Ritual Manene di Toraja, Sulawesi
Selatan.
|
Ritual Ma'nene atau mengganti
pakaian mayat sebutan masyarakat Toraja, diawali dengan berkunjung ke lokasi
pekuburan leluhur mereka yang dinamakan Patane di Desa atau Lembang Paton,
Kecamatan Sariale, yang jaraknya berkisar 28 kilometer dari Rantepao, ibu kota
Kabupaten Toraja Utara. Di Patene, mayat moyang (leluhur) mereka yang telah
berumur ratusan tahun tersimpan dalam keadaan utuh, karena sebelumnya diberi
bahan pengawet.
Prosesi Ma'nene dilakukan pihak
keluarga dengan membersihkan mayat leluhur yang telah berusia ratusan tahun,
dengan melepas pakaian lama yang digunakan. Lalu seluruh badan mayat
dibersihkan dengan menggunakan kuwas. Setelah itu, jenazah tersebut kemudian
dipakaikan dengan pakaian baru. Bagi mayat pria memakai jas lengkap dengan
stelan dasi hingga kaca mata.
Sebelum membuka pintu kuburan Patane
dan mengangkat peti mayat untuk di bersihkan, tetua adat dengan sebutan Ne'
Tomina Lumba, terlebih dahulu membacakan doa dalam Bahasa Toraja kuno, memohon izin
kepada leluhur agar masyarakat mendapat rahmat keberkahan setiap musim tanam
hingga panen berlimpah.
Ne'tomina merupakan gelar adat yang
diberikan kepada tetua kampung, dimana artinya adalah orang yang dituakan juga
imam atau pendeta. Pieter Rayub, tokoh masyarakat Lembang Poton yang juga
keluarga pelaksana ritual Ma'nene menuturkan, prosesi adat Ma' nene sudah
berlangsung sejak zaman dahulu. Waktu pelaksanaannya berdasarkan kesepakatan
bersama keluaarga dan tetua adat melalui musyawarah desa.
Ritual ini disepakati digelar tiga
tahun sekali. Tujuannya agar keluarga yang berada di perantauan bisa datang
menjenguk orang tua atau Nene To'dolo (moyang mereka), juga untuk mempererat
hubungan tali silaturahim orang perantauan dengan orang tua yang masih hidup
atau yang sudah meninggal agar lebih mengingat kampung halamannya.
"Prosesi adat Ma'nene kami
gelar dalam tiga tahun sekali berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah Lembang.
Selain itu, kegiatan ini bertujuan mempererat tali silaturahmi keluarga yang
berada jauh di perantauan," ungkap Piter Rayub, saat mengelar prosesi adat
Ma'nene.
Menurutnya, Ma'nene digelar sebelum
musim tanam dimulai atau sesudah memotong padi, yang hasil panennya digunakan
dalam prosesi tersebut. Prosesi mengganti pakaian satu mayat tidaklah lama,
hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.
Usai mengganti pakaian mayat
leluhur, masyarakat kampung di Lembang Poton kemudian berkumpul mengikuti acara
makan bersama. Makanan yang disajikan adalah hasil sumbangan setiap keluarga
keturunan leluhur yang melaksanakan kegiatan prosesi adat Ma'nene.
Usai makan bersama, acara dilanjut
dengan tradisi Sisemmba', bertujuan menjalin keakraban serta silaturahmi antara
keluarga perantau dengan yang berada di kampung halaman. (Tribun)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar