Suasana pameran
properti. (VIVAnews/Ikhwan Yanuar) (VIVAnews/Ikhwan Yanuar)
|
Papan, kini
tak lagi menjadi kebutuhan pokok seperti sandang dan pangan. Seiring
perkembangan kelas menengah di Tanah Air, papan atau properti telah menjadi
“kebutuhan investasi”.
Sebagian orang
kaya Indonesia, kini bahkan mulai menyasar investasi properti di luar negeri.
Dan, ini menjadi tren di kalangan orang berduit RI itu.
Tak hanya
menjadi salah satu alat investasi, memiliki properti juga gengsi bagi mereka.
Direktur
Eksekutif Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda, menuturkan, banyak
masyarakat kelas menengah atas Indonesia tertarik membeli properti di luar
negeri, bukan semata-mata untuk berinvestasi, tapi juga karena prestise atau
gengsi.
”Sebetulnya kalau
orang kaya beli properti di luar negeri, bukan hanya sebatas investasi. Kalau
hitung-hitungannya, sebenarnya lebih menguntungkan investasi di Indonesia
daripada luar negeri,” ujar Ali, kepada VIVAnews di Jakarta, Selasa 25 November
2014.
“Tetapi, lebih ke
prestise atau gengsi. Kalau punya properti di luar negeri jadi terlihat mewah”.
Selain karena faktor gengsi, alasan lainnya adalah kebanyakan anak orang kaya Indonesia bersekolah di luar negeri. “Selain gengsi, karena anak-anaknya juga sekolah di sana,” paparnya.
Selain karena faktor gengsi, alasan lainnya adalah kebanyakan anak orang kaya Indonesia bersekolah di luar negeri. “Selain gengsi, karena anak-anaknya juga sekolah di sana,” paparnya.
Adapun, negara
yang paling diminati orang Indonesia dalam investasi properti adalah Singapura,
Australia, Inggris, dan Amerika. “Selain dekat (Singapura), anak-anak orang
kaya yang bersekolah di sana banyak,” tuturnya.
Biasanya, kata
Ali, apartemen yang banyak dibeli berkisar di atas harga Rp2 miliar hingga Rp5
miliar. “Hitungannya setiap negara kan beda, tapi Rp2 miliar ke atas jadi
primadona, bahkan bisa lebih dari Rp5 miliar,” ujarnya.
Ali menambahkan,
yang ditawarkan para pengembang luar negeri pada peminat properti di Indonesia,
selain lokasi yang strategis, juga menawarkan kualitas hidup yang bermutu.
”Kalau di
Singapura khususnya, menawarkan atmosfer lingkungan yang betul-betul bermutu.
Misalnya, tidak adanya polusi seperti di Jakarta. Lebih menawarkan kualitas
hidup,” tuturnya.
Serbu apartemen
mewah
Gambaran yang
ditulis media Inggris BBC News, mengulas bagaimana gaya hidup sosialita dan
orang kaya baru Indonesia. BBC News memaparkan, salah satu gaya hidup yang
dijalani adalah, mereka tergabung dalam kelompok-kelompok arisan mahal,
mengenakan tas branded, dan mengendarai mobil mewah.
Kelompok ini
yang menjadi salah satu sasaran empuk pengembang properti di luar negeri.
Apartemen mewah
di Australia, misalnya. Chief Executive Officer (CEO) dan Founder Crown Group,
Iwan Sunito, memamerkan penjualan apartemennya, Sidney by Crown, ludes dalam
beberapa jam. Penjualannya pun mencapai puluhan juta dolar AS.
Di Grand Hyatt,
Jakarta, Iwan mengatakan, ada sekitar 24-25 unit apartemen Sidney by Crown
untuk warga Jakarta ludes dalam waktu satu jam. Totalnya pun mencapai US$35
juta.
”Itu record
sejarah Crown Indonesia. Record pertama,” kata dia kepada wartawan.
Iwan mengatakan,
penjualan tersebut melebihi ekspektasi mereka dan diminati orang Indonesia.
“Sebenarnya target (penjualan) ini adalah target setahun,” kata dia.
Country Manager
Crown Group, Michael Ginarto, mengatakan, perusahaan juga akan memasarkan
apartemen Sidney by Crown ke Surabaya dan Bali. “Kami mengambil jatah dari
Singapura,” kata Michael.
Sekadar
informasi, Sidney by Crown adalah proyek menara apartemen terbaru dari Crown
Group senilai Rp2,5 triliun. Apartemen 25 lantai yang terletak di jantung kota
Australia ini dirancang oleh arsitek internasional, Koichi Takada.
Iwan mengungkapkan,
ada beberapa alasan orang Indonesia begitu tertarik untuk membeli properti
tersebut.
”Pertama,
mungkin kondisi ekonomi Indonesia membaik dan kedua, investor juga melakukan
diversifikasi,” kata taipan berdarah Indonesia itu.
Alasan lainnya,
dia menjelaskan, ekonomi Australia stabil, sekolah bagus, dan lokasinya
penting, karena terletak di jantung kota Australia. “Arsitektur kami juga
sangat unik dan bisa memikat selera orang Indonesia dalam waktu sejam,” kata
taipan berdarah Indonesia itu.
Tak hanya itu,
Iwan melanjutkan, pembeli Indonesia menyukai cara pembayaran apartemen di
Sidney by Crown. Mereka membayar 10 persen harga ketika membeli apartemen dan
sisanya dibayar ketika apartemen sudah jadi.
”Pertama, uang
yang masuk kecil. Kedua, aman karena uang nggak ditaruh di developer,” kata
dia.
Faktor geografis pun menjadi salah satu pertimbangan orang Indonesia membeli properti di Australia.
”Orang mikirin anak sekolah di luar negeri dan Austalia itu culture-nya bule, culture Amerika. Tapi, Australia deketnya luar biasa (dari Indonesia),” kata dia.
Faktor geografis pun menjadi salah satu pertimbangan orang Indonesia membeli properti di Australia.
”Orang mikirin anak sekolah di luar negeri dan Austalia itu culture-nya bule, culture Amerika. Tapi, Australia deketnya luar biasa (dari Indonesia),” kata dia.
Permudah kepemilikan
Selain alasan
yang diungkap tersebut, orang berkantong tebal Indonesia juga tertarik dengan
kemudahan kepemilikan properti asing di luar negeri. Di Singapura misalnya,
negeri Singa Putih itu memberlakukan ketentuan orang asing memiliki hak pakai
(leasehold) selama 99 tahun.
Menyusul Amerika
Serikat yang memudahkan orang asing membeli properti, Abu Dhabi, ibu kota Uni
Emirates Arab (UAE), akhirnya juga mengeluarkan aturan baru yang membebaskan
warga negara asing untuk membeli properti dengan hak milik (freehold) pada
lokasi-lokasi yang telah ditentukan.
Dilansir Al
Arabiya, UAE mengumumkan kebijakan baru tersebut sebagai upaya untuk menarik
lebih banyak investor asing masuk ke sektor real estate.
Salah satu
pejabat Kotamadya Abu Dhabi menuturkan, wilayah itu membuat zona-zona tertentu
di mana unit perumahannya boleh dimiliki orang asing.
Sebelumnya,
seperti di Singapura, Abu Dhabi memberlakukan ketentuan orang asing hanya
memiliki hak pakai selama 99 tahun.
Pernyataan
singkat dari pejabat itu belum memberikan rincian secara jelas bagaimana aturan
baru freehold tersebut. Selain itu, apa yang membedakan freehold yang
diterapkan Abu Dhabi dibandingkan negara lain yang sudah menerapkan kebijakan
serupa.
Abubaker Seddiq
al-Khoori, Chairman Aldar Properties, menuturkan, keluarnya kebijakan itu
menandai peluncuran fase yang sangat penting bagi pengembangan real estate di
Abu Dhabi.
”Fase itu memberi kesempatan baru bagi pertumbuhan dan perkembangan yang ditawarkan oleh ekonomi Abu Dhabi,” ujarnya.
”Fase itu memberi kesempatan baru bagi pertumbuhan dan perkembangan yang ditawarkan oleh ekonomi Abu Dhabi,” ujarnya.
Akhir-akhir ini,
Abu Dhabi sedang menggencarkan usaha untuk meningkatkan pasar properti
perumahan melalu regulasi dan langkah-langkah lain, setelah sektor properti
merosot tajam selama krisis ekonomi global pada 2008-2009.
Pada 2012, Abu
Dhabi meminta agar karyawan sektor publik yang tinggal di luar Emirat untuk
pindah ke kota perbatasannya. Lalu, pada November tahun lalu, Abu Dhabi
membatalkan kenaikan sewa properti 5 persen.
Sayangnya, di Indonesia
saat ini kepemilikan properti oleh asing hanya mengantongi hak pakai selama 25
tahun. Jika masa itu habis, asing harus memperpanjang izinnya untuk 25 tahun
lagi, dan harus memperpanjang izinnya lagi untuk 20 tahun ke depan setelah masa
izin sebelumnya habis. (VIVAnews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar