WARA - Bulan madu antara Presiden Joko Widodo dengan rakyat akan segera usai. Hal ini menyusul memburuknya ekonomi pada akhir 2014, yang tentu saja akan sangat berpengaruh pada masa depan stabilitas politik dan keamanan pada 2015.
Demikian laporan dan temuan Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA). Laporan ini disampaikan dalam Forum Group Discussion (FGD) dengan tema Economy and Politic Outlook 2015 yang diselenggarakan ISKA di Jakarta (Kamis, 18/12).
Ketua Umum Presidium Pusat ISKA, Muliawan Margadana, menjelaskan bahwa hal ini juga terjadi akibat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sempat menyentuh Rp 12.900. Nilai tukar rupiah yang lemah ini bukan hanya persoalan imbas dari perang energi antara Barat vs Russia terkait dengan masalah Ukraina, melainkan juga wujud ketidakpercayaan pasar terhadap para menteri ekonomi kabinet Joko Widodo.
“Jika Dolar menyentuh Rp 13.250, Indonesia dalam kondisi darurat ekonomi dan pemerintah harus melakukan koreksi target APBN berdasarkan skala prioritas. Bahkan besar kemungkinan program pembangunan yang terkait dengan dijadikannya Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia akan terganggu dan bahkan tertunda,” ungkap Muliawan.
Sementara itu, lanjutnya, turunnya harga minyak dunia pada kisaran 60-70 dolar AS per barel, jika tiada berkesudahan, akan mengoreksi target APBN yang menggunakan patokan harga minyak sebanyak 105 dolar AS per barel. Hal yang lebih buruk lagi adalah, bisa dipastikan investasi migas domestik akan melemah dan target lifting yang saat ini hanya mencapai 740.000 barrel/day juga tidak akan tercapai.
“Hal ini disebabkan para Kontraktor Kontrak KerjaSama (K3S) diduga enggan melakukan investasi mengingat masa depan harga minyak belum menentu, sementara biaya investasi ataupun produksi migas masih menggunakan nilai kontrak jangka panjang dengan asumsi harga minyak sebelum turun,” jelas Muliawan.
Selain, masih kata Muliawan, kondisi perekonomian Indonesia juga harus menghadapi kenyataan pahit mengingat pencapaian target pajak 2014 hanya mencapai 70 persen. Dan jika kegiatan ekonomi turun bisa dipastikan perolehan pajak juga turun. Sementara diketahui bahwa pajak dan migas adalah dua instrumen utama ketahanan ekonomi Indonesia.
“Bulan madu akan usai ketika rakyat menyadari di tengah menurunnya harga migas dunia, rakyat ternyata tanpa sadar telah memberi subsidi kepada pemerintah dan penurunan harga BBM merupakan tuntutan segera. Sekalipun demikian disadari penurunan harga BBM tidak otomatis menurunkan harga kebutuhan bahan pokok dan kebutuhan lainnya seperti rumah, turun,” demikian Muliawan.[citizen journalism]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar