Jakarta – WARA - (30/110 - Lagi, Presiden Joko
Widodo (Jokowi) dinilai telah berbohong dengan mengatakan jika Indonesia
membeli minyak mentah dari Angola akan mendapat diskon USD 15 per barel.
Dengan diskon
itu, Jokowi mengklaim uang negara yang bisa dihemat, “Setahun sekitar Rp 15
triliun,” ujar Jokowi seusai menandatangani kerja sama dengan Wakil Presiden
Angola Manuel Domingos Vicente di Istana Merdeka, Jumat (31/10) siang.
Namun, “Dari
surat terakhir kesepakatan itu, Angola mematok harga minyaknya sama dengan
harga minyak pasaran internasional,” beber pengamat politik anggaran dari Forum
Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Uchok Sky Khadafi dalam diskusi
bertema ‘Prospek Migas Nasional di Bawah Direksi Baru Pertamina’ yang digelar
di restoran Dapur Selera, Tebet, Jakarta, Minggu (30/11).
Dia menantang
Presiden Jokowi untuk beli minyak mentah sebanyak-banyaknya bila memang
mendapat diskon dari negara di benua Afrika tersebut. “Kalau benar diskon beli
dong minyak yang banyak, terus disimpan di kilang-kilang minyak internasional,”
jelasnya.
Senada, pengamat
politik Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menambahkan bahwa
pemerintah harus hati-hati terkait kerja sama yang belum pasti terjadi.
Pasalnya, hal itu bisa menjadi pembohongan publik. “Menteri Sudirman Said
(ESDM) dan Rini Soemarno (BUMN) harus hati-hati mengatakan kerja sama minyak ke
masyarakat sebelum ada kepastian legal. Sebaiknya jangan dibuka ke publik
dulu,” ujarnya.
Menurutnya,
apabila pernyataan pemerintah tidak sesuai dengan fakta, maka masyarakat akan
menilai adanya kebohongan publik. Padahal, itu hanya bagian dari pencitraan,
dan TRTKM harus mengusutnya. “Sebagai Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas
(TRTKM) Faisal Basri harus berani usut pembohongan publik yang dilakukan
Menteri ESDM dan Rini soemarno. Termasuk keterlibatan Surya Paloh dalam
jaringan mafia migas,” tegas Karyono.
Untuk diketahui,
respons teknis Sonangol Asia pada 20 November 2014 menjawab surat PT Pertamina
per 18 November mengenai Counter To The Proposed Contractual Volume 2015
mengungkapkan bahwa Senangol secara tegas menjawab permintaan Pertamina
mengenai diskon USD 15 per barel tidak dapat diberikan. Lantaran, masih mengacu
kepada normal market price.
Sementara itu,
Ketua Komisi VI DPR Achmad Hafisz mengungkapkan, penawaran pertama diskon dari
Sonangol EP sebesar 15 dolar AS per barel, namun berikutnya penawaran diskon
turun menjadi 6 dolar AS per barel, belakangan Sonangol EP mengirim surat yang
berisi pernyataan tak ada harga diskon. “Pertama katanya diskon 15 dolar AS per
barel, kemudian berubah menjadi 6 dolar AS per barel. Lantas hari ini zero
diskon (tidak ada diskon). Nah, begitulah mereka di Beijing (China) berbisnis,”
lontar Hafisz kepada wartawan di Jakarta.
Menurutnya, hal
serupa sering terjadi ketika berbisnis dengan berbagai perusahaan dari China.
Salah satunya, kata Hafisz juga dialami Ketua Umum DPP PAN saat menjabat
Menteri Perhubungan, yaitu Hatta Rajasa yang ketika itu hendak membangun rel
ganda kereta api Kroya-Yogyakarta. “Waktu itu Pak Hatta Rajasa pernah hampir
dibohongin sama pengusaha di Beijing (China). Ketika itu mereka mau (kerjasama)
membangun rel kereta api Kroya-Jogja dengan biaya 350 juta dolar AS. Tapi pihak
pengusaha di Beijing belakangan mengatakan hanya akan membiayai 200 juta dolar
AS saja, saat itu juga langsung dibatalin Pak Hatta,” ungkap Hafisz.
Sebelumnya,
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh sebagai perantara utama kerja sama
Sonangol melalu pengusaha China, Sam Pa, begitu juga Rini Soemarno dan Sudirman
Said menyatakan harga impor minyak mentah dari Sonangol lebih murah USD 15 per
barel dari market price. Sehingga, terjadi penghematan hingga 25 persen untuk
impor crude oil Indonesia.
Kronologis
Perhitungan
Keterangan
Jokowi, seusai menandatangani perjanjian. “Setahun sekitar Rp 15 triliun,” ujar
Jokowi seusai menandatangani kerja sama dengan Wakil Presiden Angola Manuel
Domingos Vicente di Istana Merdeka, Jumat (31/10) siang.
Menteri ESDM
Sudirman Said mengatakan, antara Pertamina dan Sonagol akan membentuk
perusahaan bersama di Indonesia. Kedua persuahaan itu juga akan membangun
kilang di wilayah Indonesia sehingga bisa meningkatkan volume minyak yang
diproduksi. Sudirman memperkirakan, dalam satu hari, diprediksi akan ada
100.000 barrel yang dihasilkan dari kilang minyak tersebut. “Hipotesisnya kalau
dapat 100.000 barrel, seperempatnya impor dan kita punya satu perusahaan yang
memiliki suplai berkelanjutan, maka tinggal bicara harga. Kalau dapat 100.000
barrel, sehari bisa hemat 2,5 juta dollar,” kata Sudirman. Dengan angka
tersebut ada diskon harga 25%.
Dengan diskon
25%, seharusnya Pertamina mendapat harga lebih murah 15 dolar AS, berarti harga
patokan dasar Sonangol adalah USD60/barel. Ini masalahnya, harga dasar Sonangol
USD60/barel yang menurut prinsip cara berdagangnya, USD15 ditambahkan kepada
harga dasar sebagai harga mark up, menjadi USD75 per barel. Harga ini tidak
bertemu dengan harga pasar dunia, yang sudah USD70 per barerl. “Masak Indonesia
mau, membeli di atas harga pasar internasional.”
Sehingga kembali
muncul perhitungan angka diskon USD6 per barel sesuai harga pasar, sehingga
masih ada kelebihan USD4 per barel (untuk siapa?). Nampaknya, para calo kedua
belah pihak kurang puas. Lantas muncullah zero diskon (tidak ada diskon).
(fastnewsindonesia.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar