Jakarta - WARA – Perlakuan diskriminasi yang dilakukan negara terhadap
masyarakat berdasarkan pemeluk agama kerap terjadi. Tidak hanya dalam hal
menjalankan ibadah, tanpa disadari perlakuan diskriminasi juga sudah terjadi
lama dalam hal kecil seperti pernikahan. Itu lah yang diutarakan Bupati
Purwakarta Dedi Mulyadi.
Menurut dia, bukti diskriminasi
berkeyakinan terjadi dalam hal pernikahan. Dimana, masyarakat yang beragama
Islam harus mengurus ke Kantor Urusan Agama (KUA), sedangkan masyarakat yang
beragama non Muslim cukup hanya melapor ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil (Disdukcapil) setempat.
“Dalam urusan kawin ini saya
bingung. Perkawinan itu peristiwa ritual atau peristiwa administrasi kependudukan? Kalau memang ritual, kenapa dicatat? Kalau memang peristiwa
administrasi kependudukan, kenapa dicatatnya oleh KUA, bukan oleh Disdukcapil?”
kata Dedi kepada Okezone, Rabu (26/11/2014).
Masyarakat non Muslim, lanjut Dedi,
perkawinannya dicatat Disdukcapil. Karena itu, Dedi menyayangkan mengapa untuk
urusan perkawinan harus dibedakan padahal Muslim atau non Muslim sama-sama
rakyat Indonesia.
“Ditambah lagi banyak daerah yang menggratiskan Sistem
Pencatatan Pernikahan yang dilayani Disdukcapil, sedangkan yang dicatat KUA
masih bayar. Ini adalah diskriminasi yang harus dibahas serius para aktivis
HAM,” singkat Bupati yang dikenal nyentrik ini.
Persoalan yang lebih serius dari
diskriminasi pernikahan ini adalah banyaknya masyarakat yang menikah tanpa
mengurus ke KUA lantaran tak punya biaya untuk membayar administrasi.
Akibatnya, lanjut Dedi, banyak anak-anak yang kesulitan memiliki akta
kelahiran.
“Sangat diskriminatif. Ini
betul-betul perkara serius. Pada waktu musim kawin, calon pengantin harus
nunggu lama karena jumlah yang dikawinkan sangat banyak. Mereka yang tak
tercatat di KUA juga cukup banyak padahal merekaadalah penganut paham asli
Nusantara. Ternyata diskriminatif terhadap penduduk asli sebuah negara bukan
berlangsung di negeri orang saja, tetapi berlangsung di negeri kita,” pungkas
pria yang akrab disapa Kang Dedi ini. (okezone)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar