Pemimpin redaksi majalah satir "Charlie Hebdo", Stephane Charbonnier. |
Dilansir dari AFP, Selasa
(13/1/2015), Charlie Hebdo menampilkan sosok Nabi Muhammad dengan wajah
sedih yang sedang meneteskan air mata, dan memegang tulisan "Je Suis
Charlie" (Kami adalah Charlie).
Slogan itu memang digunakan untuk
menolak aksi kekerasan untuk menanggapi kartun yang dibuat Charlie Hebdo.
Selain itu, di atas sosok yang
menggunakan sorban putih ini terdapat tulisan "Toutes Pardonne",
yang berarti "Semua telah dimaafkan".
Peluncuran sampul ini dibuat lebih
cepat dari jadwal rilis Charlie Hebdo yang rencananya akan dilakukan
pada Rabu (14/1/2015) mendatang. Pihak penerbit menyiapkan setidaknya 3 juta
kopi dari edisi yang dikerjakan oleh "karyawan yang selamat dari
serangan", dari 60.000 kopi eksemplar yang biasanya diterbitkan.
Rencananya, majalah ini akan didistribusikan ke 25 negara dan diterjemahkan ke
16 bahasa atas permintaan global.
Dunia memang bersimpati terhadap
korban aksi teror yang terjadi di Perancis. Beragam bentuk dukungan dan aksi
solidaritas dengan slogan "Je Suis Charlie" mengemuka untuk
menolak bentuk teror.
Tapi di sisi lain, penggambaran
kembali sosok Nabi Muhammad oleh Charlie Hebdo dikhawatirkan akan
kembali memicu kemarahan komunitas muslim dunia. Selama ini, tradisi muslim
memang melarang penggambaran sosok wajah dan karakter Nabi Muhammad.
Pelaku penembakan di Charlie
Hebdo memang sempat berteriak kalau serangan yang dilakukan mereka adalah
"balasan terhadap apa yang dilakuan terhadap Nabi Muhammad". Sebelum
serangan maut itu terjadi, Charlie Hebdo memang kerap mendapat ancaman
saat menampilkan gambar yang dianggap penghinaan terhadap Nabi Muhammad.
Di 2006 misalnya, karyawan majalah
itu mendapat ancaman saat menampilkan kartun Nabi Muhammad yang dimuat di koran
Denmark, Jyllands-Posten. Kemudian pada 2011, kantor itu sempat dilempar
molotov ketika kembali memuat gambar yang dianggap menghina Nabi Muhammad.
Karyawan Charlie Hebdo
mengaku, mereka akan tetap mempertahankan tradisinya untuk mengkritik semua
agama, politisi, selebriti, dan perisitwa berita lain. "Di tiap edisi
selama 22 tahun terakhir, tidak ada satu pun yang tanpa karikatur Paus, Yesus,
pendeta, rabbi, imam atau Muhammad," kata pengacara Charlie Hebdo,
Richard Malka.
Menurut Malka, akan sangat
mengejutkan jika kartun Nabi Muhammad tidak muncul dalam isu terbaru. Lebih
lanjut, Malka mengatakan bahwa Charlie Hebdo "bukan koran berisi kekerasan
tapi merupakan sindiran terhadap segala sesuatu yang dianggap serius". (KOMPAS.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar