Martin Hutabarat |
Jakarta – WARA - Anggota Komisi III
DPR yang juga merupakan politisi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra),
Martin Hutabarat mengingatkan, jika Presiden Joko Widodo tidak segera
mengambil sikap dan terus menunda nasib Komisaris Jenderal Budi Gunawan, maka tidak
hanya dirinya yang rugi, namun juga institusi Polri dan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) serta rakyat Indonesia.
"Satu putusan ini saja lama sekali, padahal ada banyak hal lain, orang lagi menganalisa. Saya curiga, rupanya di Mangga Besar sudah jadi pasar taruhan Pak BG dilantik atau tidak," kata Martin dalam diskusi bertema "Simalakama Jokowi" di Warung Daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (14/2).
Martin mengungkapkan, pada dua minggu lalu pasar taruhan belum tinggi, sekarang 5-6 kali lebih tinggi.
"Makin lama makin tinggi. Jokowi muncul di televisi, mimik dan nada suaranya dianalisa. Ini contoh kepala negara nggak ambil putusan cepat," tandasnya.
Ia menambahkan, dalam kasus BG bola tidak hanya di tangan Presiden Joko Widodo semata.
"Dalam kasus Pak BG, bola tak hanya Presiden dan DPR, tapi juga partai dan KPK. Ini sesuatu yang beda daripada sebelumnya. Apakah ini tanda demokrasi kita? Atau makin mengentalnya partai di sistem kita? Atau karena kepemimpinan yang lemah?" tambah Martin.
Ia berharap permasalahan kapolri tak berlarut-larut lagi karena telah menuai perilaku kontraproduktif di kalangan masyarakat tersebut. Ia pun menyatakan, Gerindra mendukung putusan terbaik Presiden untuk bangsa.
"Kita harap jangan terlalu lama lagi kalau untuk kepastian penegakan hukum. Gerindra akan dukung," tegas Martin. (SP)
"Satu putusan ini saja lama sekali, padahal ada banyak hal lain, orang lagi menganalisa. Saya curiga, rupanya di Mangga Besar sudah jadi pasar taruhan Pak BG dilantik atau tidak," kata Martin dalam diskusi bertema "Simalakama Jokowi" di Warung Daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (14/2).
Martin mengungkapkan, pada dua minggu lalu pasar taruhan belum tinggi, sekarang 5-6 kali lebih tinggi.
"Makin lama makin tinggi. Jokowi muncul di televisi, mimik dan nada suaranya dianalisa. Ini contoh kepala negara nggak ambil putusan cepat," tandasnya.
Ia menambahkan, dalam kasus BG bola tidak hanya di tangan Presiden Joko Widodo semata.
"Dalam kasus Pak BG, bola tak hanya Presiden dan DPR, tapi juga partai dan KPK. Ini sesuatu yang beda daripada sebelumnya. Apakah ini tanda demokrasi kita? Atau makin mengentalnya partai di sistem kita? Atau karena kepemimpinan yang lemah?" tambah Martin.
Ia berharap permasalahan kapolri tak berlarut-larut lagi karena telah menuai perilaku kontraproduktif di kalangan masyarakat tersebut. Ia pun menyatakan, Gerindra mendukung putusan terbaik Presiden untuk bangsa.
"Kita harap jangan terlalu lama lagi kalau untuk kepastian penegakan hukum. Gerindra akan dukung," tegas Martin. (SP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar