Artikel ini berisi foto-foto yang menunjukkan adat istiadat
budaya bangsa Indonesia masa kini dan masa lalu. .
Sumber: The Jakarta Globe |
WARA - Besok penutupan acara Miss World.
Yang katanya (baca: hasutannya) kelompok agamawan itu adalah Whore Contest.
Kontes Pelacur. Miss world adalah ajang pornografi dan pornoaksi. Makanya harus
diperangi, dibubarkan dan sebagainya. Orang mengaku beriman yang seenak
jidatnya bilang perempuan berprestasi adalah pelacur. Sementara mereka ini
melacurkan agama demi uang, nasi bungkus, jabatan, dan kekuasaan.
Porno, tergantung otak yang
melihatnya. Kalau otaknya sudah porno, maka gedung DPR terlihat seperti bra.
Wanita cerdas terlihat seperti pelacur. Yang perlu dikalibrasi disini adalah
otak porno nya. Bukan objek yang dianggap porno tanpa mengacu pada standard
manusia normal wajar tidak berotak mesum mengenai definisi pornografi.
“mewujudkan dan memelihara tatanan
kehidupan masyarakat yang beretika, berkepribadian luhur, menjunjung tinggi
nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, serta menghormati harkat dan martabat
kemanusiaan; menghormati, melindungi, dan melestarikan nilai seni dan budaya,
adat istiadat, dan ritual keagamaan masyarakat Indonesia yang majemuk;”
Kalimat di atas adalah tujuan UU
Pornografi.
Dimana, masyarakat yang beretika itu
relatif. Etikanya pedalaman papua tidak sama dengan etika nya Bali, tidak sama
dengan etikanya Jakarta, tidak sama dengan etikanya Arab. Sehingga, dalam
menerapkan standard mana yang porno mana yang tidak, kita harus menghormati
harkat dan martabat kemanusiaan, melindungi seni budaya, adat istiadat dan
ritual keagamaannya masing-masing.
Jangan umat Hindu dipaksa-paksa
harus menerapkan kaidah islam dalam penerapan kehidupan sehari-harinya dengan
alasan islam adalah agama mayoritas. Padahal, di agama mayoritas ini, berada
pada masyarakat yang memiliki latar belakang budayanya sendiri-sendiri, yang mengakibatkan
sudut pandang berbeda terhadap objek yang dituduhkan sebagai porno, cabul
maupun maksiat ini.
Umat islam dengan latar belakang
budaya Jawa, akan melihat ibu-ibu mencuci pakaian di sungai berbalutkan
selembar kain batik dengan sudut pandang biasa saja. Orang Jawa di
kampung-kampung memang begitu. Sementara kaum ngArab akan njenggirat-njenggirat
(baca: terkaget-kaget sambil kejang-kejang) melihat pemandangan yang dianggap
porno ini, dan berpotensi mengamuk-ngamuk.
Budaya Indonesia tidak perlu diubah
menjadi budaya Arab.
Tarian tradisional di bandara Wamena, 2011. Sumber: travel.cnn.com |
Orang Papua, tidak akan serta merta
berpikir porno jika melihat orang tidak pakai baju. Karena latar belakang
budaya, adat istiadatnya memang demikian. Oleh karenanya, otaknya memang tidak
mesum dan serta merta melabeli orang lain sebagai pelacur, hanya karena
berpakaian sedikit terbuka.
Warrior di pedalaman papua, Desember 2010. Sumber: 123rf.com |
Budaya Indonesia memang sudah
telanjang begini. Adat istiadat suku bangsa Indonesia, memang sudah berlatar
belakang telanjang begini. Makanya otaknya tidak serta merta porno hanya karena
melihat kontestan miss world memakai pakaian sedikit berbeda.
Budaya Indonesia tidak perlu diubah
menjadi budaya Arab.
Jika kita melihat-lihat foto-foto
bangsa Indonesia tempo dulu yang disimpan di beberapa musium di Belanda, kita
akan melihat adat istiadat budaya bangsa kita yang asli. Terlepas dari adanya
pergeseran nilai-nilai, namun sejarah, budaya, adat istiadat bangsa, adalah
fakta kekayaan Republik Indonesia yang sangat berharga.
.
Ibu-ibu mencuci pakaian di sebuah tempat laundry. Foto diambil tahun 1947. Sumber: Nederlands Fotomuseum |
Ini adalah pemandangan sehari-hari
masyarakat Jawa tempo dulu. Saat ini, ibu-ibu sudah tidak lagi berpakaian
seperti ini jika mencuci pakaian. Namun, karena latar belakang kehidupan, adat
istiadat dan budayanya demikian, maka jika ada wanita pakai kain dengan pakaian
sedikit terbuka seperti ini, maka masyarakat tidak melihatnya sebagai porno,
apalagi pembawa kemaksiatan.
Budaya Indonesia tidak perlu diubah
menjadi budaya Arab.
Wanita Batak tempo dulu. Sumber: Prentenkabinet Leiden |
Wanita Batak jaman dahulu seperti
ini pakaiannya. Jika saat ini orang Batak melihat ibu-ibu di kampung masih
seperti ini pakaiannya, maka pola pikir tidak serta merta melabeli wanita
seperti ini sebagai porno apalagi maksiat.
Budaya Indonesia tidak perlu diubah
menjadi budaya Arab.
.
Suasana di Pasar Tjarangsari. Sumber: Tropenmuseum |
Kegiatan di pasar di Bali seperti
ini. Tidak ada yang berpikir porno, mesum apalagi maksiat. Itulah sebabnya
orang-orang Bali saat ini tidak terkaget-kaget, tidak otomatis berpikir porno,
mesum apalagi maksiat jika melihat orang pakai bikini.
Budaya Indonesia tidak perlu diubah
menjadi budaya Arab.
Wanita dengan pakaian adat Makassar, Sulawesi Selatan. Sumber: Tropenmuseum. |
Adat istiadat dan budaya Sulawesi
Selatan memang asal muasalnya demikian. Bukan porno, apalagi maksiat.
Budaya Indonesia tidak perlu diubah
menjadi budaya Arab.
Wanita Bali dengan pakaian
tradisionalnya. Foto diambil tahun 1936. Sumber: Prentenkabinet Leiden
|
Budaya Indonesia tidak perlu diubah
menjadi budaya Arab.
Saya bangga jadi orang Indonesia.
(kompasiana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar