Kesenian alat musik tiup |
Kepala Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan DKI Jakarta, Purba Hutapea mengatakan, dalam waktu dekat, seluruh
hotel di Jakarta wajib mengadopsi budaya lokal.
"Tahun 2015, kami akan buat
program wajib untuk hotel menampilkan budaya lokal dan melarang hotel
memperdengarkan lagu asing. Pengelola harus menggelar pertunjukkan budaya
lokal. Misalnya kecapi suling di lobi hotel," ujar Purba kepada Kompas.com,
Sabtu (10/1/2015).
Dia menyarankan, pihak hotel untuk
memainkan lagu-lagu nasional dan daerah ketimbang memasang lagu asing.
"Kalau bisa, orang asli yang
menyanyikan. Misalnya, orang Batak menyanyikan lagu Batak. Jangan orang Batak
menyanyi lagu barat, jadi tidak pas. Logatnya saja sudah berbeda," kata
Purba.
Purba juga menjelaskan, saat ini sudah
banyak kebijakan untuk melestarikan budaya lokal, misalnya di bidang kuliner.
Masakan-masakan yang disajikan di beberapa hotel, sudah berdasarkan budaya
lokal yang ada.
"Untuk yang belum, kita tidak
bisa main paksa. Hanya saja, kita minta kesadarannya," jelas Purba.
Jumlah Kunjungan Bertambah
Sementara itu, jumlah wisatawan yang berkunjung ke DKI Jakarta terus bertambah setiap tahunnya. Hal ini menstimulasi lonjakan pembangunan hotel. Tahun 2014 saja terdapat 29.000 kamar hotel. Sementara hingga 2018 mendatang akan ada pasokan sekitar 36.000 kamar hotel.
Sementara itu, jumlah wisatawan yang berkunjung ke DKI Jakarta terus bertambah setiap tahunnya. Hal ini menstimulasi lonjakan pembangunan hotel. Tahun 2014 saja terdapat 29.000 kamar hotel. Sementara hingga 2018 mendatang akan ada pasokan sekitar 36.000 kamar hotel.
Dalam catatan Kompas.com, ada
sembilan merek hotel supermewah baru yang akan "mengepung" Jakarta
hingga 2018 mendatang.
Kesembilan hotel supermewah tersebut
adalah Fairmont Jakarta, St Regis Hotels and Residences, Raffles Hotels and
Residences, W Hotels, dan Rosewood Hotels and Residences, Langham Hotel dan
Residences, Waldorf Astoria Hotels and Residences, Sofitel So, dan Westin
Hotel.
Bertambahnya pasokan tersebut
diiringi pertumbuhan positif untuk average room rate (ARR) dan revenue per
available room (RevPAR). Dalam mata uang asing (dollar AS), ARR hotel bintang 3
sampai 5, dan mewah meningkat sebanyak 19 persen, 6 persen, 8 persen, dan 12
persen per tahun menjadi 43,1 dollar AS, 63,9 dollar AS, 144,5 dollar AS, dan
190,9 dollar AS.
Sementara RevPAR sampai Juni 2014
tercatat 24,6 dollar AS untuk hotel bintang 3, 43,9 dollar AS untuk hotel
bintang 4, 92,9 dollar AS untuk hotel bintang 5 dan 117,9 dollar AS hotel
mewah. (KOMPAS.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar