Jakarta – WARA,
Pemerintahan Jokowi-JK baru
berjalan hampir dua bulan namun pemerintah sudah membuat kebijakan untuk impor
sapi asal Australia hingga 264 ribu ekor pada kuartal empat tahun ini. Jumlah
ini meningkat tajma dari perkiraan awal sekitar 136 ribu ekor. Sapi tersebut akan diimpor dari negara bagian
Queensland, yang juga menjadi tuan rumah G20.
Jadi jangan heran jika dalam
waktu dekat, daging sapi impor dari Queensland akan merambah banyak pusat
perbelanjaan dan pasar tradisional selama beberapa bulan mendatang.
Jika dicermati kebijakan
pemerintah Joko Widodo ini sangat
bertolak belakang dengan apa yang diucapkannya sewaktu masih menjadi calon
presiden pada bulan Maret 2014. Saat itu, di sela-sela blusukan di Pasar
Cipanas, Cianjur Jawa Barat. Jokowi mengatakan bahwa Indonesia harus punya
keberanian untuk menghentikan impor daging sapi. Indonesia memiliki kemampuan
untuk menciptakan swasembada daging yang sepenuhnya bergantung pada produksi
dalam negeri.
“Kita harus punya keberanian
untuk beralih dari konsumsi ke produksi. Selama ini kita tidak berani
berproduksi karena tidak ada kemauan,” kata Jokowi saat itu.
Jokowi juga mengatakan Indonesia
tidak usah takut kekurangan pasokan karena ada peternakan dengan produksi sapi
yang cukup di Nusa Tenggara. Karena itu, kata Jokowi, swasembada daging sapi
bisa terwujud jika program ini dikerjakan secara serius. “Bukan sesuatu yang
sulit,” ujar Jokowi.
Pengamat ekonomi Fuad Bawazier
menilai kebijakan Presiden Joko Widodo yang tidak sesuai ucapannya saat masih
jadi capres menunjukkan tidak konsisten. Menurut Fuad Bawazier, izin impor sapi
dari Australia itu sangat mungkin terkait dengan lobi yang dilakukan Australia
pada waktu Presiden Jokowi bertandang ke Australia untuk menghadiri KTT G20
November lalu.
“Kalau kemungkinan karena lobi
itu sudah biasa, dulu juga saat mobil murah akhirnya tidak setuju karena lobi
dari Jepang. Lalu bagaimana peternakan sapi kita akan bisa mandiri,” terang
Fuad.
Abdulrachim, pengamat ekonomi
dari Rumah Perubahan menambahkan, yang harus dicermati adalah apakah ini karena
memang ada permintaan yang mendadak meningkat atau mengada-ada. Selain itu
masalah yang perlu diperhatikan adalah mafia pangan.
“Beberapa bulan lalu masuk sapi
impor 40 ribu ekor tapi harga di pasaran tetap, ini artinya pasar daging
dikuasai mafia yang memainkan harga daging sapi sehingga harga tidak turun,”
jelasnya.
Indonesia
memang merupakan pasar yang penting bagi Australia. Sebagian besar komoditas
ekspor pertanian Australia senilai lebih dari AUD 1 miliar per tahun masuk ke
Indonesia, terutama ekspor hewan hidup (tidak termasuk seafood) dari Australia
dengan total AUD 308 juta pada tahun 2013. Daging sapi dan sapi ekspor dari
Australia ke Indonesia pada tahun 2014 diperkirakan akan meningkat 27 persen
dari tahun ke tahun hingga mencapai 50.000 ton shipped weight. (FASTNEWS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar