UIN Ar-Raniry. Wikimedia.org |
"Awalnya saya khawatir mereka tidak mau datang dengan alasan hujan atau karena tidak nyaman (takut) untuk datang ke gereja," kata Rosnida seperti dikutip dari Australiaplus pada Kamis, 8 Januari 2015.
Kekhawatiran Rosnida bukan tanpa alasan. Saat menawarkan para mahasiswanya berkunjung ke gereja di dalam kelas, hanya 3 dari 26 mahasiswa yang setuju. Sisanya hanya tersenyum kecut dan menggelengkan kepala.
Meski hanya tiga orang yang mau mengikuti kunjungan ke gereja, menurut Rosnida, mereka semua sangat antusias. Beberapa di antaranya malah menghubungi Rosnida berkali-kali untuk menanyakan bagaimana teknis berkunjung ke gereja.
Rosnida yang pernah mengenyam pendidikan di Universitas Flinders, Australia Selatan, itu sampai menyiapkan beberapa pertanyaan yang akan dibagikan kepada mahasiswanya. "Saya khawatir mahasiswa saya tidak mau bertanya ketika pak pendeta menyelesaikan pemaparannya," ujarnya.
Di luar dugaan Rosnida, mahasiswanya justru antusias bertanya kepada pendeta. Ia menilai mahasiswanya sangat berminat untuk menggali pengetahuan tentang agama Kristen. Mereka malah menginginkan kunjungan berikutnya.
"Ternyata mahasiswa saya tidak begitu kaku untuk datang ke gereja. Bagi sebagian muslim, masuk rumah ibadah agama lain adalah sesuatu yang dilarang. Tapi saya tidak melihat ini dari mahasiswa saya," tutur Rosdina. (Tempo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar