua Dewan
Pertimbangan Partai Nasdem pada Rabu 21 Agustus 2013 lalu. Ia dicopot
karena mengikuti Konvensi Demokrat.
Meski demikian, Endriartono
mengaku belum mendapatkan surat pemberhentian dari partai besutan Surya
Paloh tersebut. Namun, ia menilai pemecatan itu merupakan suatu hal yang wajar, karena dia tak mungkin mengenakan dua partai.
"Sampai
saat ini belum mendapatkan pemberitahuan formal bahwa saya
diberhentikan. Tapi, saya kira itu hal yang wajar. Karena memang saya
tidak mungkin berada di 2 kaki, satu saya ikut konvensi, di sisi lain
saya masih berada di Nasdem. Kan tidak etis," ujarnya.
Endriartono
menjelaskan, dirinya menerima keputusan Nasdem untuk memberhentikan
dirinya. Akan tetapi, yang jelas dia mengaku tidak sama sekali pernah
mengajukan pengunduran diri dari Nasdem.
"Tentu saya menerima.
Tapi yang jelas saya tidak mengajukan pengunduran diri. Saya hanya
mengatakan apapun konsekuensi keikutsertaan saya dalam konvensi ini,
maka saya akan menerimanya," tegas Endriartono.
Dia pun mengungkap
mengapa pilih ikut Konvensi Demokrat. Yakni karena mekanisme
penyaringan capres di Nasdem belum jelas, membuat mantan Ketua Dewan
Pertimbangan Partai Nasdem ini akhirnya memilih jalan lain.
"Tidak
ada mekanisme. Jadi mekanisme itu belum dibuat. Dan belum ada. Beliau
(Surya Paloh) juga tidak menjelaskan," kata Endriartono.
Oleh
karena itu, ia memilih ikut penjaringan capres melalui Konvensi yang
diselenggarakan Partai Demokrat. Menurutnya, Konvensi Demokrat lebih menjanjikan ketimbang di Nasdem.
"Sementara konvensi Demokrat sudah jelas mengatakan kalau memenangkan konvensi maka dia ditetapkan Capres Demokrat," ucap dia.
Namun
demikian, dia enggan menyebutkan niatnya maju sebagai capres terhalang
oleh Surya Paloh yang juga punya niat sama.
"Tidak, saya tidak bisa
mengatakan begitu dan saya tidak mau menuduh. Tapi bahwa itulah yang
terjadi," terang dia.
"Yang jelas pada saat itu saya menanyakan
bagaimana mekanisme jikalau Partai Nasdem bisa memenangkan pemilu,
dengan cara bagaimana kita memilih dari para kader Nasdem untuk menjadi
calon presiden," ujar Endriartono.
Dia juga mengaku Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh sudah merelakannya pergi ke Konvensi. "(Surya Paloh) tidak keberatan, karena ini kan hak saya. Dan saya nyatakan akan ikut konvensi," kata Endriartono.
Menurut
Endriartono, konvensi Demokrat ini adalah hal yang inspiratif. Karena
selama ini umumnya partai politik akan mengukuhkan ketua umumnya sebagai
capres.
"Konvensi ini inisiatif sangat bagus. Bisa jadi inisiatif
untuk setiap partai harus melakukan konvensi menentukan calon presiden,
sehingga orang yang mempunyai kapabilitas mempunyai kesempatan sama,"
tandas Endriartono.
Hayono Isman
Wakil
Ketua Komisi I DPR Hayono Isman menjadi orang keempat yang menghadap
Komite Konvensi Demokrat. Dia mengaku bahwa tingkat elektabilitasnya
paling rendah dibanding para peserta Pra-Konvensi Partai Demokrat
lainnya. Meski begitu, dia akan memanfaatkan konvensi ini sebagai
panggung guna mengerek elektabilitasnya itu.
"Dari
para calon peserta konvensi saya termasuk elektabilitasnya rendah,
karena masyarakat di bawah usia 35 tahun hampir semua belum kenal
Kayono. Dan Konvensi ini merupakan panggung untuk lebih dikenal," kata
Hayono di Wisma Kodel, Kuningan, Selasa 27 Agustus 2013 malam.
Konvensi
ini, kata anggota Dewan Pembina Partai Demokrat itu, memberi kesempatan
politisi seperti dirinya untuk bisa berekpresi kepada masyarakat.
Karena itu, dia merasa optimistis dia bisa lolos pra konvensi ini.
"Pada
saat saya memutuskan untuk maju, saya optimis untuk dapat memenangkan.
Dalam waktu 8 bulan ke depan mudah-mudahan elektabilitas saya meningkat
dan bisa mengimbangi teman-teman saya yang lain," jelas dia.
Selain itu, Hayono mengaku juga mendapat dukungan dari partainya dan sejumlah pihak. Salah satunya dukungan dari Kosgoro.
"Yang
membuat saya makin mantap keputusan Kosgoro yang minta untuk ikut
konvensi. Paling tidak saya punya dukungan di keluarga Kosgoro. Harapan
saya dukungan tidak hanya dari publik tapi juga dari internal kader
Demokrat," tukas Hayono.
Dia juga mengaku belum memikirkan dana yang akan dikeluarkan jika terpilih menjadi peserta Konvensi Partai
Demokrat. Ia akan mengalokasikan dana setelah mempelajari program komite
yang nanti digabung dengan programnya sebagai kandidat capres.
"Sehingga saya belum bisa mengatakan seberapa besar dananya," kata Hayono.
Hayono
mengaku, menginginkan pemerintahan yang bersih. Sehingga sumber dananya
nanti juga harus yang bersih. "Nanti juga sumber dana akan saya buka
dan dipertanggungjawabkan kepada publik," ucap dia.
Menurut
Hayono, motivasi dirinya mengikuti konvensi adalah untuk meraih
cita-citanya sebagai presiden. Sama halnya seperti politisi lain,
cita-cita tertingginya adalah duduk di Istana Negara sebagai RI 1.
"Politisi
cita-citanya tertinggi adalah presiden, sehingga konvensi ini saya
memanfaatkan untuk meraih cita-cita saya menjadi presiden," ujar mantan
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) era Orde Baru tersebut.
Irman Gusman
Ketua
DPD Irman Gusman mendapat giliran kelima menemui Komite Konvensi. Ia
menyatakan kesiapannya untuk ikut Konvensi Demokrat. Juga merasa yakin
bisa memenangi konvensi untuk menuju Pemilu 2014.
Dengan
pengalaman yang cukup lama sebagai politisi, Irman mengaku hal itu
menjadi salah satu modal untuk ikut bertarung di konvensi.
"Tentu
dengan pengalaman yang saya miliki 15 tahun di Senayan akan membawa
bangsa ini lebih maju, makmur, dan berkelanjutan," kata Irman di Wisma
Kodel, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa 27 Agustus malam.
Meski
optimis memenangi konvensi, namun Irman menyerahkan sepenuhnya kepada
Komite Konvensi untuk memutuskan. "Mudah-mudahan saya diperkenankan ikut
proses selanjutnya, sehingga saya berkesempatan menyampaikan gagasan,"
ujar dia.
Lebih jauh Irman mengatakan, dirinya yakin dengan
mencari pemimpin yang terbaik, bangsa ini bisa lebih maju dari saat ini.
Apalagi saat ini adalah masa transisi yang penting bagi Indonesia.
"Sehingga
cita-cita bangsa di tahun 2045 bisa tercapai sebagai bangsa yang maju
dan berkesinambungan serta berkelanjutan," ucap dia.
Irman menilai
Konvensi Demokrat untuk menjaring capres 2014 merupakan sebuah
terobosan politik dalam demokrasi. Dan konvensi bisa menjadi insipirasi
untuk memperbaiki wajah demokrasi.
"(Konvensi) ini terobosan
politik, karena kita sedang membangun demokrasi. Ini akan perbaiki wajah
demokrasi kita, khususnya bagi parpol," ujar Irman.
Menurut
Irman, konvensi bisa ditiru oleh parpol lain untuk mencari para calon
pemimpin nasional. Sehingga, dengan begitu parpol tidak lagi mencari
pemimpin seperti memilih kucing dalam karung.
"Jadi tidak lagi
kita mencari kucing dalam karung, tidak lagi popularitas yang jadi
ukuran, tapi pemahaman yang lebih komprehensif," jelas Irman.
Jusuf Kalla
Mantan
Wakil Presiden Jusuf Kalla juga diundang untuk menjadi kandidat
Konvensi Demokrat. Juru bicara Komite Konvensi Demokrat Rully Charis
mengungkapkan, komite telah mengundang JK untuk ikut bertarung di
pemilihan presiden partai berlambang mercy itu. Namun JK yang kini
menjabat Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) itu tak setuju dengan
sejumlah persyaratan yang diajukan.
"Komite mengundang Pak Jusuf Kalla. Tapi tampaknya dia tidak setuju dengan persyaratan yang diberikan," kata Rully.
Meski
demikian, lanjut Rully, Komite Konvensi masih menunggu kabar dari JK
apakah ia bakal ikut bertarung atau tidak. "Kita masih nunggu,"
jelasnya.
Sekretaris Komite Konvensi Demokrat, Suaidi Marassabesy
mengatakan, komite akan menanyakan kembali kesediaan JK apakah ikut atau
tidak ke dalam konvensi. Komite berencana menyambangi kediaman JK yang
juga mantan Ketua Umum Partai Golkar itu di Jalan Brawijaya, Jakarta
Selatan.
"Menanyakan kesediaan beliau untuk ikut (konvensi)," kata Suaidi di Wisma Kodel, Kuningan, Selasa 27 Agustus 2013 sore.
Suaidi
mengatakan, komite mengirim Ketua Komite Maftuh Basyuni dan Wakilnya
Taufiequrachman Ruki. Keduanya akan menanyakan kesediaan JK lantaran
Partai Golkar sudah menyerahkan sepenuhnya kepada JK.
"Golkar kan sudah serahkan kepada beliau," kata Suaidi.
Namun,
Maftuh sendiri membantah akan menemui JK di kediamannya. Ia mengaku
pergi keluar dari Wisma Kodel karena ada kepentingan lain.
"Saya ada kepentingan lain," tukas Maftuh.
Babak
penyisihan 'Capres Idol' Demokrat akan dilanjutkan pada hari ini, Rabu
(28/8/2013). Rully mengungkap komite akan memanggil sekitar 7 atau 8
nama ke Wisma Kodel. Siapa saja?