Dalam perjalanan dari Sri Lanka
menuju Filipina, Paus Fransiskus menyinggung soal insiden penembakan Charlie
Hebdo kepada sejumlah wartawan yang ikut bersama dalam pesawatnya.
Menurutnya kebebasan mengungkapkan
ide atau berbicara itu ada batasnya. Ia juga menegaskan bahwa agama bukanlah
subyek yang bisa dijadikan lelucon.
"Kebebasan beribadah dan
berekspresi itu adalah hak asasi yang fundamental namun tidak berarti kebebasan
yang total, ada batasnya," ujarnya. Ia menambahkan setiap agama memiliki
martabatnya masing-masing. "Saya tidak bisa menghina agama apapun karena
agama itu sangat menghargai dan menghormati kehidupan manusia dan setiap
individu," tambahnya.
Di sisi lain ia juga mengecam
penyerangan ke kantor redaksi Charlie Hebdo. "Seseorang tak bisa
menghilangkan nyawa sesamanya, bahkan dalam nama Tuhannya. Membunuh dalam nama
Tuhan itu adalah suatu penyimpangan," tegasnya.
Kunjungan Paus Fransiskus ke negara
dengan mayoritas penduduk bergama Katolik merupakan yang kunjungan keempat yang
dilakukan pewaris takhta Santo Petrus. Sebanyak 80 juta warga Filipina sudah
menunggu kedatangannya. Puncak kunjungannya akan digelar pada Minggu (18/1)
dalam misa akbar di Ibukota, Manila. Selama di Filipina, Paus Fransiskus
dijadwalkan mengunjungi Kota Tacloban untuk bertemu dengan keluarga korban
badai Haiyan yang menewaskan sekitar 6.000 orang pada November 2013. (BeritaSatu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar