Tokyo - WARA - Rupanya memang benar, berbekal pendidikan memadai dengan
kemampuan intelektual yang sangat baik serta lahir dari keluarga kaya raya
ternyata tak menjamin seseorang untuk selalu berbuat baik. Tengok saja, Issei
Sagawa, pria cerdas keturunan keluarga kaya di Jepang dengan keji membunuh
temannya sendiri.
Lebih kejam dari itu, Sagawa
ternyata memakan wanita cantik yang telah dibunuhnya tersebut. Renee Hartevelt,
sang korban, merupakan teman kelas Sagawa sendiri.
Setelah terbukti bersalah melakukan
pembunuhan tersebut di Paris pada 1981, Sagawa tak segang-segan mengakui
perbuatannya. Dia mengaku telah menembak kepalanya dan memakan sebagian anggota
tubuh Hartevelt.
Yang menjadi kontroversi dari kasus
tersebut, adalah keluarga Sagawa berhasil membebaskan dia dari segala hukuman.
Mengapa Sagawa bisa dinyatakan bebas?
Berikut ulasan singkat kasus
pembunuhan dan kanibalisme yang dilakukan Sagawa seperti dikutip dari The
Richest, Japan For The Uninvited, dan The Crime Library serta
sejumlah sumber lain, Rabu (17/12/2014):
Pendidikan tinggi Issei Sagawa
Issei Sagawa lahir prematur di Tokyo
pada 1949. Sagawa merupakan anak dari keluarga super kaya yang mendapat
perhatian penuh dari ayah dan ibunya.
Sagawa merupakan pria pendek dengan
tangan dan kaki yang terbilang kecil untuk pria berusia 20 tahunan. Bahkan
suaranya terdengar seperti wanita .
Dengan kemampuan intelektual yang
sangat tinggi, Sagawa dengan mulus merampungkan gelar sarjana di jurusan Sastra
Inggris, Wako University di Tokyo. Pada 1997, di usia ke-28, Sagawa melanjutkan
studinya ke luar negeri.
Dia memilih Paris untuk mendapatkan
gelar PhD. Di sanalah dia bertemu dengan Hartevelt yang kemudian menjadi korban
dari segala kekejian dan obsesi kanibalismenya sejak masih remaja.
Membunuh dan Memakan Wanita Cantik
Dengan tubuh yang kurang menarik
bagi para wanita, Sagawa terobsesi dengan wanita cantik. Gejala dari obsesi
tersebut ditunjukkan sejak dia masih berusia remaja.
Sagawa mengaku selalu ingin memakan
wanita cantik yang ditemuinya di mana saja. Sagawa pernah mencoba
merealisasikan fantasinya dengan masuk secara diam-diam ke apartemen dosennya
di Tokyo.
Dosen asal Jerman tersebut memang
telah membuat Sagawa tergila-gila. Namun aksi tersebut gagal saat dosen
tersebut terbangun dan berteriak membuat Sagawa ketakutan.
Kejadian tersebut justru semakin
menambah hasratnya pada wanita cantik. Obsesi tersebut dibawanya ke Paris dan
membuatnya jatuh cinta pada teman sekelasnya.
Di Paris, dia bertemu dengan gadis
asal Belanda, Renee Hartevelt. Kulitnya yang putih dengan lekuk tubuhnya yang
sempurna membuat Sagawa tergila-gila.
Setelah berhasil membujuk Hartevelt
datang ke apartemennya untuk belajar bersama, Sagawa langsung melancarkan
aksinya. Dia lantas menembak Sagawa dan memakan anggota tubuhnya selama dua hari.
Sisa tubuhnya lantas hendak dibuang
ke danau saat polisi berhasil membekuk Sagawa.
Akui kesalahan, Sagawa Dibebaskan
Setelah dibekuk polisi, Sagawa
mengaku telah membunuh dan memakan bagian tubuh Hartevelt. Mengetahui anaknya
tersangkut kasus pembunuhan, ayah Sagawa yang kaya raya lantas membayar
pengacara handal di Paris.
Dengan alasan gangguan jiwa, Sagawa
lantas dibebaskan dari segala tuduhan dan hukuman. Itu setelah Sagawa menjalani
sejumlah tes mental dan psikologis.
Setelah dibebaskan dari hukumannya,
dia menjadi selebriti di Jepang setelah mempublikasikan buku mengenai
pembunuhan yang dilakukannya. Sagawa kini tinggal di Tokyo dan kebebasannya
masih sangat kontroversial hingga saat ini. (Liputan6.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar