Seorang ayah menangis karena
putranya menjadi korban serangan Taliban ke sekolah
|
Dilansir dari Daily Mail, beberapa militan berhasil masuk ke sebuah sekolah umum yang dikelola militer, Selasa pagi, dengan menyamar mengenakan seragam militer Pakistan. Mereka masuk ke dalam satu kelas, lalu menyiramkan bensin pada seorang guru.
Kemudian membakar guru wanita itu hidup-hidup di depan para siswa, memaksa semua anak-anak melihat guru mereka terbakar hingga hangus dan tak bisa dikenali. Guru wanita itu disebut telah menjadi sasaran, karena menikah dengan seorang tentara.
Setelah itu militan mulai menembak para siswa. Beberapa siswa menceritakan bagaimana mereka berpura-pura mati, saat para militan berkeliling mencari anak-anak untuk dibunuh, sebelum mereka mengeluarkan tembakan secara membabi-buta sambil tertawa.
Sedikitnya 132 anak-anak dan sembilan guru tewas. Pada sebagian besar jenazah yang memenuhi koridor sekolah, terlihat bekas luka tembakan di kepala dan dada, yang memperlihatkan aksi pembantaian berdarah dingin.
Sementara setidaknya satu orang militan, disebut melakukan aksi bom bunuh diri di satu kelas yang penuh dengan lebih dari 60 anak-anak. Juru bicara Taliban Muhammad Umar Khorasani, mengaku para penyerang diinstruksikan untuk melakukan aksi bom bunuh diri.
Otoritas keamanan mengatakan terdengar tiga ledakan dari dalam sekolah, diduga diledakan oleh para pelaku yang terpojok saat militer melakukan operasi pembebasan siswa. Beberapa militan tewas sebelum sempat meledakan diri. (VIVAnews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar