Jakarta - WARA - Anggota DPR RI Fraksi
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Maruarar Sirait mengakui terpecah
belahnya parlemen menjadi dua kubu tak lepas dari peran media massa yang saat
ini mempunyai kepentingan dalam partisipasi politik nasional.
Ara begitu disapa, juga menyayangkan sikap media massa mainstream yang terlalu
berlebihan mendukung kebijakan pemerintah Jokowi-JK. Begitu juga sebaliknya,
ada yang terus memforsir dan menentang pemerintahan.
”Seharusnya media itu menjadi kontrol publik,” kata Ara di acara Seminar
Nasional “Potret Komunikasi Politik Parlemen Republik Indonesia”, di
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Sabtu 13 Desember 2014.
Menurut dia, orang-orang yang berkecimpung di media massa sudah pasti ahli
dalam hal komunikasi, termasuk bagaimana menyampaikan informasi yang berimbang
dan bermanfaat untuk masyarakat. Namun peran media itu belakangan, mulai
bergeser.
”Malah saat ini media massa banyak menjadi pemain politik baik langsung ataupun
tidak,” ujar Ara.
Masih terjadinya permainan politik di media massa saat ini, Ara menilai, media
belum berjalan sebagai mana mestinya sebagai salah satu pilar demokrasi. Media
lanjut dia, seharusnya mencerdaskan masyarakat dalam kerangka berdemokrasi di
Indonesia.
Politikus muda PDIP itu berharap, media massa dapat berperan sebagai pilar
demokrasi, terutama dalam menyebar luaskan berita yang seimbang dan
meningkatkan kualitas demokrasi Indonesia.
”Saya akui DPR terpecah belah, tapi saya bersama kawan-kawan (DPR) yang lain
terus berjuang sedikit-sedikit untuk terus bisa dipercaya sama masyarakat,”
terang dia. (VIVAnews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar