Kemarin Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan, Hasto Krsitiyanto, secara tiba-tiba mengeluarkan pernyataan mengejutkan. Hasto membongkar kebusukan Ketua KPK Abraham Samad yang ditudingnya sengaja menjegal Budi Gunawan dengan status tersangka.
Menurut Hasto, Samad sakit hati kepada Budi Gunawan karena tak memuluskannya menjadi calon wakil presiden Jokowi saat Pilpres lalu. Padahal Samad sudah melakukan lobi politik kepada PDIP sebanyak enam kali pertemuan.
Hasto juga mengatakan bahwa semua kebusukan Samad itu tertulis dalam sebuah tulisan milik Sawito Kartowibowo di Kompasiana, ‘Rumah Kaca Abraham Samad’. Hasto menjamin tulisan itu benar adanya.
Dalam tulisan itu, disebutkan bahwa sosok Komjen Budi Gunawan adalah salah satu orang yang menggagalkan Samad jadi cawapres. Budi Gunawan yang punya hubungan dekat dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, disebut-sebut sebagai sosok yang menentang Samad maju bersama Jokowi.
Padahal kala itu jelas-jelas Komjen Budi Gunawan masih menjadi polisi aktif dan masih menjabat sebagai Kepala Lembaga Pendidikan Polisi (Kalemdikpol). Pengakuan ini secara tak langsung menunjukkan bahwa PDIP membenarkan Budi Gunawan ikut berpolitik praktis membela PDIP, mendukung JK daripada Abraham Samad.
Pada saat itu juga,
Hasto mengaku sudah menjelaskan kepada Samad soal keputusan PDIP akhirnya
memilih JK sebagai cawapres Jokowi. Namun Samad kecewa dan mengaku sudah mengincar
seseorang yang menggagalkannya melenggang bersama Jokowi, yakni Komjen Budi
Gunawan.
Menurut Hasto, Samad mengetahuinya karena sudah memasang alat sadap untuk memantau percakapan para petinggi PDIP soal perkembangan pemilihan cawapres Jokowi.
"Pada malam hari jam 12 malam, saya ditugaskan Pak Jokowi untuk bertemu dengan Abraham Samad. Dalam pertemuan itu kami jelaskan, pada akhirnya setelah melalui proses yang panjang dan melihat realitas politiknya, Bapak Jokowi memutuskan JK menjadi cawapres. Itu apa adanya, tidak ada tendensi dari orang per orang," kata Hasto kepada wartawan, Kamis (22/1).
"Ketika itu ketika saya ceritakan pada Abraham Samad, beliau mengatakan 'Ya, saya tahu. Karena saya sudah melakukan penyadapan. Bahwa saya tahu yang menyebabkan kegagalan saya ini adalah Bapak Budi Gunawan'. Itu yang disampaikan saat itu. Ada saya dan ada saksi," ujar Hasto.
Sementara itu, dari pihak Mabes Polri sendiri mengaku belum mengetahui jika Komjen Budi Gunawan terlibat dalam politik praktis pada Pilpres 2014 lalu. Polri juga belum bisa memastikan pernyataan Hasto tersebut benar atau tidak.
"Ya kita belum tahu kebenarannya soal keterlibatan Pak Budi tersebut," kata Kadivhumas Mabes Polri Irjen Pol Ronny Franky Sompie saat dihubungi, Kamis (22/1).
Ronny tak banyak bicara soal kabar keterlibatan Komjen Budi dalam politik praktis. "Saya harus tanya dulu ke Divisi Propam," ujar jenderal bintang dua ini. (Merdeka.com)
Menurut Hasto, Samad mengetahuinya karena sudah memasang alat sadap untuk memantau percakapan para petinggi PDIP soal perkembangan pemilihan cawapres Jokowi.
"Pada malam hari jam 12 malam, saya ditugaskan Pak Jokowi untuk bertemu dengan Abraham Samad. Dalam pertemuan itu kami jelaskan, pada akhirnya setelah melalui proses yang panjang dan melihat realitas politiknya, Bapak Jokowi memutuskan JK menjadi cawapres. Itu apa adanya, tidak ada tendensi dari orang per orang," kata Hasto kepada wartawan, Kamis (22/1).
"Ketika itu ketika saya ceritakan pada Abraham Samad, beliau mengatakan 'Ya, saya tahu. Karena saya sudah melakukan penyadapan. Bahwa saya tahu yang menyebabkan kegagalan saya ini adalah Bapak Budi Gunawan'. Itu yang disampaikan saat itu. Ada saya dan ada saksi," ujar Hasto.
Sementara itu, dari pihak Mabes Polri sendiri mengaku belum mengetahui jika Komjen Budi Gunawan terlibat dalam politik praktis pada Pilpres 2014 lalu. Polri juga belum bisa memastikan pernyataan Hasto tersebut benar atau tidak.
"Ya kita belum tahu kebenarannya soal keterlibatan Pak Budi tersebut," kata Kadivhumas Mabes Polri Irjen Pol Ronny Franky Sompie saat dihubungi, Kamis (22/1).
Ronny tak banyak bicara soal kabar keterlibatan Komjen Budi dalam politik praktis. "Saya harus tanya dulu ke Divisi Propam," ujar jenderal bintang dua ini. (Merdeka.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar