WARA - Publik Indonesia memberikan sentimen negatif pada
kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Ia dianggap belum mandiri dalam menentukan
kebijakan dan sikap, karena masih di bawah pengaruh tokoh politik lain dalam
pemerintahannya.
"Ada 83 persen responden yang
menyatakan bahwa Megawati dan tokoh lain punya pengaruh terhadap Jokowi dalam
menentukan kebijakan dan kabinetnya," ujar Direktur Cyrus Network, Hasan
Nasbi, dalam pemaparan dan diskusi hasil survei nasional Approval Rating
Pemerintahan Jokowi-JK, Minggu 21 Desember 2014.
Sejumlah tokoh lain yang dianggap berpengaruh pada Jokowi, yakni Jusuf Kalla sebesar 72,8 persen, Ketua Umum Partai NasDem Surya Palloh 49,1 persen, Wiranto 35,7 persen, Muhaimin Iskandar 26,8 persen dan Luhut Panjaitan sebesar 21,9 persen.
"Ada tiga tokoh besar yang menempati peringkat tertinggi, yakni Megawati, Jusuf Kalla dan Surya Palloh. Mereka dianggap punya pengaruh besar terhadap Jokowi," kata Hasan.
Selanjutnya, survei ini juga mengungkap adanya penurunan elektabilitas terhadap Jokowi. Namun, belum secara signifikan, karena hanya berkisar dua persen dari total 54 persen responden yang mengaku menjadi pemilih pasangan Jokowi-JK pada pemilihan presiden lalu.
"Ini tentu menjadi modal kuat bagi Jokowi-JK untuk tetap percaya diri. Namun tetap harus berhati-hati, pasalnya persentase publik yang tak memilih Jokowi-JK, cukup besar dan cenderung lebih kritis," kata Hasan.
Terkait dengan opini masyarakat terhadap kinerja para menteri sejak dilantik dua bulan lalu, survei Cyrus menunjukkan bahwa publik juga tidak begitu mengapresiasi positif terhadap kabinet yang dibentuk.
Sejumlah tokoh lain yang dianggap berpengaruh pada Jokowi, yakni Jusuf Kalla sebesar 72,8 persen, Ketua Umum Partai NasDem Surya Palloh 49,1 persen, Wiranto 35,7 persen, Muhaimin Iskandar 26,8 persen dan Luhut Panjaitan sebesar 21,9 persen.
"Ada tiga tokoh besar yang menempati peringkat tertinggi, yakni Megawati, Jusuf Kalla dan Surya Palloh. Mereka dianggap punya pengaruh besar terhadap Jokowi," kata Hasan.
Selanjutnya, survei ini juga mengungkap adanya penurunan elektabilitas terhadap Jokowi. Namun, belum secara signifikan, karena hanya berkisar dua persen dari total 54 persen responden yang mengaku menjadi pemilih pasangan Jokowi-JK pada pemilihan presiden lalu.
"Ini tentu menjadi modal kuat bagi Jokowi-JK untuk tetap percaya diri. Namun tetap harus berhati-hati, pasalnya persentase publik yang tak memilih Jokowi-JK, cukup besar dan cenderung lebih kritis," kata Hasan.
Terkait dengan opini masyarakat terhadap kinerja para menteri sejak dilantik dua bulan lalu, survei Cyrus menunjukkan bahwa publik juga tidak begitu mengapresiasi positif terhadap kabinet yang dibentuk.
"Secara umum masyarakat menilai
kabinet yang telah dibentuk sebagai kabinet yang biasa saja," kata Hasan.
Ini ditunjukkan dari jumlah publik yang menilai kabinet Jokowi-JK, sebagai kabinet yang bagus dan kompeten kurang dari 50 persen.
Ini ditunjukkan dari jumlah publik yang menilai kabinet Jokowi-JK, sebagai kabinet yang bagus dan kompeten kurang dari 50 persen.
"Lebih dari 40 persen yang
netral dan sisanya 8,5 persen beranggapan kabinet Jokowi-JK, adalah kabinet
yang buruk," katanya.
Survei digelar Cyrus Network dengan
melibatkan 1.220 responden di 122 desa/kelurahan pada 33 provinsi se Indonesia.
Survei menggunakan metode multi-stage random sampling dengan margin error 3,1
persen. (VIVAnews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar