Henk Ngantung
|
Saya sengaja menulis ini, untuk
menepis anggapan seniman Rhoma Irama pendukung Foke-Nara, yang menyatakan
pemimpin daerah harus beragama Islam. Kita semua tahu, bahwa pernyataan Bang
Haji itu ditujukan ke Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok, yang merupakan cawagub
pendamping Jokowi. Ahok adalah pria asal Bangka-Belitung keturunan Tionghoa
yang beragama Kristen.
Gubernur yang saya bahas adalah
Hendrik Hermanus Joel Ngantung atau biasa disebut Henk Ngantung. Presiden
Soekarno mengangkat Henk Ngantung menjadi Gubernur DKI Jakarta karena ingin
Jakarta menjadi kota yang berbudaya. Saat itu, memang calon gubernur tidak
mengikuti Pilkada, karena ditunjuk langsung oleh presiden.
Di saat Henk Ngantung menjadi wakil
gubernur Jakarta, di tempat asalnya Sulawesi Utara (Sulut), AA Baramuli menjadi
gubernur. Bahkan, provinsi Sulut yang kala itu mayoritas beragama Kristen pun,
pernah dipimpin oleh gubernur beragama Islam, yakni Abdullah Amu yang menjabat
pada periode 1966-1967. Sulut memang hingga kini dikenal sebagai provinsi yang
pluralis, sehingga nyaman bagi setiap pendatang dan kalangan investor dari
manapun.
Terlepas dari pro-kontra prestasi
Henk Ngantung sebagai gubernur di waktu menjabat, saya ingin memberi apresiasi
kepadanya, karena mampu menjadikan Jakarta sebagai daerah yang pluralis.
Sayangnya, beliau ‘terjebak’ pada krisis ekonomi negara dan konflik politik
yang melibatkan PKI.
Bagi saya, Henk Ngantung telah
mencatat sejarah di negeri ini, bahwa pemimpin itu tak harus hadir dari
kelompok mayoritas. Ia berhasil mewujudkan sosok gubernur yang berwibawa tanpa
harus melakukan korupsi. Henk Ngantung yang pernah dituduh PKI dan dijebloskan
ke penjara, tidak pernah menggugatnya ke pengadilan di masa orde baru dan
reformasi.
Dan terakhir, sebagai uji
objektifitas tulisan saya ini, saya mendukung sepenuhnya kandidat mana pun yang
berlaga di Pilkada Jakarta. Meskipun secara garis instruksi partai politik
tempat aktifitas saya mendukung kandidat Foke-Nara, tapi ijinkan saya
memberikan apresiasi luar biasa kepada sosok Ahok.
Saya yakin, meski hatinya gundah
dengan isu SARA, tapi ia tetap bersikap sabar dan mengutamakan ‘hukum kasih’
sebagai seorang penganut Kristen. Sama seperti Henk Ngantung, Ahok berhasil
menunjukkan kualitas kepemimpinan dan bukan sebatas ingin diakui sebagai
pemimpin. (sumber: flickr.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar