Kotoran babi
landak, atau yang oleh warga Manggarai Timur, di Kampung Ketang, Desa Golo
Tolang, Kecamatan Kota Komba, NTT disebut tahi kutung , ternyata mempunyai
nilai ekonomis yang tinggi.
|
Kotoran babi yang lazim digunakan untuk campuran ramuan obat-obatan khas Tiongkok itu menjadi buruan pengusaha mancanegara. Khasiat dan tingkat kesulitan dalam memperoleh "tahi kutung" menjadi alasan dari tingginya harga.
"Saat ini pembeli dari China (Tiongkok), Malaysia, dan Singapura bolak-balik ke Kampung Ketang untuk membeli kotoran babi landak yang memiliki khasiat sangat tinggi," kata Marselinus Noning alias Bapa Sion di kediamannya di Kampung Ketang, Rabu (17/12/2014).
Babi landak hidup liar di Kampung Ketang yang berada di lembah di Desa Golo Tolang, Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur, Flores, NTT. Lokasi itu terkenal dengan penghasilan cengkeh terbesar kedua di Manggarai Timur.
Mayoritas warga masyarakat di kampung tersebut adalah petani, baik petani kopi, cengkeh, kakao, maupun persawahan. Nah, untuk mendapatkan "tahi kutung", warga harus menangkap babi landak itu dengan cara dijerat menggunakan tali rem, atau bisa juga dengan cara diburu pada malam hari dengan bantuan anjing.
Setelah ditangkap, perut babi landak dibelah, lalu kotoran yang ada di dalam perut besar diambil. "Tahi kutung" itu berbentuk bulat seperti bola.
Sejak 1978
Marselinus, seorang petani dari Kampung Ketang, menjelaskan, awalnya, pada tahun 1978, dia berhubungan dengan seorang warga Tiongkok di Kota Ruteng. WNA itu hanya menjual kue kompiang sambil menampung kotoran babi landak dari berbagai tempat di Pulau Flores.
"Saya lalu memperoleh informasi detail tentang khasiat dan kegunaan dari kotoran babi landak itu. Kebetulan, di rumah, orangtua saya menyimpan kotoran babi landak berbentuk bulat itu, dan saat itu juga saya ambil dan bawa ke Ruteng. Nah, mulai saat itu, saya mencari di berbagai kampung di sekitar Kecamatan Kota Komba,” kata dia.
Pada tahun 1982, warga Tiongkok itu lantas memborong kotoran babi landak dengan harga Rp 7.500.000. Pada masa itu, harga tersebut terbilang sangat besar. "Dengan adanya peluang seperti itu, saya membeli dari warga di kampung-kampung. Bahkan pada tahun itu juga saya berhasil mendapatkan 60 kotoran babi landak," ujar dia.
Menurut dia, khasiat kotoran babi landak sangat tinggi. Para dokter dan ahli dari tanah Tiongkok mengolah bersama ramuan-ramuan lain di pabrik-pabrik obat. Konon, pengusaha obat-obatan di Tiongkok mampu membeli tahi kutung itu dengan harga miliaran rupiah.
Lebih lanjut Marselinus menjelaskan, binatang babi landak memiliki 99 jenis makanan akar kayu yang pahit. Dari kotorannya itu, obat yang diramu dapat menyembuhkan penyakit lever dan diabetes, serta berbagai jenis penyakit lainnya.
"Belum lama ini, ada seorang warga mengalami sakit. Gejalanya mengarah ke penyakit diabetes. Warga itu sudah berobat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ruteng dan Rumah Sakit Santo Rafael Cancar.
Namun, dia tidak pernah sembuh-sembuh, lalu saya anjurkan untuk mengonsumsi kotoran babi landak dengan harga Rp 2.500.000," kata dia. "Lalu, sesudah mengonsumsi kotoran babi landak, kondisi warga itu sudah sembuh," sambung dia.
Bisnis
Yosep Wea, anak mantu dari Marselinus Noning, akhirnya tertarik untuk mengumpulkan kotoran babi landak untuk dijual kepada pengusaha Singapura dan Malaysia.
Rabu (17/12/2014), Kompas.com, bersama dua warga lainnya yang penasaran dengan bentuk dari kotoran babi landak, mendatangi rumah Yosep untuk melihat kotoran babi landak tersebut.
"Harga kotoran babi landak yang berbentuk bulat sedang ini Rp 10 juta, tetapi kalau ke keluarga dijual seharga Rp 5 juta. Saya bersama dua warga lainnya kaget dengan harga yang sangat tinggi tersebut," ujar Yosep.
Yosep mengatakan, Bapak Marselinus Noning pernah menjual kotoran babi landak seharga Rp 24 juta kepada pembeli dari Singapura.
"Saya tahu dari Bapak Marselinus kalau kotoran babi landak memiliki khasiat. Dari situ saya membeli babi landak dari Kabupaten Ngada, Flores, NTT. Kini, kotoran babi landak ini "diburu" oleh pengusaha dari tiga negara di Asia, yakni China, Malaysia, dan Singapura," kata Yosep. (Tribun)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar