Majene - WARA - Demi
meningkatkan silaturrahim, kreatifis dan profesionalisme pendidik di Majene
Provinsi Sulbar, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Majene menghelat
Pekan Olah Raga & Seni (Porseni) antar Pengurus PGRI Kecamatan se-Kabupaten
Majene yang berlangsung mulai tanggal 27 Nopember 2014 lalu.
Berlangsung
di Lapangan Sepok Bola Pamboang, pembukaan POR PGRI Majene meriah dan dihadiri
sejumlah pejabat jajaran Pemkab. Majene. Kini harapan pun kian bergelorah akan
bangkitnya inzan pendidik guna mewujudkan Majene Kota Pendidikan yang selama
ini dieluh-eluhkan dengan motto “Membeli Masa Depan Dengan Harga Sekarang”.
Akan
tetapi nampaknya harapan tak selamanya mulus jadi realita, misi PGRI Kabupaten
Majene hanyalah isapan jempol belaka. Hal ini ditandai dengan berakhirnya
kegiatan PORSENI itu dengan kabar tak menyejukkan di jajaran guru-guru se
kabupaten Majene.
Adalah
insiden perkelahian yang melibatkan sejumlah generasi Omaer Bakri Majene
membuat cerita ini lain, lagi-lagi citra pendidikan Majene tercoreng.
Wahh...
inilah para pendidik Majene yang katanya guru Kota Pendidikan Sulbar. Pencetak
generasi calon pemimpin masa depan bangsa, atau jangan-jangan justru pencetak
calon preman masa depan.
Menyoal
sebab terjadinya insiden adu jotos saat Porseni berlangsung, salah seorang guru
asal Kecamatan Ulumanda, Zainuddin menuding pihak panitia tidak profesional.
Lebih
lanjut guru SDN No. 20 Sambabo Kec. Ulumanda itu mengatakan, bahwa panitia
curang dan tidak netral, membuat para pemaian emosi, bahkan kontingen Kecamatan
Ulumanda terpaksa angkat bendera lebih awal sebelum event selesai.
Sementara
itu ketua PGRI Kabupaten Majene Drs. H. Syahruddin M saat dihubungi media ini
(03/12) mengatakan hal itu hanyalah soal biasa.
”Itu
biasa saja dalam pertandingan, bumbu-bumbu Olahraga,” katanya.
”Tidak
ada masalah, kepanitiaan berjalan bagus, pengurus PGRI juga sudah berbuat yang
tetbaik” lanjut Syahruddin.LSM minta PGRI
dievaluasi.
Terjadinya
insiden memalukan di Porseni PGRI Majene, mendapat tanggapan dari sejumlah
pihak. Ketua LSM Pemerhati Pendidikan Sulbar Muhammad Safaat saat dihubungi via
telepon genggamnya menyesalkan kejadiaan itu terjadi. “Hal ini karena guru-guru
di Majene tidak punya integritas yang memadai,” pungkas Faat.
Safaat juga berharap ada evaluasi pasca insiden ini,
agar wajah pendidikan Majene dapat dicerahkan kembali.”Ini sangat memalukan,
mencederai pendidikan di Majene Sulbar, saya berharap ada evaluasi dari dinas
terkait,” ujar Safaat berharap. (hm3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar