Ilustrasi Peserta BPJS (sumber: Istimewa) |
Surabaya - WARA - Komisi D Bidang Kesra DPRD Kota Surabaya akan memanggil
pihak-pihak berwenang terkait dengan adanya salah satu keluarga pasien BPJS
dari keluarga miskin warga Jalan Kutai 4/2 Surabaya yang tidak mampu membeli
obat untuk anaknya sehingga berniat menjual tabung elpiji.
Ketua Komisi D DPRD Surabaya,
Agustin Poliana, mengatakan dengan banyaknya keluhan di masyarakat membuktikan
belum siapnya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
"Kami akan panggil pihak-pihak
terkait untuk menyikapi ini. Apalagi ini terjadi di Kota Surabaya yang memiliki
APBD yang cukup besar," katanya, Rabu (25/2).
Hal sama juga diungkapkan Wakil
Ketua Komisi D DPRD Surabaya, Junaedi. Ia mengatakan pada prinsipnya terkait
keluarga tidak mampu yang tidak bisa berobat tidak perlu terjadi.
"Solusinya pihak rumah sakit
memberikan kebijakan atau toleransi jika ada pasien yang tidak mampu membeli
obat," katanya.
Ia menilai kejadian ini dikarenakan
kurangadanya sosialisasi menyeluruh baik dari rumah sakit, pemerintah kota dan
BPJS. "Pihak rumah sakit juga tidak boleh menolak pasien apalagi
memberikan obat-obatan yang diluar batas kemampuannya," ujarnya.
Diketahui kejadian itu bermula pada
saat seorang ibu warga Jalan Kutai Surabaya Vita Ridhani Yuniningsih (43) sudah
tidak memiliki cara lagi untuk membeli obat-obatan yang dibutuhkan putri
bungsunya, Chiquitita Adinda Putri Istiawan (2) yang divonis menderita epilepsi
sejak usianya masih menginjak 6 bulan.
Balita kelahiran 28 Mei 2012 ini
harus mengkonsumsi Depakene untuk mengurangi kejang-kejang saat Epilepsinya
kambuh sewaktu-waktu. Ketika stok Depakenenya habis selama sepekan sejak
pertengahan bulan ini, Dinda sering mengalami kejang-kejang, sehari bisa sampai
tiga kali.
Tentu saja, hal ini membuat Vita
panik dan tidak tahu harus berbuat bagaimana. Sehingga, istri dari Heru
Istiawan (41) ini sampai berniat menjual satu-satunya barang berharga miliknya
yang tersisa yakni tabung gas elpiji Blue Gas 5,5kg beserta tungkunya.
Niat ibu tiga anak yang akrab
dipanggil Vita ini disampaikannya pada Ketua Komunitas Tolong-Menolong (KTM)
Daniel Lukas Rorong melalui pesan singkat (SMS) belum lama ini.
Mendapati info seperti itu, Daniel
mencoba mengorek-orek permasalahan yang sebenarnya terjadi. Tanpa butuh waktu
yang lama, komunitas sosial yang bermarkas di Surabaya ini langsung merespons
dengan membelikan obat-obatan dan vitamin yang dibutuhkan, seperti Depakene,
Locoid Scalp dan Prolacta DHA yang jika ditotal, harganya tidak sampai Rp
400.000.
"Pihak kami langsung bergerak
cepat untuk menolong apa yang menjadi kesulitan keluarga tak mampu ini,"
kata Daniel.
Sedangkan untuk Locoid Scalp diperlukan
untuk mengobati sejenis jamur (Tinea Barbae and Tinea Capitis) yang tumbuh di
beberapa bagian di kulit kepalanya.
Prolacta DHA Baby sendiri diperlukan
untuk pemenuhan gizi Dinda yang termasuk terlambat pertumbuhan di usianya yang
genap 3 tahun pada Mei mendatang.
"Sampai saat ini, anak saya
hanya bisa mengucapkan kata mama saja. Dan berjalannya pun masih belum laiknya
anak-anak seusianya," kata Vita.
Untuk diketahui, Dinda sendiri
sebenarnya adalah pasien BPJS umum kelas 1 dengan nomer kepesertaan 0001244551997
yang tiap bulannya membayar Rp 59.000. "Tapi saya tidak tahu, kenapa
obat-obatan yang diperlukan anak saya tidak dicover saat saya berniat
menebusnya di apotik salah satu rumah sakit di Surabaya setelah saya
memeriksakan kondisinya," ungkap Vita.
Untuk itu, dirinya berharap pihak
BPJS bisa membantu dan merespons apa yang menjadi keluhannya ini.
"Meski
tergolong tidak mampu, tapi saya sadar asuransi sehingga menyertakan anak saya
di BPJS dengan harapan agar dapat dicover kesehatannya," harap Vita yang
pernah menjadi penyanyi di kafe dan hotel di Surabaya serta Bali ini.
Vita sendiri, sejak Dinda, putri
bungsunya berusia 1 tahun, memutuskan untuk tidak bekerja dan fokus mengurus
buah hatinya tersebut. Penghasilan suaminya yang bekerja di salah satu gudang
besi di kawasan industri Rungkut, Surabaya dengan pendapatan Rp2 juta per bulan
ini tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Sehingga untuk membantu perekonomian
dan untuk pengobatan anaknya, Vita membuka lapak kecil di teras rumah ibunya
yang letaknya tak jauh dari kos-kosannya dengan berjualan kopi dan mie
instan. (BS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar