Menjalankan hukuman mati yang sudah ditolak komunitas
internasional mempengaruhi hubungan kedua negara.
Presiden Brasil Dilma Rouseff. |
WARA - Brasil, seperti Belanda, langsung memanggil pulang duta
besarnya untuk Indonesia. Keputusan ini diambil karena rezim Presiden Joko
Widodo tetap menghukum mati kurir narkoba Marco Archer Cardoso Moreira (53
tahun) akhir pekan lalu.
Seperti dilaporkan Telegraph, Senin
(19/1), Presiden Brasil Dilma Rousseff mengeluarkan penyartaan keras. Melalui
juru bicaranya, dia mengaku 'terkejut' dan 'marah' atas sikap Indonesia yang
menolak segala upayanya menyelamatkan Marco. Termasuk sambungan telepon
langsung antara Dilma dan Jokowi tiga hari lalu.
"Menjalankan hukuman mati yang
sudah ditolak komunitas internasional mempengaruhi hubungan kedua negara,"
kata Dilma.
Brasil kecewa dua kali lipat, karena
lebih dari seabad tak ada warganya yang dihukum mati di manapun di muka bumi.
Negeri Samba ini meniadakan hukuman mati sejak 1889.
Dalam waktu bersamaan, dua warga
Brasil meregang nyawa di Indonesia. Setelah Marco, masih ada satu lagi kurir
narkoba Brasil yang menunggu giliran yakni Rodrigo Muxfeldt Gularte. Jadwal
eksekusi dan kepastian Peninjauan Kembali kasusnya belum diumumkan Kejaksaan
Agung.
Diperkirakan, Brasil akan membalas
Indonesia lewat medan ekonomi. Negeri Samba adalah mitra dagang Indonesia
paling penting setelah Amerika Serikat.
Nilai perdagangan kedua negara
mencapai USD 4 miliar. Salah satu komoditas paling banyak diimpor Indonesia
dari Brasil adalah kedelai untuk bahan baku tempe.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri
mempersilakan Belanda dan Brasil menarik dubes masing-masing. Pemerintah masih
yakin hubungan bilateral Indonesia dengan kedua negara tidak akan memburuk.
"Kita harapkan tidak
(memburuk), Itu karena Indonesia berkomitmen tinggi untuk tetap menjaga
hubungan baik dengan negara sahabat," kata Jubir Kemenlu Arrmanatha Nasir.
Di sisi lain, Guru Besar Hukum
Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana mengingatkan
Presiden Jokowi tak perlu gentar dengan sikap keras negara yang warganya
dihukum mati. Khusus Brasil, negara Amerika Selatan ini lebih butuh Indonesia
di sisi ekonomi.
"Indonesia tidak akan diisolasi
atas pelaksanaan hukuman mati," kata Hikmhanto.
Sedangkan untuk memitigasi dampak,
Hikmahanto mengusulkan, agar Menteri Luar Negeri dan Kepala Perwakilaan
melakukan pendekatan dengan berbagai negara dan menjelaskan pelaksanaan hukuman
mati karena Indonesia mengalami darurat Narkoba. (Merdeka.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar